Di medan pertempuran.
"Bantu aku terhubung dengan semua pemimpin pasukan!"
Hadriel menempel ke punggung salah satu prajurit yang memiliki kemampuan sensorik telepati yang sama di pasukannya.
"Dengar! Hadriel yang berbicara di sini!"
Suara Hadriel terhubung & muncul di benak seluruh elemen pasukan kubu mereka.
"Karena yang paling dekat dengan sasaran kita adalah Yang Mulia Raja Dacian, aku minta pada kalian untuk sebisa mungkin alihkan perhatian musuh yang mencoba mendekati mereka. Kita akan membuat panggung untuk Yang Mulia Dacian!"
Hadriel mulai memberi komando strategi pada semuanya lewat kemampuan sensorik telepati yang ia miliki.
"Baik!" jawab semua pemimpin pasukan.
Segera mereka memberi sebuah isyarat tanda untuk semua prajurit yang mereka pimpin masing-masing. Mengerti akan hal tersebut, semua barisan prajurit pun segera melancarkan komando yang di berikan.
"Aku telah membuka jalan untukmu Yang Mulia, tuntaskan janji yang kita buat bersama!"
Suara Hadriel bergema di benak Dacian.
"Terima kasih, Hadriel. Aku harap setelah ini Xavier dapat kembali berbicara dengan kalian."Setelah mendengar ucapan Dacian, Hadriel memutus koneksi telepatinya.
Di markas pertahanan milik kubu tujuh suami Xavier, suasana canggung begitu terasa di antara Jasiel & sang Ratu. Bagaimana tidak, percakapan di antara Hadriel & Dacian yang terkoneksi dari medan pertempuran benar-benar telah membuat sang istri merasa tak nyaman.
Xavier merasa tak enak hati karena sikap kekecewaannya yang tanpa sengaja telah membuat tembok besar terhadap hubungan Hadriel & suaminya yang lain. Karena bingung harus bersikap apa, kebisuan pun seketika membungkam mulut keduanya.
Kembali di medan pertempuran. Setelah meninggalkan pertempuran yang sebelumnya ia geluti, kini sang Raja dari Selatan pun telah berdiri tepat di hadapan targetnya.
Sebuah senyum miring di tunjukkan Geoffrey, seolah menyambut kedatangan sang sepupu kali ini. "Hei, siapa ini? Kau terlihat begitu prima sekali, Yang Mulia."
Dacian terlihat tegap menggenggam pedang berlumur darah di atas tunggangannya. "Tentu kau tahu betul bagaimana keadaanku. Apa kau kecewa setelah melihat keadaanku ini, saudaraku?"
Tawa ejekan keras terdengar merespons segala ucapan Dacian. "Saudara? Aku benar-benar tersanjung sekali." Geoffrey terkekeh. "Tapi sayangnya aku tidak menyukai panggilan tersebut!" Dalam sekejap raut wajahnya berubah menajam penuh dendam.
Sebuah serangan tanpa aba-aba segera di lakukan Geoffrey, ia benar-benar terlihat serius dengan pertarungannya kali ini. Lesatan energi sihir & ayunan pedang yang sama kuat terlihat saling bersahutan di antara keduanya. Perduelan sengit pun tak ter elakkan lagi.
Pertarungan yang terkesan sepadan itu terlihat berjalan alot hingga membuat keduanya kehabisan energi di detik-detik penghujung tenggelamnya matahari.
Keduanya terlihat lusuh di penuhi luka. Deruan suara nafas tersengal menggambarkan betapa luar biasanya energi yang mereka kerahkan selama perduelan berlangsung.
"Sebelum ... salah satu di antara kita mati ... aku ingin mengatakan ini lebih dulu ..." nafas Geoffrey terdengar terpotong-potong.
Kedua ujung alis Dacian terlihat saling beradu, dengan sebelah mata memicing mencoba menahan perasaan lelah karena energinya yang terkuras.
"Butuh beberapa tahun untuk orang-orang mengakui kehadiranku, hingga tiba-tiba seorang penghalang lahir & menghancurkan segala proses yang susah payah aku bangun demi menghancurkan keberadaan kaum Wulfrick!"
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WIND
Fantasykebencian merupakan emosi yang sangat kuat, sama kuatnya dengan cinta. Ia melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, dan antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurk...