***
Aula Istana Kerajaan Utara terlihat begitu riuh & ramai, cahaya kemasan terlihat memancar menerangi tiap sudut Istana di tengah gelapnya malam. Musik klasik terdengar mengalun di dalam Istana yang kini di dominasi dengan hiasan meriah. Semua tamu pun terlihat menikmati acara tersebut.Di lantai dansa, sebuah insiden tak menyenangkan menimpa Xavier, saat salah satu putra bangsawan terkenal beberapa kali melakukan sentuhan yang sedikit agak melecehkan & membuatnya tak nyaman.
Merasa amat di rendahkan, Xavier pun marah & kesal, tubuhnya seketika memberontak & mendorong pelan pria bangsawan yang di kenal dengan nama Geoffrey itu.
Alih-alih melepaskan tubuh Xavier, ia justru makin mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang Xavier dengan nakal & sengaja. Garren & Hadriel yang bergabung dalam pesta secara diam-diam itu memperhatikan dari kejauhan.
"Kurang ajar!" umpat Hadriel pelan. "Manusia kotor macam apa yang berani berlaku tak pantas terhadap seorang wanita? Benar-benar memuakkan!"
"Benar-benar tidak bermoral, kita harus menghentikannya!" balas Garren.
Meski tak melihat secara langsung karena keterbatasan yang ia miliki, Jasiel yang peka dengan perasaan kedua pangeran itu segera menyergah.
"Tidak, aku mohon bersabarlah sedikit. Jika kalian memuntahkan emosi kalian di sini, ini akan jadi bencana!"
"Apa yang kau bicarakan? Apa kau senang melihat Ibu dari anak-anak kita di rendahkan seperti ini?!" protes Hadriel.
"Bahkan Minsi lebih memiliki sopan santun di bandingkan dengannya!" Cassian menimpali.
Xavier yang amat emosi karena mendapat sikap kurang sopan dari Geoffrey segera melepaskan diri dengan paksa dari dekapannya. Ia kemudian berjalan cepat ke arah meja besar yang di penuhi dengan gelas anggur yang tersusun rapi di sana lalu mengambil salah satu gelas berisi anggur tersebut dari sana.
Splash...!!
Anggur yang semula memenuhi isi gelas, kini ia siramkan ke arah wajah tampan Geoffrey. Suara pecahan gelas yang di lempar ke permukaan lantai dansa pun seketika menyita perhatian semua tamu yang hadir di sana, riuh ramai pun berubah menyepi.
"Wanita sialan!" gumamnya. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Geoffrey penuh kesal & malu yang bercampur aduk.
"Kau pantas menerimanya! Bahkan air termurni yang ada di danau surga sekali pun tidaklah cukup untuk membersihkan segala sifat kotormu itu!" balas Xavier penuh berani.
Geoffrey memberengut tajam menatap Xavier, ia kemudian memegang sarung pedang di pinggangnya. Hadriel yang semula hanya diam segera menghampiri Geoffrey untuk mengurungkan aksinya.
"Banyak tamu kehormatan di sini. Bukankah mengangkat senjata di acara formal adalah sebuah kejahatan, Tuan?" Hadriel berbisik.
Ucapan Hadriel mendominasinya & membuat ia berpikir untuk sejenak, perlahan ia mengendurkan genggaman tangannya dari senjata.
"Siapa kau?" Geoffrey menatap saksama sosok Hadriel.
"Aku adalah suami dari perempuan yang kau perlakukan tidak baik di sana, Tuan!"
Sebuah senyum miring terukir. "Apa kau bercanda?" Ia menepis tangan Hadriel menjauh, kemudian kembali memaut pedang miliknya.
Bersamaan dengan itu, sebuah ujung pedang lain mengacung melindungi Xavier. Semua yang ada di sana terkejut & bergerak mundur serempak.
"Apakah adil saat seorang terhormat membalas semburan anggur dengan acungan senjata, Tuan?" ucap Garren yang kini pasang badan.
"Siapa ini?" ia menyeringai & menatap dengan remeh. "Apa kau seorang kesatria penjilat?"
"Aku Garren, suami dari Tuan Putri Xavier."
Vietch yang semula duduk tenang kini di buat membelalak saat melihat menantunya dengan terang-terangan muncul di depan semua tamu yang hadir & melupakan segala kesepakatan mereka sebelumnya.
"Apa yang mereka lakukan?!" gumam Vietch dengan gigi merapat menahan emosi. "Benar-benar memalukan!"
Di samping itu sang adik, yaitu Nathair, kini tengah memasang sebuah seringai liciknya melihat kejadian yang memang sangat ia nantikan tersebut.
"Suami pertama ....?" Geoffrey menoleh ke arah Hadriel. "Suami kedua?" kemudian menunjuk keberadaan Garren.
"Wah, wah ... apa ini? Satu wanita dengan dua orang suami?"
Tiba-tiba seorang bangsawan lain muncul bergabung di tengah-tengah sana dengan langkah santai.
"Pertunjukkan tak bermoral macam apa ini?"
Pria pemilik nama Johann Fauntleroy tersebut menolehkan kepalanya ke arah belakang di mana Vietch kini tengah duduk dengan gusar di kursi takhta miliknya.
"Jadi, inikah alasanmu menolak lamaran putraku, Yang Mulia?"
Vietch hanya diam menahan segala rasa malunya yang begitu terlihat menyiksa.
"Jika sang Putri dapat di miliki lebih dari satu Pangeran, apakah aku boleh juga mencalonkan diri untuk menjadi menantumu yang selanjutnya, Yang Mulia?" ucap Johann dengan nada memojokkan.
"Sebaiknya kau jadi pria pintar, Yang Mulia, karena hanya laki-laki bodoh saja yang mau mencintai wanita yang sudah di nikmati banyak pria!" timpal Geoffrey, sambil menatap keberadaan Garren & Hadriel.
"Lantas, apakah masih pantas? Laki-laki yang telah menikmati banyak wanita untuk di cintai kembali, Tuan Rutherford?" Hadriel membalas.
Gelak tawa kini menggema memenuhi Istana. Vietch di ejek habis-habisan oleh semua elite pemimpin di sana, sampai-sampai ia merasa sudah tak memiliki muka lagi saat mereka melontarkan segala penghinaan atas Putrinya. Ia terpaksa menahan segala emosi di dadanya yang terasa bergejolak saat mendengar untaian ejekan yang mereka lontarkan.
Zammera yang mulai tak tahan dengan semua yang terjadi, kini bangkit dari takhtanya dengan emosi yang mulai memuncak.
"Jaga batasan kalian!"
Suasana kembali senyap.
"Menjaga batasan?" Johann tertawa dalam keheningan.
"Memangnya apa yang salah dengan ucapan Raja Johann, Yang Mulia? Coba kita simak tanggapan para tamu terhormat di sini."
Geoffrey menatap sekeliling.
"Di sebut apa wanita yang memiliki pasangan lebih dari satu? Wanita penghibur, atau ... tunasusila?"
Alih-alih membantu sang kakak keluar dari situasi memalukan tersebut, Nathair justru terlihat sangat menikmati segala hinaan yang di berikan pada Vietch. Ia hanya diam dengan seringai puasnya yang tersembunyi & membiarkan sang kakak habis di buat malu.
Saat tawa menggema, sosok gagah berani yang di dampingi dua pengawal baru saja tiba di acara tersebut. Ia memperhatikan keadaan Xavier yang tertunduk menahan segala perasaannya yang campur aduk.
"Apa begini cara kalian menghormati seorang wanita?!"
"Kami memang menghormati seorang wanita bukan seorang p*lacur, Yang Mulia!" jawab Geoffrey.
Sosok gagah yang tak lain merupakan suami ke empat Xavier tersebut mulai tak kuasa menahan rasa kesalnya saat menyaksikan penghinaan yang terjadi. Karena tak kuasa lagi membendung amarahnya, dengan penuh tenaga ia melayangkan pukulan dahsyat ke atas lantai Istana.
"Y-Yang Mulia ...?"
"Dacian?" gumam para suami Xavier.
Pengawal Dacian & semua yang hadir di sana begitu terkejut dengan dentuman & getaran yang terasa seakan-akan hendak menghancurkan Istana tersebut. Semua yang ada di sana seketika menatap lurus ke arah belakang di mana Dacian & kedua pengawalnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WIND
Fantasykebencian merupakan emosi yang sangat kuat, sama kuatnya dengan cinta. Ia melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, dan antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurk...