14. 'Kerajaan Barat' Bagian II

33 7 0
                                    


Xavier as Asterin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xavier as Asterin





Hari demi hari mereka jalani penuh bahagia, hingga tibalah hari di mana saat kelahiran putra mereka. Berbeda dengan putra-putra Xavier dari para Pangeran sebelumnya, ada sebuah fenomena alam dramatis yang semesta tunjukkan di hari kelahirannya, saat tiba-tiba sebuah guncangan dahsyat mengiringi prosesi kelahiran putra pertama Pangeran Barat tersebut.

Aktivitas vulkanologi gunung api Barat yang dalam keadaan stabil tiba-tiba saja meningkat pesat & memburuk, membuat semua hewan & rakyat yang ada di sekitarnya kalang kabut & berhamburan meninggalkan tempat mereka menuju gerbang Istana untuk mencari perlindungan.

"Tenanglah wahai rakyatku, tetaplah di tempat kalian!" titah Raja, mencoba menenangkan kekisruhan yang terjadi.

Sementara itu seekor burung elang besar yang merupakan hewan pemanggil milik Pangeran Cassian, kini tengah melayang di atas benteng Kerajaan, membawa serta Cassian & dua pengawalnya.

"Buat pelindungnya sekarang!"

Kedua pengawalnya segera memberikan komando kepada semua prajurit yang bersiaga di atas benteng Kerajaan, sebuah cahaya pun menembus langit & mengungkung seluruh sisi benteng Kerajaan.

"Selanjutnya bagaimana Pangeran?"


"Kita akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengungsikan seluruh rakyat Barat ke tempat aman sebelum durasi pelindungnya memudar."

"Baik, Pangeran."

Dalam situasi genting, saat kawah memuntahkan batuan panasnya, sebuah cahaya oranye menyala muncul menembus awan hitam. Cahaya itu terhenti di atas kawah gunung.

"Lihat di sana!" teriak seseorang dengan lantangnya.

Semua rakyat yang tengah memasang wajah panik & ketakutan pun tertegun menatap ke beradaan cahaya tersebut, begitu pun Cassian. Guncangan pun tiba-tiba mereda seketika.

Bersamaan dengan itu, di dalam Istana, suara tangis bayi terdengar mengusir wajah-wajah cemas yang tercipta di sana.

"Beritahu Cassian, cucuku telah lahir."

"Baik, Yang Mulia Ratu."

Kembali di situasi genting luar Istana, Embusan kuat angin menampilkan cahaya rembulan & menyingkap awan hitam vulkanik yang sempat menggelapkan seluruh langit. Cahaya oranye di atas kawah kini terbang mendekat menuju arah Kerajaan, semua penjaga pun terlihat bersiap siaga dengan energi sihir masing-masing.

Cahaya yang di tengarai merupakan Phoenix yang selama ini tertidur itu kini melayang di hadapan Kerajaan.

"Apa itu Phoenix api penjaga, Ayah?"

"Sepertinya begitu."

Karena khawatir makhluk tersebut akan membahayakan seluruh rakyat Kerajaan Barat, seorang panglima pun segera memberi perintah.

"Lempar kekuatan kalian!"

"Tidak, berhenti!" Cassian mencegah komando panglimanya.

Semua prajurit penjaga pun menahan kekuatan mereka.

"Ada apa, Pangeran?"

"Buka pelindungnya!" perintah Raja.

"Tapi, Yang Mulia ...."

"Baiklah, Buka pelindungnya!" kembali komando di berikan Cassian.

Seketika cahaya yang mengungkung Kerajaan pun memudar. Dari tempat lain, seekor merpati kini terbang keluar dari jendela Istana & hinggap di atas bahu salah satu prajurit Istana.

"Pangeran, ada kabar bahagia dari Istana!"

Cassian menoleh, lalu mengernyit. "Apa?"

"Putra Anda telah lahir!"

"Benarkah?!" seketika raut cerah penuh bahagia menghiasi wajahnya.

Seakan menyambut kelahiran sang bayi, Phoenix itu memekak & terbang di atas langit Istana. Bak mengekspresikan perasaannya ia pun mengepakkan kedua sayap apinya, sebuah pijaran api memercik & menghiasi langit Kerajaan Barat. Senyum pun kini terlukis di wajah Cassian & ayahnya.

"Rupanya dia datang untuk menyambut kelahiran pewaris Kerajaan Barat kita." tutur Raja penuh gembira.

"HIDUP PUTRA PANGERAN CASSIAN!!"

"HIDUP!!"

Sorak ria dari rakyat Kerajaan Barat yang riuh mengusir ke gentingan mencekam yang sempat terjadi. Kelahiran putra pangeran mereka berhasil menyelamatkan ribuan nyawa rakyat & membuat sang Phoenix penjaga Kerajaan Barat itu bertemu dengan tuannya yang baru.

Sebuah senyum gembira penuh haru kini menghiasi wajah pangeran Barat tersebut. Selain perasaan bahagia karena telah menjadi seorang ayah, ia juga begitu terharu melihat seluruh rakyatnya ikut berbahagia atas kelahiran putra pertamanya.






Waktu bergulir begitu cepat setelah peristiwa tersebut, hingga tak terasa hari perpisahan untuk Xavier beserta Cassian & putranya pun tiba.

"Aku akan merindukanmu, istriku. Untuk semua kejadian lalu, Kerajaan Barat berhutang nyawa padamu."

Xavier tersenyum. "Bukankah ini sudah jadi tugasku sebagai bagian dari keluarga Istana?"

Sebuah senyum manis di berikan sang pangeran Barat tersebut. "Ah, ya, pengawal?!" panggilnya.

Seorang pengawal segera mendekat dengan membawa sebuah baki yang di tutup kain merah di permukaannya.

"Apa ini?"

Cassian membuka kain penutup baki tersebut & mengambil dua pasang pedang dari sana.

"Ini adalah salah satu pedang kembar bersejarah yang di miliki Kerajaan kami, bawalah pusaka ini sebagai hadiah persahabatan untuk kesatria beruntung yang akan jadi suamimu kelak."

"Baiklah, terima kasih atas segala kebaikanmu, suamiku Cassian."

"Ya, jaga dirimu baik-baik Xavier," ucapnya. "Aku & putra kita akan sangat merindukanmu."

"Kalau begitu aku titipkan dia padamu, jaga putra kita dengan segenap jiwa & ragamu."

"Hm." Cassian mengangguk & tersenyum.

Setelah itu Xavier pun berpisah dengan sang Pangeran di sebuah perbatasan.



XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang