"Suamiku, apa kalian mendengarku?""Xavier ... ?"
"Jika kalian mendengarku lakukan apa yang aku katakan. Aku minta kalian menghentikan upaya menghancurkan kubus itu dengan energi kalian."
Mereka menghentikan serangan energinya sesuai permintaan Xavier.
"Jangan lakukan apa pun sampai suamiku Jasiel berhasil mengirimku menuju ke medan pertempuran."
"Apa kau bercanda?!" Seketika Hadriel bereaksi.
"Benar, apa yang kau pikirkan Xavier? Terlalu bahaya di sini, musuh bisa saja menjadikanmu target sasaran empuk untuk menjatuhkan kami!"
"Astaga...!" keluh Hadriel.
"Sudah tidak ada waktu lagi untuk memikirkan itu semua. Kalian harus ingat di dalam sana ada suamiku Aillard tengah terkurung bersama orang hebat yang bahkan tak tumbang meski menghadapi 1000 Raja. Apa kalian tidak cemas akan hal itu?"
"Tidak, bukan seperti itu maksud kami..."
Suara Nathaniel segera memotong ucapan keraguan mereka. "Percayalah padanya, ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa Aillard. Kalian hanya perlu melindunginya saja!"
Keduanya hanya saling lempar tatapan tanpa berniat berbicara kembali.
"Persiapannya sudah hampir selesai!" samar-samar suara Jasiel terdengar dari koneksi.
"Baiklah, tunggu aku."
"Perempuan itu benar-benar!" keduanya benar-benar tak habis pikir dengan hal tersebut.
Tak lama setelah perbincangan singkat itu sebuah lubang gelap teleportasi milik Jasiel muncul & mengeluarkan sosok Xavier beberapa meter dari atas kepala Hadriel & Dacian. Dengan responsif cepat, Dacian segera menangkap tubuh Xavier dari bawah.
"Jadi apa rencanamu?"
"Dinding kubus pelindung yang di buat Ayah nyaris tak memiliki kelemahan. Namun, meski begitu tidak menutup kemungkinan ada celah yang bisa kita manfaatkan."
"Ayolah jangan bercanda, bagaimana caranya membuat kubus itu bercelah saat kau sendiri pun tak tahu titik lemahnya?" Hadriel terdengar meragukan ucapan Xavier.
"Jika tak ada titik celah, aku sendiri yang akan masuk kedalam inti kubus itu apa pun caranya."
"Apa kau sedang bercanda?!" Dacian benar-benar agak was-was dengan perkataan Xavier.
"Tidak. Dulu salah satu pengasuhku pernah bilang, jika aku dapat dengan mudah keluar dari pelindung yang dibuat Ayahku saat usiaku masih balita."
Kedua suami Xavier hanya terlihat saling lempar tatap lesu, seolah mengisyaratkan jika semua hal yang mereka dengar itu memiliki peluang yang amat tipis.
"Kalian harus percaya padaku, mau bagaimana pun dia adalah orang tuaku. Aku lebih mengetahuinya dari pada siapa pun!"
"Itu cukup masuk akal, kita akan mencobanya." Keputusan final yang terkesan tanpa pikir panjang keluar dari mulut Dacian.
Hadriel segera menentang keputusan tersebut. "Apa kau gila? Bahkan kemungkinan berhasilnya hanya 0,1%!" Dengan lantang ia menolak.
Di tengah situasi pelik, kehadiran Nathair yang di luar perkiraan tiba-tiba saja muncul dengan lagaknya.
"Apa kabar para keponakan tersayangku? Lama tidak berjumpa." Ia menyapa dengan santainya.
Segera ketiganya menoleh secara bersamaan.
"Cih!" Tatap Hadriel begitu di penuhi amarah.
Menyadari hal itu Dacian segera berdiri pasang badan satu langkah di depan Xavier & Hadriel sambil membesut pedang yang semula tertancap di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WIND
Fantasykebencian merupakan emosi yang sangat kuat, sama kuatnya dengan cinta. Ia melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, dan antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurk...