22. 'Laboratorium Ilegal'

26 7 0
                                    

Di tengah perjalanan, kedua suami Xavier tiba-tiba menemukan sebuah mulut Goa yang berada tepat di tengah hutan. Karena merasa penasaran, dengan langkah waspada perlahan mereka mendekati mulut Goa tersebut.

"Tempat apa ini?"

Tiba-tiba suara derapan kaki terdengar menggema di telinga Dacian.

"Ada orang!" ia berbisik.

Dacian segera menarik kerah baju Cassian & bersembunyi bersama di sebuah lemari besi usang yang gelap. Matanya terlihat mengintip di balik celah bundar kecil lemari besi tersebut.

"Siapa mereka? Aku pikir di sini tidak ada penghuninya," Cassian berbisik-bisik.

Dacian yang memiliki kepekaan indra penciuman, tiba-tiba mengernyit saat mengendus aroma aneh menusuk hidungnya.

"Apa kau mencium sesuatu, Pangeran?"

Cassian mengendus-endus. "Ya, bau ini seperti ....?"

Cassian yang curiga dengan lemari besi tua tersebut, menjentikkan jarinya untuk membuat api kecil dari energi tubuhnya. Betapa kagetnya ia saat melihat penampakan seonggok benda yang terbungkus kain putih mirip seperti mumi.

"A-apa itu mayat?!" suaranya terdengar tertahan.

"Mayat?!" Dacian mendelik. "Apa kau serius?!"

"Sebaiknya kita segera keluar dari sini, cepat!"

"Tunggu aku!"

Setelah situasi di rasa aman, mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri lorong Goa remang tersebut & sampai di sebuah persimpangan.

"Sepertinya kita harus membagi jalan."

"Apa kau yakin? Bahkan baru sampai saja kita sudah di suguhi hal mengerikan!" Cassian bergidik ngeri setelah apa yang mereka alami.

Dacian memijit dahinya ringan sambil menghembuskan nafas. Ia kemudian melakukan mantra pemanggil untuk menghadirkan Minsi agar memudahkan tugas mereka.

"Periksa keadaan di depan sana untuk kami!" titahnya.

Serigala itu mengaing & segera berlari memasuki satu di antara 4 lorong di hadapan mereka. Beberapa menit berlalu akhirnya Minsi selesai memeriksa ke-4 lorong tersebut & kembali ke hadapan Dacian.

"Aku akan mulai masuk dari sini." Dacian menunjuk lorong kedua dari sisi kirinya.

"Kalau begitu aku memilih jalan ini." Cassian menunjuk kebalikannya.

"Aku rasa lebih baik jika kau memilih jalan lain saja."

"Kenapa? Apa kau meremehkanku?"

"Aku tidak pernah bicara seperti itu. Ini hanya sekedar saran, jika kau merasa kesepian kau boleh meminta bantuan pada Pangeran Jasiel."

Cassian berdecih menanggapi ucapan Dacian yang terkesan menganggapnya penakut. Mereka pun berpisah & mengambil jalan yang mereka pilih masing-masing.

Dacian menyusuri lorong Goa gelap bersama Minsi. Setelah setengah perjalanan langkah serigala pemanggil miliknya itu tiba-tiba terhenti di iringi sebuah geraman saat merasakan sesuatu mendekat.

Dacian yang mengerti perangai hewan pemanggilnya, segera bersembunyi di balik salah satu pintu kayu dengan ruangan gelap yang ada di sana. Saat tengah mendengarkan suara derap langkah di luar pintu, tiba-tiba dari belakang Minsi menarik kain baju Dacian.

"Ada apa?" Dacian pun mengikuti langkah Minsi.

Serigala itu mengaing tepat di depan sebuah rak buku tua yang ada di sana. Dacian menatap saksama setiap bagian rak buku tersebut. Pandangannya menyipit saat melihat sebuah buku yang memiliki warna berbeda dengan buku-buku lainnya yang terlihat berdebu & usang.

XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang