Aku sungguhan berperang dengan waktu. Semakin merasakan diriku tenggelam meringkuk di bawah sorotan cahaya putih.Aku diam-diam bergumam, "Kembali ke penjara ini lagi, ya." Bedanya, kali ini aku memilih berada di sana sendiri dengan melempar egoku untuk sedikit menjauh sejenak.
"Tak apa," kataku diiringi hembusan napas berkali-kali. Rasa-rasanya, dadaku yang sesak ini bisa meledak kapan saja.
"Tak apa," kataku lagi. Kali ini bersama senyuman matahari. "Bisa dicoba kapan-kapan, kali ini mengalah saja dulu."
Mengalah, ya?
Aku langsung saja buncah.
"AKU TIDAK INGIN MENGALAH."
Aku ingin berteriak seperti itu. Tetapi, ketika lagi-lagi melihat sekitar, aku hanya bisa pasrah sambil menangis.
"Aku memang harus mengalah," cicitku ditengah isakan.
Hidup dengan mimpi belum tentu bahagia, 'kan?
Mari pikirkan saja usia senja kedua orangtuaku. Yang mana lambat laun memorinya semakin menyusut tanpa bisa ku cegah. Semakin renta dan tak bernafsu lagi pada makanan meski disuguhi kesukaan.
"Masa aku benar-benar berperang dengan waktu?" Aku akui aku selalu meragu di tengah jalan. Tapi, tak berselang beberapa lama, selalu ada saja kenyataan yang berhasil menamparku.
Begini sekali nasib jadi bungsu dengan jarak usia lebih dari satu dekade. Maunya tak diam saja di rumah tapi memang sepertinya harus dipasrahkan mimpi-mimpi itu terkubur jauh.
Aku tidak bisa menyumbang apapun selama hampir 2 dekade kehidupanku, selain kebahagiaan atau racauan khas si bungsu pada umumnya.
Jadi, aku relakan mimpi-mimpiku untuk para tetua---kakak-kakakku. Entah mengapa aku yakin saja pada mereka, hidup sulung dan anak tengah pasti berbeda dengan hidup si bungsu. Maksudku pandangan hidupnya.
Jadi----
----mati sekali lagi, tidak buruk, 'kan? Aku mau terlahir kembali untuk belajar menjadi anak yang baik. Karena sebelumnya aku tidak punya panduan menjadi anak baik itu seperti apa.
Yaaaa, pikirku begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop🦋 [ Tamat ]
Short StoryPatah hati, jatuh hati, kecewa, kehilangan arah, mimpi, bahkan ingin mati. Semuanya ada di sini. Sisi lain dari manusia-manusia bertopeng baja yang memiliki sertifikasi tawa paling membahana di dunia. Rasa sakit yang disembunyikan dengan apik, rasa...