16. 'Kerajaan Barat Laut' Bagian II

43 6 0
                                    

Xavier as Sylia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xavier as Sylia




Ibu Kota Kerajaan Barat Laut...

Hujan deras menyelimuti malam. Sebuah jendela terlihat terbuka dari luar Istana yang menampakkan cahaya lampu redup dari dalam ruangannya. Sesosok pria dengan kain yang membalut kedua matanya kini tengah diam terpaku menghadap ke arah jendela Istana.

"Siapa di luar?"

Ia menggerakkan kepalanya ke samping seakan menerka sesuatu lewat matanya yang tertutup. Suara kerekan terdengar, membuka celah pintu sedikit demi sedikit untuk terbuka.

"Permisi, Pangeran. Yang Mulia Raja menyuruhku untuk membawa semua barang ini ke kamar Anda."

"Barang?" ia mengernyit. "Barang siapa?"

"Barang milik Nona Sylia, Pangeran."

"Oh." Sesingkat itu Jasiel memberikan tanggapannya pada pelayan di sana.

Beberapa saat setelah pelayan menuntaskan titah sang Raja, kembali seorang tak terduga yang tak ia kenali berdiri dengan ragu di muka pintu kamarnya.

"Beritahu aku namamu!"

Xavier begitu terkejut saat mendengar suara dari balik pintu tersebut. Ia masih tertegun dengan segala pikirannya.

"Kau tidak usah memikirkan hal yang terus berputar di kepalamu itu, cepat jawab pertanyaanku!" suara itu kembali berujar.

"A-aku Sylia, Pangeran. Apa aku boleh masuk?"

"Memangnya apa hakmu?"

"Bukankah kita telah resmi menikah? & sebagai istrimu, apa boleh aku mengenal seperti apa suamiku yang telah aku nikahi?"

"Bukankah kau sudah mengetahui semua tentangku?"

"Itu benar, tapi aku ingin memastikan semuanya dengan penilaianku sendiri bukan penilaian orang-orang."

"Terserah kau saja."

"Apa itu artinya Anda mengizinkanku masuk, Pangeran?"

Tak ada jawaban setelahnya, namun hal itu Xavier asumsikan sebagai sebuah izin untuknya. Ia pun mendorong perlahan pintu kamar tersebut, cahaya dari balik pintu luar membelah sebuah ruangan remang dengan aura suram yang kuat di sana.

Xavier membawa kakinya selangkah demi selangkah masuk ke dalam ruang remang minim pencahayaan tersebut, ia kemhdian berdiri di depan pintu yang kini tertutup.

"Apa yang kau cari?"

Xavier agak terkejut karena suara dengan nada bariton yang terkesan agak serak tersebut tiba-tiba terdengar.

"Aku ... mencari sosok Anda, Pangeran. Ruangannya agak gelap & menyulitkan pandanganku."

Sebuah dengusan tawa terdengar.

XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang