Beberapa minggu setelah pesta perhelatan, Istana Kerajaan Utara...
"Setelah mempermalukanku di depan para petinggi, sekarang kalian memfitnah Adikku juga atas tuduhan pembelotan?!"
"Memfitnah?!" Aillard mengernyit. "Apa maksud Anda, Ayah? Kami tidak sedikit pun bertujuan demikian, kami justru mengkhawatirkan Anda & masa depan Kerajaan ini."
"Sepertinya penerimaan dariku telah membuat kalian lupa diri. Dengan sesuka hati kalian berlagak seperti seorang pahlawan, tahu apa kalian tentang Nathair?"
"Bukan begitu Ayah mertua ...."
"Berhenti memanggilku Ayah mertua jika kalian terus memfitnah adikku sekeji ini!"
"Tolong mengertilah Yang Mulia, Anda tidak tahu seberapa berbahayanya pengaruh Nathair untuk Anda & rakyat Kerajaan Utara!"
"HENTIKAN OMONG KOSONGMU!" Vietch meninggi penuh emosi. "Jika kalian menuduh adikku dengan hal keji silakan angkat kaki dari Kerajaan Utara sebagai seorang musuh!"
"Baiklah jika itu keinginan Anda, dengan segenap keberanianku, aku, Aillard Andyesh Khill pemimpin baru Kerajaan Timur mewakili ke-6 suami Xavier lainnya menantang Anda di medan pertempuran!"
Tak di sangka-sangka sebuah acungan pedang kini menodong dagu Aillard.
"Sebelum itu berduellah denganku atas nama keberanian!"
Mau tak mau Aillard pun menghunus pedang miliknya & memasang kuda-kuda. Perduelan itu pun di pergoki oleh pelayan Istana, dengan panik sang pelayan pun segera memberitahukannya pada Zammera. Setelah mendapat berita mencengangkan tersebut, Zammera & Rubby segera meluncur ke tempat perduelan mereka.
"CUKUP!" Zammera terjun ke tengah perduelan itu di susul Rubby.
"Apa yang kalian lakukan?!"
"Apa yang terjadi, Adik ipar?!" Rubby mencoba menghalangi Aillard.
"Aku Vietch Solvack, menerima tantanganmu beserta Pangeran lainnya untuk berperang di padang Alash!"
"Apa maksudnya, Ayah?!"
"Perang?!" Zammera tak habis pikir. "Apa ini? Bahkan putriku masih terguncang dengan segala penghinaan yang terjadi & kalian mau menambah kesedihannya?!"
"Ibu benar Ayah, tidakkah ini akan menghancurkan Xavier?!"
"Tidak!"
Xavier muncul dengan tiba-tiba.
"Xavier?!"
"Semua perlakuan Ayah terhadapku sudah lebih dulu membuatku terguncang, Ibu."
"Apa maksudmu, Nak?!"
"Bukankah ini yang Ayah inginkan?"
"Aku & ke-7 suamiku akan keluar dari Istana."
"Apa kau bercanda? Kau lebih memilih mereka di bandingkan orang tuamu, Xavier?"
"Ini bukan lagi soal aku ataupun kau Ayah, tapi ini sudah menyangkut masa depan & kebenaran."
"Apa?!"
"Detik ini juga, kami memutuskan untuk pergi dari Istana & menantangmu demi kelangsungan masa depan semesta."
"Baiklah jika itu ke putusanmu."
Tanpa menoleh lagi Xavier pun segera undur diri dari sana meninggalkan kedua orang tua & kakak perempuannya yang kini menatapnya penuh air mata. Dacian pun memberikan penghormatan terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WIND
Fantasykebencian merupakan emosi yang sangat kuat, sama kuatnya dengan cinta. Ia melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, dan antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurk...