24. 'Misi Ketiga' (Wabah)

25 6 0
                                    

Vietch, Nathair, Zammera, Xavier, beserta kedua suaminya yaitu Garren & Nathaniel, kini terlihat berkumpul di ruang rapat Istana untuk membahas permasalahan misi yang akan kembali di lakukan para menantu Raja Vietch tersebut.

"Begitulah laporan yang di terima utusanku." ucap Nathair, setelah membacakan isi dari sepucuk gulungan surat yang ia terima dari bawahannya.

"Bagaimana? Apa ada yang sudah siap dengan misi hukuman ini?"

Ruang sidang keluarga seketika hening, semua yang ada di sana hanya saling lempar tatapan.

"Izinkan aku yang mengambil misi hukuman ini Yang Mulia." Nathaniel mulai membuka suara.

"Aku pun akan turut serta." Garren menimpali.

"Apa kalian yakin?" Nathair memandang keduanya dengan tatap remeh. "Menurut rumornya, wabah itu sangat aktif bermutasi tanpa jeda. Bahkan sudah berhasil menelan setengah populasi makhluk hidup di wilayah tersebut."

"Meskipun aku tidak sehebat Pangeran Nathaniel dalam pengetahuan medis, aku masih punya berkat menganalisis kejadian yang mungkin akan membantunya saat menangani wabah tersebut."

"Baiklah, jika begitu. Nathair?!"

"Saya, Yang Mulia."

"Buatkan perizinan pasokan obat-obatan khusus untuk kedua Pangeran ini."

"Maaf Yang Mulia, boleh Aku mengusulkan?" Nathair memulai aksinya.

"Apa itu?"

"Mengingat pasokan obat-obatan kita yang belum di evaluasi kembali, bukankah kita harus menstoknya demi kesejahteraan Istana juga?"

Tatapan tajam dari Xavier & ke-5 suaminya, terlihat begitu mendominasi keberadaan Nathair saat ia melancarkan hasutannya terhadap sang Raja.

"Lagi pula hanya tersisa beberapa nyawa saja yang bertahan disana, selebihnya untuk yang terjangkit ... bukankah lebih baik jika inangnya di musnahkan agar tak menjangkiti yang lain, Yang Mulia?"

Dacian yang mulai terprovokasi pun bangkit dari duduk tenangnya.

"Apa kau bercanda?!" ucap Dacian begitu emosi. "Sebagai orang yang pernah mengalami hal yang tak jauh berbeda, bukankah yang terjangkit juga memiliki peluang untuk sembuh & hidup?"

"Pangeran Dacian benar, lagi pula mereka yang terjangkit belum tentu tidak akan hidup." Cassian menimpali.

"Sayangnya meski tetap hidup, mereka tidak memiliki berkat penyembuhan sepertimu Pangeran. Bukankah sebuah virus penyebab wabah tidak dapat mati begitu saja? Apa aku salah, Pangeran Nathaniel?" balas Nathair begitu santai & licik.

"Aku tidak tahu pasti, tapi untuk beberapa kasus memang benar ada hal seperti itu."

Nathair memasang wajah penuh kemenangan. "Apa kau dengar itu, Pangeran?"

"Tapi ... mau bagaimana pun sebagai orang yang di berkati dengan pemahaman ilmu medis yang lebih, sudah kewajibanku untuk menolong sesama tanpa pandang bulu. Sekalipun itu musuhku aku pasti akan menyembuhkannya, Paman."

Ucapan Nathaniel seketika merubah semu pada wajah Nathair yang semula tersenyum penuh kemenangan kini berubah menjadi tatapan dendam & emosi.

"Apa akan ada jaminan, saat seorang yang terjangkit tak akan menjangkiti orang lainnya?"

"Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan bertahap setelah fase pemulihan, Yang Mulia. Akan tetapi, jika memang hal itu terjadi, maka dengan berat hati Kerajaan harus mau mengisolasi wilayah tersebut demi keselamatan."

"Baiklah. Buatkan perizinan pasokan obat-obatan terbatas atas nama Pangeran Nathaniel & Pangeran Garren."

Sebuah senyum licik penuh kemenangan kini tersungging di wajah Nathair yang kembali berhasil memanipulasi pikiran sang Raja.

XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang