Aku adalah manusia lemah tak tau arah yang merindukan banyak hal. Menjelang usia 20, aku semakin ketakutan. Aku tidak tau harus melakukan apa dan bagaimana terus menjalani hidup yang terasa melelahkan setiap harinya. Mungkin, jika saja ayahku tak begitu, aku pasti sudah bekerja dan punya banyak teman. Andai saja ibuku tak begitu, pasti aku tak menangis sambil pusing memikirkan masa depan setiap malam. Andai kakakku tak begitu, mungkin aku bisa punya teman cerita dan malaikat pelindung. Namun, apa gunanya berandai-andai? Toh tak akan mengubah fakta bahwa hidupku memang begini.
Terkadang, aku ingin menusuk dadaku sendiri hingga sesak ini sirna selamanya.
Aku ingin memukul kepalaku hingga pecah biar kerumitan ini tak lagi membebani kepala.
Aku ingin kembali ke masa lalu agar aku tak merasa kotor dan hina lagi.
Namun, aku bisa apa?Aku hancur, mungkin jauh lebih remuk dari yang selama ini kupikirkan.
Keluarga ini rusak, semuanya retak, rasanya asing, namun mengapa semua orang tetap bertahan? Apakah mereka tak takut rumah ini roboh karena masing-masing penyangganya sebenarnya telah goyah?
Aku lelah harus jadi anak yang menelan keegoisan orangtua.Hidupku dibatasi, aku dikekang, tak boleh ini itu, dituntut memenuhi keinginan mereka, dikurung bak burung, dirantai bak anjing, aku bagaikan pembantu yang tak punya hak untuk berucap apalagi melawan.
Aku sakit. Benar-benar sakit. Semuanya sakit.
Aku dilecehkan, aku dibentak, dihina, diberi kata-kata kasar. Dan, beginilah aku sekarang.
Tumbuh jadi anak penakut, tak berani mengambil langkah pertama untuk hal apapun, membenci diri sendiri, tak berani bersuara dan berpendapat, krisis kepercayaan diri, pesimis akut, menyakiti diri sendiri, takut tak akan dicintai siapapun di dunia ini, takut tak pernah bisa lepas dari jerat ini, sesak, ingin mati, tapi ... aku tak berani.
Andai, ibuku menggugat cerai saja. Andai aku bisa bekerja jauh dari tempat penuh kenangan buruk ini.
Andai aku menemukan orang yang mencintaiku.
Andai, aku bisa memaafkan orang-orang yang meremukkan batinku.
Andai aku bisa mengikhlaskan hal yang terjadi di masa lalu.
Andai aku bisa memaafkan diriku sendiri.
Andai, aku tak lahir saja ke dunia ini.Maaf Tuhan, aku tak sanggup.
Maaf Tuhan, sabarku mulai tak bersisa.
Maaf Tuhan, aku adalah hamba hina yang hanya selalu berharap mati.
Maaf Tuhan, aku tersesat terlalu jauh.
Tuhan, aku tak percaya diri, untuk semuanya.
Tuhan, pantaskah aku tetap hidup?Aku takut orang-orang tahu siapa aku.
Aku takut mata-mata itu menusukku.
Aku takut cibiran menghujaniku.
Tuhan, aku ingin menyembunyikan ini semua selamanya.
Tapi Tuhan, aku ... tak sanggup lagi.
Kumohon, tolonglah aku, Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop🦋 [ Tamat ]
Short StoryPatah hati, jatuh hati, kecewa, kehilangan arah, mimpi, bahkan ingin mati. Semuanya ada di sini. Sisi lain dari manusia-manusia bertopeng baja yang memiliki sertifikasi tawa paling membahana di dunia. Rasa sakit yang disembunyikan dengan apik, rasa...