Hai, lama tak berkunjung ke rumah ini.
Sedikit berdebu ya, tapi tak apa, aku ingin duduk di sini sejenak, menepi dari hiruk pikuk dunia, mendinginkan kepala dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus dari balik jendela, sambil menyandarkan kepala pada kursi rotan berusia tua untuk beristirahat.
Mungkin hanya sebentar? Entahlah, aku tak tahu.
Hari ini benar-benar di luar dugaanku, aku melakukan kesalahan, tapi juga melakukan sesuatu yang tak pernah aku sangka sama sekali.
Aku melakukan kesalahan saat berada di kantor, dan hari ini juga aku bertanggung jawab atas kesalahanku, bukan karena ingin cari muka, hanya saja aku ingin menjadi orang yang bisa dipercaya. Aku juga banyak menangis, tapi bukan karena kesalahanku itu, melainkan karena masalah di rumah (entah bagaimana aku masih saja menyebut itu rumah(?))
Aku pikir rumah akan jadi semakin hangat, seiring bertambahnya usia. Aku bisa bebas datang kapan saja, entah saat aku perlu atau tidak. Sebuah tempat yang ku pikir akan selalu nyaman, dan menjadi tujuan utamaku 'Pulang' nyatanya saat aku beranjak dewasa, semua berubah.
Tak ada lagi kutemukan hangat di sana, tak ada lagi kutemukan secangkir susu coklat panas di sana, tak ada lagi biskuit sebagai cemilan saat sore hari, tak ada lagi obrolan ringan yang biasa dibahas saat menonton TV bersama. Bahkan, aku sendiri tidak tahu, kapan terakhir TV di rumahku hidup.
Semua berubah.
Yang ada hanya aura kebencian, yang ada hanya amarah, setiap harinya yang aku lihat hanya saling memaki satu sama lain, kadang juga ada yang menangis, merasa seolah paling tersakiti, padahal dia lah penyebab utama rusaknya hangat di rumah ini. Ahh, aku juga kadang jadi tokoh yang disalahkan.
Jadi, kupikir di sini tak apa aku mengatakan ini.
Maaf karena aku sudah lahir ya.
Hmm, lalu untuk hal yang tak ku sangka. Adalah ternyata aku bisa mengandalkan diriku sendiri, di saat genting seperti akan membayar uang kuliah, aku bisa membayar sendiri, dengan uangku sendiri.
Aku tak menyangka, ternyata aku cukup berguna ya?
Tapi, bukan itu sebenarnya. Aku juga banyak berpikir akhir-akhir ini, karena sering menyendiri untuk sengaja melamun.
Aku berpikir, apa di masa depan nanti aku bisa sukses? apa aku bisa meraih impianku?
Fase meragukan diri sendiri itu nyata adanya, kadang tak tahu waktu. Ia bisa datang kapan saja, dan fase itu datang saat semesta sedang tak berpihak padaku. Sedih rasanya.
Karena itu aku memilih mengakhiri hubunganku dengan seseorang yang kuanggap sebagai rumah utamaku sejak 2018 lalu. Mungkin banyak yang berpikir bahwa ini salah, atau mungkin ada yang berpikir juga ini benar. Terserah saja.
Tapi bagiku sekarang, yang lebih penting hanya diriku sendiri. Tak apa jika fase i lost him sedang ku alami, karena jika takdir masih berpihak pada kita, ia pasti akan kembali lagi bagaimana pun caranya. Seperti awal tahun kemarin.
Mungkin ini, cara yang tepat, solusi yang tepat juga. Untuk aku yang hancur. Cuma perpisahan ini. Antara tuan rumah, dan rumah kesayangannya. Mereka sebenarnya terikat, karena kenangan dan juga perasaan besarnya saat membangun rumah itu, tapi untuk sekarang, keduanya harus berpisah dulu.
Mungkin sampai selamanya, atau juga hanya sementara. Aku sendiri juga tidak tahu. Biarkan skenario Tuhan yang bekerja kali ini, aku sendiri sudah lelah membuat skenario lalu merancang ekspetasi, karena pasti banyak melenceng jauh dari yang ku ingin. Jadi aku benar-benar pasrah pada Tuhan saja, kali ini dan seterusnya.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop🦋 [ Tamat ]
Short StoryPatah hati, jatuh hati, kecewa, kehilangan arah, mimpi, bahkan ingin mati. Semuanya ada di sini. Sisi lain dari manusia-manusia bertopeng baja yang memiliki sertifikasi tawa paling membahana di dunia. Rasa sakit yang disembunyikan dengan apik, rasa...