30. 'Menjelang Peperangan'

26 6 0
                                    


Di sebuah Goa...

"Aku mencium bau ke bebasan yang semakin dekat!"

Suara yang terkesan agak seram terdengar dari balik gelapnya jeruji besi raksasa di dalam gua.

"Tentu saja, bahkan kau akan bebas memilih wadah terkuat untuk jadi tempat terbaikmu."

"Aku sudah tidak sabar dengan pembantaian yang akan terjadi, pastikan saat itu kau tetap setia padaku."

"Itu tergantung, jika kau dapat melenyapkan 7 Pangeran maka hal itu tidak perlu kau risaukan lagi."

Di sisi lain, rombongan kereta kuda milik bangsawan Rutherford tengah menembus jalanan hutan menuju kediaman mereka, di tengah perjalanan rombongan itu terhenti secara tiba-tiba.

"Keluar!"

Suara lantang penuh berani menggaung bak auman singa di tengah hutan.

"Siapa yang berani mengganggu perjalanan kita?"

"Pangeran Dacian, Tuan."

Geoffrey mengeluarkan kepalanya keluar dari celah kereta kuda yang ia naiki. Sebuah senyum miring tersungging di wajahnya saat melihat seorang gagah berani yang kini bertengger di atas kuda perang ke banggannya.

"Hentikan keretanya!"

"Tapi Tuan, dia bersenjata, bukankah itu suatu tantangan?"

Geoffrey hanya tersenyum miring, kemudian segera menghampiri keberadaan Dacian di sana.

"Apa kau datang untuk membunuhku, Pangeran?"

"Pangeran?" Dacian menyeringai. "Mungkin lebih tepatnya Yang Mulia Raja."

Geoffrey berdecih. Tiba-tiba perasaan iri membuat hatinya bergejolak.

Geoffrey memasang tatap siaga dengan tangan memegang erat sebuah pedang yang terbungkus di sisi pinggangnya.

"Kenapa bersiaga? Apa kau tahu kalau aku akan memenggal kepalamu?"

"Serigala bermulut besar!" geram Geoffrey tajam.

Sebuah tawa terdengar memekak di telinga Geoffrey. Bulir keringat di wajah tegangnya bergerak perlahan menggambarkan kegentaran yang tersembunyi.

"Jangan takut, aku hanya akan menunaikan ucapanku di medan pertempuran saja."

Sebuah gulungan surat di lempar Dacian & di tangkap oleh Geoffrey. Saat gulungan di buka sebuah seringai muncul di wajah Geoffrey, dengan santai ia membakar gulungan tersebut dengan api yang begitu saja keluar dari tangannya.

"Apa ini cukup untuk menjawab tantanganmu, Yang Mulia?"

Dacian menyeringai, kemudian menarik tali kekang tunggangannya kembali menuju Istana, meninggalkan Geoffrey dengan tangan yang gemetar menggenggam sarung pedangnya.

"Perasaan menjijikkan setiap berhadapan dengan serigala kecil itu tetap tak berubah rupanya,"

Geoffrey pun segera balik badan & kembali melanjutkan perjalanannya.

o0o


"Tunggu, Xavier!"

Aillard berjalan cepat & begitu marah dengan sikap sang Ratu yang tiba-tiba saja berjalan mendahuluinya masuk ke Istana milik Dacian karena tak mau mendengar ucapannya.

"Seorang Ratu tak seharusnya bertindak kekanakan, seperti ini, bukan?"

Tarikan Aillard seketika membuat langkah Xavier terhenti, ia hanya diam menggigit bibirnya menahan emosi.

XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang