46. Liontin Merah

275 36 5
                                    

Radius nol koma satu kilometer Alastor dan Poseidon, adalah radius yang paling mematikan daripada radius yang lain. Percikan api menyertai keduanya. Pasir yang membalut Babilonia, tergerus. Bahkan sudah menunjukkan retakan-retakan yang serius.

Rival mereka, dipenuhi darah. Alastor telah menyebut berkali-kali mantranya, semakin lama semakin kuat. Namun tetap saja, tanpa liontin yang lengkap, Alastor tak mampu melampaui Poseidon.

Batinnya dipenuhi penyesalan atas kebodohan. Seharusnya ia menghabisi Poseidon sebelum liontin abunya rusak. Liontin itu mampu menetralkan kekuatan selain elemen. Itulah alasan kenapa Alastor bisa menyeimbangi serangan senjata Poseidon kala itu. Dan menjadi alasan Poseidon tak menyerangnya saat di istana Odin. Poseidon yang tak mau menyerang meskipun [Y/n] terancam kala itu, hanyalah alibi karena ia tak bisa leluasa menyerang Alastor dengan elemennya.

Seharusnya ia tak meremehkan [Y/n]. Dan seharusnya, ia tak pernah menunjukkan liontin-liontinnya pada Sang Dewi Pencipta. Padahal, beberapa jam yang lalu, ia merasa sangat yakin akan mendapatkan liontin biru itu. Kalau saja ia tak terlalu mengandalkan [Y/n], kalau saja ia ingat kalau gadis itu labil, dan kalau saja ia tak mengira Poseidon mati. Ia pasti takkan melakukan kesalahan fatal ini.

Alastor mendecih. Ia berhenti menyerang sejenak, Poseidon yang cukup supportif meski di pertarungan sesungguhnya, ikut berhenti menyerang. Pria yang jauh lebih muda dari Poseidon tersebut menghembuskan napas panjang. Ia yang sempat tak tenang, akhirnya menyeringai.

Alastor kembali menyerang. Serangannya lebih tak terduga. Ia membabi-buta, Poseidon bisa saja terluka oleh serangannya. Dewa Laut bisa saja terpojok. Siapa yang tahu, kalau Alastor juga memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatannya yang berlandaskan dari darah tak terbatas, bisa berbuat apa saja. Ia juga tak terikat dengan aturan dewa, tak seperti Poseidon. "Iblis. Adalah makhluk terdekat tuhan, yang diciptakan sebelum dewa diciptakan."

Alastor menatap rendah Poseidon. Ia mengayun pedang rapiernya yang terbalut darah, seperti tanpa beban. Membeset tangan Poseidon.

Poseidon mengayun kedua tombaknya yang dilapisi elemen air menyilang, ia memberi luka pada dada Alastor. Menyerang bertubi-tubi, menggunakan tombak secara bergantian. Kombinasinya ia akhiri dengan membalikkan tombak, menusuk Alastor menggunakan bagian tombak yang tumpul. Memang membunuh dengan cara itu tidak efektif, tetapi menyakiti lawan dengan benda tumpul lebih efektif bila mau memberi efek yang besar pada organ tubuh lawan.

Alastor terhempas, ia tak mampu menahan mulut yang mengatup. Air liur pun keluar dari mulut, tak mampu menahan rasa sakit atas rusaknya organ tubuh. "Jurus pembalas, kombinasi merah!"

Kecepatan secepat kilat, bahkan melebihi kecepatan Poseidon. Dalam sepersekian detik Alastor dan menusuk Poseidon, sebelum lawannya siap menangkis maupun menyerang. Ia gunakan kesempatan itu untuk menghempaskan Poseidon sejauh lima ratus meter lebih. Besatan dan lebam, hadir di sekujur tubuh Dewa Laut.

"Kenapa, Poseidon?" Alastor menyeringai. Mengejar Poseidon yang hendak mendarat. "Inilah kekuatanku. Kombinasinya baru kukeluarkan 20% lagi loh. Sepertinya tempat ini adalah tempat yang paling tepat untuk melawanmu."

"Jurus pembalas." Alastor memejamkan mata, khidmat. Lalu kembali membuka mata, menatap Poseidon penuh atensi. "Justifikasi."

***

"[Y/n]!" panggil Amfitrit. [Y/n] menarik kendali hippocampus, ia turun, menghampiri Amfitrit. Tatapannya menuju Triton, Rhodes, dan Benthesikime secara bergantian. Senyuman Sang Dewi, juga tertoreh sangat lembut. Rhodes dibuat terisak hingga bertekuk lutut, ia terus memanggil Ibu Pinky. Menimbulkan rasa bersalah pada pemilik nama panggilan.

✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang