07. Dewi Pencemburu

678 96 16
                                    

Salju yang mulai mencair, membuat derikan jangkrik mulai berbunyi. Jangkrik-jangkrik yang singgap di ranting pohon, menggesekkan sayap, semakin lama semakin cepat. Menandakan bahwa suhu udara mulai panas.

Alang-alang menari, mengikuti tempo angin. Membiarkan kencangnya arus batang air, yang tak mau berhenti. Batu-batu besar yang berada di sungai selebar empat meter tersebut, menampaki diri, di atasnya terdapat kupu-kupu kulit penyu kecil yang menikmati hari nan mulai menghangat.

"Sudah terlihat pelakunya, Proteus?" Pertanyaan datar tersebut dibalas gelengan kepala oleh Proteus. Pria berkepala ikan yang tengah memegang teropong itu, memperhatikan sekitar sungai. Ia adalah satu-satunya pelayan yang dipercayai oleh pemilik suara itu.

"Ah, ada Tuan Zeus." Proteus mendapati kehadiran Zeus dan [Y/n]. Beberapa menit kemudian, Zeus melakukan gerak-gerik aneh. Membuat [Y/n] menjauh dari kakek tua itu dan memungginya, sementara Proteus menyudahi pengamatan, sejenak. "Sepertinya dia sedang buang air kecil."

"Hmph. Pantas sungai di sini sering tercemar." Pemilik suara tersebut, mendecih. Ia membenarkan posisi trisula, bersiap untuk menyerang sang adik.

Saat ingin melawan Zeus, sinar panjang menyerupai laser tertuju pada [Y/n].

"Jurus pencipta, tameng." [Y/n] menangkis serangan tersebut, menggunakan tameng yang baru saja ia buat. "Kenapa Kau menyerangku?"

Wanita yang diajak berbicara oleh [Y/n] menampakkan diri. Ia menuruni kereta kencana yang dibawakan dua sapi. Parasnya yang cantik dengan surai pirang, tampak lengkap ketika seekor burung merak turun dari kereta dan berdiri di sebelah tubuh. Di tambah, dua ekor burung elang terbang menghampiri. Satu elang mendarat di pundak kanannya, sementara yang lain mendarat di ranting pohon.

[Y/n] sangat tahu, salah satu elang itu adalah yang mengikuti dan terus mengamatinya sejak berangkat dari istana Olimpus. Akan tetapi, ia baru mengerti bahwa elang tersebut diperuntukkan untuk memata-matai. Memang apa pentingnya ia, sampai-sampai dimata-matai oleh dewi cantik? Bahkan [Y/n] merasa tak pernah melihat dewi itu sebelumnya.

"Menjauhlah dari Zeus. Dia milikku!" Perkataan sang dewi, sukses membuat mulut [Y/n] tak mengatup.

Tidak, tidak, tidaakkk! Siapa juga yang mau sama si kakek tua? Batin [Y/n], memekik. Ia yang sempat memasang wajah terkejut, sekarang berdehem dan berkenan untuk menjelaskan. "Zeus hanya ingin buang air kecil, jadi aku mengantarnya."

"Bohong. Kau menggandeng tangannya." Dewi itu menatap dingin, ia mengeluarkan cahaya dari tongkatnya lagi. [Y/n] berusaha menghindar secara tangkas. Lalu mendelik, ketika serangan tersebut mengenai tanah dan membelah beberapa pohon yang dilalui sinar tersebut.

"Dengarkan aku, seranganmu hanya merusak lingkungan. Lagipula mana mungkin gadis kayak aku naksir sama Zeus!" [Y/n] membela diri, tetapi sayang, pembelaan sama sekali tak didengarkan oleh sang dewi.

Ia mengeluarkan kekuatannya lagi, kali ini [Y/n] enggan menghindar dan berusaha menangkis. Sayangnya, sekarang serangannya semakin lama, semakin besar. Sampai-sampai gadis yang masih minim pengalaman tersebut, kesulitan menahan serangan sang dewi yang mungkin berumur lebih tua dari Zeus.

Serangan sang dewi kali ini, mampu menghempaskan pohon-pohon dan puluhan bahkan ratusan liter air. Hewan-hewan yang singgap, tinggal di pohon, berdiri di batu sungai juga menjauhkan diri. Sampai-sampai ikan bertebaran, mengikuti arah serangan sang dewi.

Dewi yang sekilas menatap ikan-ikan tersebut, melirik tajam [Y/n] yang masih berusaha membatalkan serangannya. Tangan [Y/n] sampai dibuat patah olehnya, ia tak mampu menahan serangan sang dewi. Beberapa bagian tubuhnya juga tersayat, karena serangan sang dewi yang sedang dilanda cemburu akut.

✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang