35. Berdiri Sendiri

325 50 3
                                    

Poseidon menatap rendah Proteus. Gigi-giginya menggertak. Menambah kesuraman restoran yang mereka singgahi. Orang-orang yang berada di sana, dibuat takut olehnya. Bahkan minuman dan makanan yang harusnya mereka nikmati, hilang sudah rasanya.

Semuanya berawal ketika Proteus tetiba hadir, membawa secarik surat. Dia memberikan itu, membiarkan tuannya membaca. Batin Proteus terus bertanya-tanya, apa isi surat itu berita baik, buruk, atau sekadar informasi. Selain itu, ada juga perihal yang membuatnya gundah dan terus berperang pada diri sendiri. Haruskah ia bilang kalau para makhluk laut menolong Poseidon dan berhasil menemukan liontin biru tersebut?

Akan tetapi, siapa sangka bahwa isi surat tersebut di luar prediksi Proteus?

"Memang siapa yang meminta pertolongan Kalian?" Poseidon menggebrak meja. "Apa aku selemah itu hingga Kalian bantu?"

"Tidak," jawab Proteus, menggeleng berkali-kali. Ia mundur secara impulsif. "Kami hanya ingin menunjukkan keroyalan kami kepada Anda, Tuan Poseidon."

"Aku sangat kaya, tidak membutuhkan keroyalan atau belas kasihan dari makhluk lain." Poseidon mendengkus.

"Tapi Tuan Posei--" Suara burung memutus pembelaan Proteus dan menghebohkan pengunjung. Bagaimana tidak? Ia masuk ke restoran, mengepakkan sayap. Beberapa helai bulunya tanggal dari tubuh. Dan kakinya singgap di pundak Poseidon. Pada bagian paruh, ada kertas yang menggulung dan terikat oleh tali. Suaranya yang tertahan, mengisyaratkan Poseidon untuk mengambil surat itu.

"Kali ini apa lagi?" Poseidon menghela napas. Ia mengambil surat, setengah malas. Lalu membuka surat itu dan membaca cepat. Hanya permintaan pertemuan biasa, hanya empat mata. Apa pentingnya itu? Poseidon terlalu sibuk untuk mengurusi perbincangan yang pasti tidak penting. Namun, saat sampai di penghujung surat, apa-apaan ini? Poseidon berusaha menahan lonjakan atensinya. Lantas menatap jam, menerka-nerka, berapa menit lagi ia harus beranjak dari restoran.

Satu jam lebih lima menit berlalu, akhirnya Poseidon meninggalkan restoran. Dia menuju Tenggara, hanya butuh sepuluh hingga tiga belas menit untuk sampai ke titik pertemuan. Untung saja, dia masih betah menetap di Babilonia.

Sesampainya di titik pertemuan, manik matanya menemukan punggung gadis cantik yang sudah cukup lama tak ia jumpai. Gadis itu memakai one shoulder dress hitam, selendang hitam dengan sisi emas yang membentang dari bahu kiri hingga ke pinggul kanan, tudung hitam transparan, gelang emas pada pergelangan kaki kiri dan tangan kanan, serta kalung emas. Ia sangat elegan dengan itu. Poseidon sukses dibuat tertegun olehnya.

Saat ia menoleh, helai rambutnya yang terbalut tudung mengikuti arah angin. Ia duduk di tempat ia berdiri, lalu menepuk-nepuk tanah di sisinya. Poseidon mengikuti instruksi, ia menatap setengah wajah gadis itu. Yang tak pernah meninggalkan rasa bosan.

"Kau selalu tampak cantik," puji Poseidon. Salah satu sudut bibirnya naik. "Kenapa ngajak ketemuan? Apa Kau sudah lupa perjanjiannya? Oh, atau Kau sudah tak kuat menahan rasa rindumu padaku?"

[Y/n] tak membela diri. "Aku berniat untuk membantumu mencari liontin biru itu."

Seringaian Poseidon, sirna. Ia menatap tajam sang gadis. "Apa aku terlihat seperti pria yang membutuhkan pertolongan?"

[Y/n] menatap Poseidon, membalas pertanyaan dengan pertanyaan. "Apa harga dirimu setinggi itu, hingga tidak mau menerima pertolonganku?"

"Aku sudah tahu bagaimana masa lalu dan tekadmu, Poseidon. Sebegitu obsesi dan percayanya, ya, Kamu pada kesempurnaan? Katakan padaku, apa dengan kesempurnaan bisa membuatmu bahagia?" [Y/n] mengangkat salah satu alis. "Aku dengan yakin mengatakan, bahwa Kau sama sekali tidak sempurna, Poseidon."

"Apa maksudmu?" tersirat amarah pada pertanyaan Sang Dewa Laut. "Aku juga tahu asal usulmu berkat tinggal di sini."

"Kau lupa apa saja kewajiban seorang ayah. Apa kelupaanmu itu bisa disebut sebagai kesempurnaan? Kau terlalu fokus untuk menjadi sempurna di mata dunia, tapi Kau lupa untuk membuat dirimu sempurna di mata keluargamu. Mungkin itulah sebab kenapa rumah tanggamu dan Amfitrit, kandas. " [Y/n] berusaha memperteguh diri, terus menatap Poseidon. Sial! Kau nekat sekali berbicara begini, [Y/n]!

"Mungkin suatu hari, kalau aku menikah denganmu, rumah tangga kita juga kandas akibat Kau melupakan dan menelantarkan anakmu sen--"

"Oh, Kau membahas Alastor?" Poseidon menginterupsi. Tak ada jawaban dari [Y/n], tetapi ekspresi gadis itu menunjukkan jawaban yang jelas. Poseidon dibuat menahan tawa akibatnya. "Kalau aku menelantarkannya, aku tidak mungkin mengalahkan Pazuzu demi dia. Meskipun itu karena Amfitrit yang mengingatkan. Alastor terlantar bukan karenaku, tapi karena ibunya. Jadi aku biarkan, daripada masalah menjadi semakin runya--"

"Itu berarti Kau menelantarkannya, Poseidon." [Y/n] menggeretak gigi. "Selama ini aku salah menilaimu. Aku kira Kau tampak garang dan angkuh waktu itu karena Kau tidak mengenalku, tapi ternyata sifatmu memang benar bangsatnya."

"Alastor membayar Kamu berapa, hingga berani menyebut sifatku bangsat?" tanya Poseidon, dingin. "Kau masih bau kencur untuk mengetahui segala tentangku, [Y/n]. Kenaifanmu akan membawamu kepada kehancuran. Dunia dan kenyataan begitu kejam. Berhentilah berperilaku seperti orang bodoh. Bersyukurlah aku tidak menghabisimu, meski Kau tak bilang padaku kalau Artemis tidak benar-benar mengembalikan keperawananmu. Bersyukur jugalah karena aku tidak menggoyangkan bumi kembali, meski Kau ingin menikahi Alastor. Aku tak pernah benar-benar mempercayai makhluk lain. Termasuk Kau. Kenyataannya, mencintaimu justru membawa malapetaka."

Poseidon bangkit dari duduk. "Buku Tyrant of The Ocean, itu buku yang pernah Odin buat sebagai prediksi masa depan dan kenangan. Hanya ada satu di dunia ini. Isinya menceritakan kisahku dan Alastor. Kau akan menemukan dan menyadari betapa bodohnya dirimu. Lalu untuk kalung liontin biru milik Pazuzu itu, sekarang ada dalam genggaman Zeus. Kalau Alastor dan buyutmu menginginkannya, datanglah ke istana Olimpus. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Kalian, tapi demi kekuatan, pasti tetap akan Kalian lakukan, 'kan? Dewa-dewi palsu menjijikkan."

Poseidon meninggalkan [Y/n].

"Hah? Beraninya Kau menghinaku, dasar makhluk egois!" pekik [Y/n], usai bangkit dari duduk. "Katanya Kau menyukaiku, tapi apa-apaan sikapmu itu? Dewa meskipun kuat juga tidak bisa berdiri sendiri! Sampai kapanpun, Kau tidak akan menjadi makhluk sempurna! Kau tidak akan mampu menghadapi kiamat sendirian! Camkan kata-kataku, Poseidon! Makhluk individual sepertimu, meskipun kuat tetap akan kalah seperti harimau yang kuat tetapi kalah dengan singa yang hidup berkelompok! "

[Y/n] memijat pelipis. Lalu mengusap kasar wajah. "Itu berarti, sekarang ... aku tak ada artinya di mata ... Poseidon?"

***

Odin memberhentikan tulisannya, ia mengangkat sedikit pandangan. Mendapati dewi yang baru saja kembali menyelesaikan pekerjaannya. Dewi itu wajahnya begitu familiar. Hanya saja, ia memiliki obsesi pada kesempurnaan dan memiliki teknik membunuh yang mumpuni. Ia duduk di hadapan Odin, dengan anak kecil pemilik rambut putih.

"Ada apa Kau ke mari, Dewi Pembunuh Midgard?" Odin menaruh penanya.

"Aku bertemu dengan Alastor pada perang tadi pagi. Sepertinya gadis yang mirip sepertiku tidak ikut di perang kali ini." Odin tak menggubris curhatan Sang Dewi. Namun dewi itu tetap melanjutkan ucapannya. Kali ini ia menatap murka. "Aku kalah. Alastor sangat kuat. Sebenarnya di mana buku berjudul Tyrant of The Ocean yang Kau buat itu sekarang? Apa dengan membaca buku itu aku bisa mengalahkan Alastor? Memang sebenarnya buku itu berisi tentang apa saja? Tidak bisakah Kau memberitahuku, Kakek Tua?"

Odin menggeleng. "Alastor adalah musuh alami keluarga Poseidon. Kalau saja Poseidon tahu itu lebih awal, Dia pasti bisa mengalahkannya. Nasi sudah menjadi bubur, sifat Poseidon juga sudah tirani. Kalau saja ketiga kalung itu sudah di tangan Alastor, habislah kita. Saat itu terjadi, Poseidon lah yang paling awal mati. Para dewa hanya memiliki [Y/n] sebagai kartu terkuat, tetapi gadis yang lugu itu bisa saja malah menyerang kita. Dewa Pembalas, Alastor, memang mengerikan. Sama seperti julukannya."

"Dewa Pembalas?" Dewi Pembunuh Midgard, mengernyit.

-- bersambung --

Published : Tue, Sep 20, 2022
Jangan lupa vote dan komen, makasiii
Hayolohhh ribut wkwkwk

✔ Tyrant of the Ocean [ Poseidon X Reader ] || Record of RagnarokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang