2. 'SEBUAH SIASAT'

128 20 0
                                    

Di sebuah Goa yang hanya di terangi cahaya lentera...

"MAU APA KAU DATANG KEMARI, MAKHLUK RENDAHAN?!"

Sesosok makhluk dengan mata merah berujar dari balik jeruji besi besar yang ada di sebuah Goa gelap. Saking gelapnya, wujudnya pun tak terlihat selain sepasang mata besar yang menyala bak kobaran api di dalam kegelapan.

Seorang kesatria yang berdiri agak jauh dari jeruji gelap itu tersenyum miring. "Makhluk rendahan, ya?" ucapnya santai, nyaris tak ada rasa takut dari gelagatnya saat berhadapan dengan makhluk di hadapannya yang entah apa itu.

Tiba-tiba suara decihan yang amat begitu menggema berhasil menggetarkan Goa. "TENTU SAJA, KALIAN PARA MANUSIA ADALAH MAKHLUK RENDAHAN YANG HANYA DATANH UNTUK MEMANFAATKANKU SAJA."

Kesatria itu berdecap dengan santainya sambil berjalan beberapa langkah mendekati asal suara di balik jeruji itu. "Kasihan sekali, makhluk sekuat & sehebat ini harus di kurung. Oh, bahkan mungkin sebentar lagi keberadaanmu akan musnah."

Suara geraman & auman menggelegar diiringi suara gemeresik rantai dari dalam jeruji tersebut, saat kesatria itu melontarkan ucapan dengan nada meremehkan. Goa begitu bergetar hebat saat itu, menjatuhkan bebatuan kecil yang ada di sana.

"BERANI-BERANINYA MANUSIA KOTOR SEPERTIMU BERBICARA SOAL KEMATIAN DI DEPAN MAKHLUK ABADI, KURANG AJAR KAU! BAHKAN TANPA BANTUAN ENERGI SIHIRKU KAU HANYALAH SEONGGOK MANUSIA TIDAK BERGUNA!"

Kesatria itu hanya mengorek telinganya amat santai, karena teriakkan & gema suara makhluk itu terasa sedikit mengganggu telinganya sekarang. "Makhluk abadi, ya? Huh!" ucapnya sinis, "jadi kau belum dengar soal cucu dari kesatria yang telah menaklukkanmu, ya? sungguh ironi."

"APA MAKSUDMU KETURUNAN VIETCH?"

"Ya, seminggu yang lalu Raja Vietch resmi menghukum putri keduanya seperti yang sudah di ramalkan. & kau tahu apa...?" kesatria itu memegang jeruji besi besar nan kokoh di depannya, "dia akan segera memulai pengasingannya sebagai kesatria, mulai besok."

Mendengar itu, kembali makhluk itu mengamuk dengan suara menggelegar. Solvack adalah kesatria yang berhasil menaklukkan makhluk bernama Ramus yang kini tengah berbincang disana, ia juga merupakan kesatria legenda yang sangat terkenal pada masanya.

Karena menggunakan segenap energi untuk dapat menyegel makhluk tersebut Solvack pun harus rela meregang nyawanya, namun sebelum itu Solvack pernah mengikrarkan sumpah yang mengatakan jika salah satu keturunan darinya akan menghadirkan 7 kesatria hebat termasyhur di antero jagat yang akan mengancam ke selamatan makhluk bernama Ramus tersebut.

"TIDAK BERGUNA!"

"Kau berisik sekali, nafasmu bau tahu!" ucapnya santai sembari memencet hidung.

"MAKHLUK RENDAHAN TIDAK BERGUNA!" makinya, "KAU BILANG AKAN MENCEGAH HAL ITU TERJADI TAPI APA NYATANYA? PEMBOHONG, PENIPU, MANUSIA KOTOR. TIDAK AKAN KU BIARKAN KAU HIDUP, AKU BERSUMPAH DEMI KE ABADIANKU!"

Kesatria itu tertawa, "abadi kau bilang? Ha..." ia menghela nafas santai, "kau adalah monster jelek ternarsis yang pernah aku temui, lucu sekali makhluk bau ini."

"HAHAHA...!!" suara tawa begitu menggelegar dari makhluk bernama Ramus tersebut, "BERANI-BERANINYA SEORANG PUTRA DARI SELIR MURAHAN INI BERMIMPI UNTUK MENGUASAI NEGERI MATA ANGIN. BAHKAN KEBERADAANMU SAJA TERTOLAK OLEH AYAHMU SENDIRI, DASAR PEMBUAL!"

Tak terima dengan semua penghinaan kasar makhluk itu, tiba-tiba sebuah kilatan cahaya berwarna oranye melapisi rantai besar penuh karat di balik jeruji itu. Bak aliran guntur, cahaya itu menyerang makhluk tersebut sampai menjerit kesakitan.

"Kau adalah pemilik energi sihir terhebat di antero Negeri ini, bisakah kau bertindak lebih elegan? Nafasmu benar-benar bau." Keluhnya dengan santai.

"KURANG AJAR, AKAN KU BALAS KAU NATHAIR!"

Nathair merupakan kesatria yang terlahir dari selir Raja Solvack yang juga Merupakan ayah dari Raja Vietch. Meski terlahir dari ayah yang sama, namun ada hal yang membedakan keberadaan dirinya dengan Vietch. Meski memiliki pemikiran sangat cerdik, namun Nathair memiliki satu kekurangan dalam dirinya yaitu ia terlahir tanpa berkat dari semesta.

Sedangkan Vietch yang tak lain adalah kakak sekaligus Raja di Kerajaan Utara mereka, memiliki berkat yang tergolong mumpuni dari semesta. Selain itu sifatnya pun tergolong sangatlah bijaksana, namun di samping itu sang Raja juga memiliki sifat yang gampang terhasut.

"Oh, benarkah? Aku takut sekali." ia berakting ketakutan, "namun sayangnya kaulah yang akan lebih dulu musnah."

"TIDAK AKAN KU BIARKAN!"

Sebuah seringai sombong terlukis di wajah Nathair. "Bahkan untuk melepaskan diri saja kau tidak bisa, bagaimana kau mau membalasku, huh?"

"KURANG AJAR! KURANG AJAR...!!" geram makhluk itu kembali.

Nathair kembali menghela nafasnya. "Baiklah, karena aku adalah kesatria yang baik & murah hati. Akan kutawarkan kau sesuatu, bagaimana?"

"AKU TIDAK AKAN PERNAH SUDI MENJADI ANJING UNTUK MANUSIA BERMULUT ULAR SEPERTIMU!"

"Ha... selain nafasmu bau, kau keras kepala juga, ya?" ejeknya santai, "padahal, aku berniat tulus karena aku tidak suka pada pemerintahan Vietch yang terkesan terlalu mendewakan rakyat tak berguna. Tapi ya sudahlah, lebih baik aku biarkan makhluk bau & angkuh sepertimu mati saja."

Makhluk itu terdiam dengan suara geraman yang terdengar menggetarkan gua. Tak lama suaranya kembali terdengar memenuhi gua yang remang dengan cahaya obor saja.

"BAIKLAH, APA ITU?"

"Eh?" Nathair segera menoleh, "cepat sekali kau berubah pikiran, ya? Aku pikir kau tetap percaya diri dengan embel-embel keabadian sampahmu itu."

"CEPAT KATAKAN, MAKHLUK KOTOR!"

"Ya, ya, ya... baiklah."

Nathair pun kembali mendekati jeruji besi itu untuk mengemukakan niat & rencana licik penuh siasatnya.

XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang