Beberapa minggu setelah misi Pangeran Hadriel & Aillard ...
Di luar arena berkuda, terlihat sosok Dacian kini tengah tersenyum simpul penuh fokus ke arah kuda perang yang jadi tunggangan berlatih istrinya sekarang. Di tengah-tengah itu seorang pelayan datang & berbicara dengan Dacian.
"Baiklah terima kasih atas informasinya."
Pelayan itu pun mengangguk & undur diri.
"Bagaimana? Apa aku sudah cukup mahir mengendalikannya?" ucap Xavier, memberhentikan kudanya tepat di depan sang suami.
Sebuah seringai terlukis di bibir Dacian. "Cukup baik." ia mengulurkan tangannya. "Turunlah, aku punya berita baik untukmu."
Xavier pun segera menyambut uluran tangan suaminya untuk turun dari punggung kuda gagah tersebut. Sambil berjalan menuju arah Paviliun, Dacian menceritakan info yang baru saja ia terima dari pelayan.
"Kita di panggil Yang Mulia Raja di ruangan rapat Istana!" teriak Cassian dari atas jendela.
"Ya, kami akan ke sana!" balas Dacian.
Di ruang rapat Istana....
"Menurut laporan terakhir dari utusan Kerajaan, Di sana banyak jasad & beberapa penduduk wanita yang hilang secara misterius."
"Bukankah dahulu di wilayah itu terkenal dengan sekte sesat?" sergah Jasiel.
"Itu memang benar, namun hal itu telah lama bersih setelah Istana bertindak & menegakkan sanksi untuk kegiatan merugikan tersebut."
"Meski telah di bimbing kembali tidak akan ada jaminan mereka masih mempercayainya, bukan? Bahkan terkadang meski sudah mengetahui hal itu salah, sebagian orang dengan bodohnya tetaplah akan percaya hanya karena hal tersebut telah lekat & sedikit menunjukkan keuntungan. Bukan begitu Paman?" ucap Dacian dengan nada sindiran.
Nathair menyeringai palsu dengan tatapan tajam menyimpan emosi. "Kau memang benar, Keponakanku."
"Dari pada itu, siapa yang bersedia menjalankan misi ini?"
"Biar aku saja," Cassian menjawab pertanyaan Vietch.
"Aku ikut denganmu!" Dacian menimpali.
"Aku juga!"
"Apa kau yakin Jasiel?"
"Meski aku buta, aku tidak akan bersembunyi di balik kekuranganku & memanfaatkan kebaikan orang lain sebagai alat untuk mencapai tujuanku."
Nathair menatap tajam keberadaan ketiga suami Xavier yang sejak tadi melontarkan sindiran tajam & pedas kepadanya.
"Baiklah kalau begitu, setelah kedatangan Hadriel & Aillard kita akan membahas persiapannya kembali."
Setelah mendapatkan kesepakatan, semua yang hadir di sana pun membubarkan diri & pergi ke tempat masing-masing.
Di Paviliun tempat Xavier & Suaminya berada....
"Apa ada sesuatu yang kau pikirkan, istriku?" tanya Jasiel.
Xavier tersenyum hambar. "Tidak ada, aku hanya mengkhawatirkan kalian."
Sebuah dengusan tawa tertahan terdengar dari arah meja dimana kini Dacian tengah menikmati secangkir teh miliknya.
"Apa yang kau tertawakan, Pangeran? Istri kita sedang dalam kegundahan!" protes Jasiel.
"Tidak ada. Aku bahkan tahu betul kegundahan istriku dengan baik."
"Apa kau memikirkan soal misi kami?" tanya Cassian.
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER & THE 7 PRINCES OF THE WIND
Fantasykebencian merupakan emosi yang sangat kuat, sama kuatnya dengan cinta. Ia melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, dan antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga merupakan sebuah keinginan untuk menghindari, menghancurk...