Prolog

26.2K 812 21
                                    

Tepat usia nya menginjak lima tahun saat itu, tepat setelah acara tiup lilin juga pesta kecil-kecilan bersama anak komples perumahan di lakukan, tepat ketika ia berdiri di depan pintu kamar kedua orang tua nya. Kala mendapatkan kado yang amat istimewa.

Kata 'Perceraian' yang keluar begitu lantang dari bibir sang Bunda, juga amarah yang berkobar dari wajah Sang Ayah.

Kala merasa dunia nya menjadi suram, ia penuh dengan ketakutan. Namun, lambat laun gadis kecil itu merasa bahagia saat memiliki banyak orang tua.

Ayah, Bunda, Papah dan Mamah. Kakak yang awalnya hanya Aussie pun kini bertambah dengan hadirnya Rona dan Sera.

Kala amat senang, senang sekali.
Tetapi semakin beranjak Dewasa ia mengerti jika kata Perceraian itu bukan asal mula kebahagian, kata perpisahan itu amat menakutkan. Dan Kala merasa terasingkan dari dua keluarga yang sudah bahagia, tentu tanpa dirinya.

Lagi ia menghisap sepuntung rokok yang terjepit antara kedua jari nya, menghembuskan asap beracun itu keudara.

Hawa dingin dari angin malam sehabis hujan tak membuat nya ingin beranjak, ia menatap kertas usang yang selalu ia bawa kemana-mana. Kertas berisi 10 nomor dengan 10 kalimat yang berbeda.

Gadis itu tertawa hambar, hanya 10 mengapa Tuhan tak juga mau mengabulkan? Apa 10 itu terlalu banyak.

"Harus nya dari dulu gue sadar kalo semenjak ayah dan Bunda pisah, Dunia gue gak bakal lagi sama."

"Dunia gue bukan lagi di sini, dan sekarang gue ngerti kenapa semesta sering kasih luka, karna Tuhan gak mau punya hamba yang kaya sampah."

Kala memejamkan mata erat, gadis itu mematikan puntung rokok nya pada peluran rooftop di rumah berlantai tiga itu. Lantai yang biasa di gunakan asisten rumah tangga nya untuk menjemur pakaian. 

"Kala, kenalin ini om Hyun, nanti om Hyun bakal jadi papah nya Kala."

"Kala ini tante Tita, Nanti tante yang akan jadi pengganti Bunda."

"Kala ini Sera, Sera satu tahun lebih tua dari kamu. Panggil Sera Kakak ya."

"Kala ini ka Rona, ka Rona nanti jadi kakak Kala, sama kaya Mba Aussie."

Kala, Kala, Kala. Banyak sekali Kala di saat itu. Di perkenalkan satu persatu meski gadis kecil itu tak mengerti.

Dan ia berharap kini pun ia tak paham, tak akan pernah paham agar tak terjadi luka di hati nya.

"Kala sebenernya bingung mau ikut Bunda atau Ayah, tapi kalo di suruh pilih. Kala mending ikut Tuhan aja."

Kala, Dan 10 Pinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang