12. 'Kerajaan Barat Daya' Bagian II

58 8 0
                                    

Xavier as Aesira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xavier as Aesira

Suara kereta kuda menggiring kesadaran Xavier untuk membuka matanya perlahan. Ia begitu terkejut saat pemandangan pertama yang ia lihat adalah sebuah tandu mewah berhiaskan kain merah dengan hiasan manik-manik emas di tiap detailnya.

"Kau berada di kereta kuda milikku."

Suara itu membuat Xavier seketika menoleh cepat. "Kau? Apa yang kau lakukan padaku? Kau mau membawaku ke mana?" Xavier memberondong Nathaniel dengan pertanyaan bertubi.

"Um ... pertanyaan yang mana dulu yang harus aku jawab?"

"Berhenti main-main, & lepaskan aku!" Xavier kembali berontak.

"Padahal aku hanya mengikat kedua tanganmu dengan seutas tali tak berharga, tapi Kesatria wanita sepertimu tak mampu melepaskannya."

Xavier tiba-tiba tertegun & memikirkan sejenak perkataan Nathaniel yang memang benar adanya. Bahkan berkali-kali Xavier berontak pun simpul tersebut malah makin mengetat & melukai pergelangan tangannya.

"Apa kau tukang sihir?"

Nathaniel tertawa keras merespons ucapan Xavier yang terkesan begitu polos. Rupanya ia masih tak mempercayai jika pria tersebut adalah Pangeran Nathaniel yang di kenal memiliki ke ahlian di bidang ilmu medis & analisa forensik.

"Apa menurutmu aku terlihat begitu?"

Xavier mencermati sosok Nathaniel penuh teliti dengan pandangan menyipit. Lama kelamaan ia pun makin lelah & frustrasi karena merasa terus di permainkan.

"Terserah kau saja."

"Eh, apa ini?" Nathaniel menelengkan kepalanya dengan santai. "Apa ini artinya kau menyerah padaku?"

Xavier pun menghembuskan nafasnya penuh malas & lelah. "Ya!"

"Ah ... baiklah kalau begitu simpan energimu, karena sebentar lagi penghuni Istana akan menyambut kita."

"Terserah kau saja. Kau benar-benar pemimpi akut yang pernah ada di semesta ini."

Nathaniel pun tertawa kembali. Sementara Xavier kembali menutup matanya karena merasa malas harus meladeni segala tingkah mengesalkan sang Pangeran yang selalu ia anggap penipu tersebut.

Sesampainya di Istana, Xavier langsung saja di kurung di sebuah ruangan yang lebih mirip dengan kamar mewah di bandingkan penjara. Hal itu bahkan membuatnya tak bisa berhenti berpikir dengan apa yang terjadi.

"Jangan berpikir kau bisa keluar dari Istana ini jika nasibmu tidak ingin seperti burung di sana."

Nathaniel menunjuk seekor burung yang terlihat hinggap di luar jendela Istana. Saat ia melompat hendak masuk menuju dalam kamar itu, tiba-tiba burung tersebut berubah menjadi abu dalam hitungan detik saja.

XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang