11. Pasar Lavreotiki

494 73 13
                                    

Para elang mengepakkan sayap, terbang menyusuri tebing yang membubung, menghampiri bangunan klasik. Menembus awan-awan yang menutupi. Dan melalui dua sosok yang hendak menuju puncak Valhalla.

Di puncak Valhalla, terdapat kastel besar yang biasanya diisi sepasang dewa-dewi tersohor. Dewa yang seharusnya tinggal di sana, sedang tak ada. Ia mengikhlaskan pasangan hidupnya untuk duduk di singgasana dewa langit.

Dewi bersurai pirang, bangkit, berjalan kian-ke mari tatkala seekor elang menginformasikan apa yang ia lihat. Sanggul pada rambut sang dewi mulai turun, membuat rambutnya berarakan. Ah, ia tak peduli itu. Ia memilih untuk menggigit kuku jarinya, sambil menantikan kedatangan sang adik yang baru saja diberitahu oleh elang.

Hingga sebuah pintu terbuka, menampilkan dewa yang baru saja berpapasan dengan elang dan menjadi sosok yang tak Hera nantikan.

"Ada apa, Poseidon?" Meski sudah tahu, Hera tetap tersentak.

"Gadis itu berubah menjadi lumba-lumba," jawab Poseidon, intonasinya datar. Ia mendekati singgasana, trisulanya mengeluarkan bunyi dentingan, menemani setiap langkah pemiliknya. "Kau tidak bisa membatalkan kutukanmu?"

Hera menggeleng, peluh mengalir di hampir setiap tubuh. Bibirnya meracau. Ia menjelaskan, alasan ia menyuruh Poseidon membawa [Y/n] tempo lalu karena dirinya sama sekali tak tahu bagaimana cara membatalkan kutukannya sendiri.

"Baiklah, Kau memang tidak berguna."

"Tarik kata-katamu, Poseidon! Aku ini kakakmu!" bela Hera. Suaranya meninggi. "Lagian dia hanya perlu tinggal di laut, kan? Kenapa kita harus repot-repot membatalkan kutukan untuk dia?"

"Aku tak butuh komentarmu." Poseidon membalikkan badan, meninggalkan istana. Ia menaiki hippocampus. "Antar aku ke Midgard."

Hippocampus meringkik, mulai melangkah. Melampaui tebing yang menukik, melayang di udara, tanpa takut. Kaki-kakinya membentur permukaan, tetapi permukaan tersebut tak mampu menyakiti sang kuda ajaib.

Mereka menuju Midgard, menggunakan jalan yang sama ketika membawa [Y/n].

***

Hiruk-pikuk pasar di Kota Lavreotiki, mensukseskan penyamaran dewa laut. Pria yang kini berubah wujud menjadi pria tua berjanggut dan berambut keriting panjang putih, menyusuri ramainya kota. Mata biru muda dan sklera hitamnya menjelajah, kepada pedagang-pedagang yang ada di sana.

Menyamar, bukanlah hal yang mustahil bagi sang dewa laut. Ia bisa menjadi apa pun yang ia inginkan. Menjadi kuda jantan demi memperkosa Demeter, bahkan berubah menjadi pria tua berambut gelap demi menyamarkan identitas. Bentuk sejatinya, hanya boleh dilihat oleh rakyat laut dan para dewa.

Berbicara tentang penyamaran Poseidon, tentu saja ia menyamar di Lavreotiki bukan tanpa sebab. Ia menyamar karena tak ingin menodai wujud aslinya yang tampan. Menodai? Apa maksudnya? Maksudnya adalah ..., dia tak ingin tubuh aslinya dipandang buruk akibat sering bermain bersama para wanita.

Terlepas dari penyamaran sang dewa laut. Sekarang, pandangan Poseidon tertuju pada jajaran pedagang aksesoris.

"Hm. Imitasi," cibir Poseidon, enggan memandang jajaran permata. Ia terus melangkah, menyibak keramaian. Matanya sesekali melirik tajam orang-orang yang menyenggolnya. Bibirnya beberapa kali menghina mereka. Sang dewa, secara terus terang menunjukkan sifat temperamental.

Di antara angkuhnya sang dewa laut dan bumi, terdapat seorang pria bersurai putih ikal yang memukau para calon pembeli permata. Ia tampak asik dengan dagangan orang lain. Di tangannya, terdapat sebuah gelas berisi air yang di dalamnya terdapat sebuah berlian yang mengapung. Namun, benarkah itu berlian asli?

✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang