Pada akhirnya aku datang juga ke sini, Magic Shop.
Aku ragu ingin menceritakan kisah ini kembali, karena bahkan jauh di dalam lubuk hati aku masih menginginkan momen kami bersama dahulu.
Baiklah, akan kuberitahu. Sebut saja dia Langit, langitku. Uhuk, langitku ga tuh:((
Kami adalah teman sekolah. Dia, cinta pertamaku? Seseorang yang membuatku jatuh terlalu dalam sampai lupa caranya bangkit kembali. Seseorang yang membuatku merasakan banyak hal baru, perasaan tersipu, rindu, berbunga-bunga, cemburu, dan kehilangan.
Kisah ini dimulai saat aku kelas 7 SMP. Dulu aku adalah anak yang sangat polos begitupun dia. Dia dulu laki-laki yang sangat pemalu. Pintar, kidal, senyumnya manis karena dia punya lesung pipi. Aku lupa kapan kami menjadi lebih dekat, tapi itu semacam mengalir begitu saja. Dia duduk di belakang meja yang kutempati bersama temanku. Mungkin karena kami duduk berdekatan, itu menjadi lebih akrab dan dekat. Lambat laun aku menyadari perasaanku untuknya. Awalnya kupikir hanya sekedar naksir. Tapi ternyata aku salah. Aku berhasil melewati hari-hari bahagia dengan terus menyembunyikan perasaanku. Namun sialnya, entah bagaimana aku lupa, salah satu temanku tahu tentang rasaku, dia tanpa izin dariku memberitahu rasa sukaku pada Langit. Aku syok dan kaget. Ini bukan rencanaku! Kau tau apa yang terjadi? Setelah itu, aku dan Langit jadi jauh. Entah kenapa aku merasa dia seperti menjaga jarak dariku.
Lalu kami naik ke kelas 8. Lagi-lagi meja yang ia tempati dekat dengan mejaku. Kali ini dia duduk tepat di sebelah kananku. Benar-benar berseberangan. Namun, awal jadi anak kelas 8 dia seperti tak kenal padaku. Aku ikut-ikutan bersikap dingin padanya, haha sok sekali. Tapi saat sudah belajar seperti biasa, seperti air mengalir saja, dia kembali dekat denganku. Mengajakku bicara dan bahkan dia mulai secara terang-terangan menatapku. Ah sumpah! Di kelas 8 ini adalah masa paling indah diantara semua ingatan yang aku miliki bersamanya. Tapi kau tau? Dulu kami jadi bahan ceng-cengan anak sekelas dan beberapa guru. Yang paling gemar menggodaku dan Langit adalah guru laki-laki mapel Matematika dan guru perempuan mapel IPA. Kebetulan waktu kelas 8 aku dan dia cukup menonjol di dua mapel itu. Saat kelas inilah juga, aku sering memergoki dia sedang menatapku saat jam pelajaran tengah berlangsung, terkadang ia langsung mengalihkan pandangan tapi juga ada waktu-waktu dia akan tetap menatapku dengan tatapan mata yang membuatku luluh. Kelas 8 adalah saat di mana aku merasakan hatiku atau mungkin jantungku? Bedetak keras karena Langit. Aku sering kewalahan menahan gejolak rasa yang aku punya untuknya.
Kami jadi semacam teman dekat, bahkan kami sering berjalan pulang berdua dari sekolah sampai tempat di mana kami akhirnya berbelok ke arah berbeda. Aku Utara dan dia Selatan. Aku sering mendengar ceritanya pun sebaliknya. Kami sering melakukan sentuhan fisik sederhana yang mampu membuat hatiku porak-poranda.
Langit, tak apa kan jika aku ceritakan tentangmu?
Terima kasih, kamu pernah mengizinkan aku untuk mencintaimu dengan begitu dalam.
Terima kasih juga pernah membuatku belajar artinya merelakan tanpa perlu memiliki.Udah ah, kapan-kapan akan ku ceritakan lagi tentangku dan langit, tentunya di magic shop.
Ah, aku jadi merindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop🦋 [ Tamat ]
Short StoryPatah hati, jatuh hati, kecewa, kehilangan arah, mimpi, bahkan ingin mati. Semuanya ada di sini. Sisi lain dari manusia-manusia bertopeng baja yang memiliki sertifikasi tawa paling membahana di dunia. Rasa sakit yang disembunyikan dengan apik, rasa...