Tes. Tes. Tes. Satu, dua, tiga. Ada orang? Tolong bilang hadir, ya anak-anakku.
Jadi, aku gak tau mau cerita apa di sini. Tapi, Yang Mulia Author, terus mengharapkan kehadiran secuil cerita, jadi saya mencoba memutar otak untuk membuat satu cerita yang kira-kiranya bisa menarik. Kalau gak menarik, ya saya tak memaksa. Hanya ingin mengancam saja.
Jadi mari kita mulai kisah ini dengan sebuah makhluk yang Tuhan ciptakan. Ia begitu indah. Nyaman sekali jika dipeluk. Kedua mata bulatnya mampu menenangkan hati. Tingkahnya terkadang lucu, tak melulu lucu karena kadang-kadang ngeselin juga.
Makhluk ini, karena sejak kecil tak berada dipengawasan sang pemilik asli. Tingkahnya menjadi cukup berbeda dengan pemilik. Ia suka beramah-tamah, sedangkan sang pemilik asli sangat benci basa-basi. Basa-basi itu salah satu bentuk ramah-tamah, 'kan?
Tetapi, pemiliknya tak ambil pusing. Malahan bahagia karena makhluk Tuhan ini begitu ramah. Seiring berjalannya waktu, ia semakin dewasa pula. Nah, di situ mulailah terjadi perubahan yang membuat pemilik cukup terkejut dan tak terima.
Di awal usia, tingkahnya begitu menggemaskan membuat siapapun yang datang pasti ingin memeluknya. Namun di saat berada di usia remaja, perubahan itu mulai terjadi. Mungkin karena usia remaja, usia yang memiliki keingin-tahuan yang besar, ia mulai tak betah di rumah. Pemberontakan kecil pun sudah mulai terjadi.
Dimulai dengan meminimalkan interaksi, jarang pulang, dan sekali pulang, kepulangannya membawa luka. Ok, si pemilik mentolerir hal itu, dianggap usia remaja memang begitu. Jika tak punya banyak pengalaman di dunia luar, maka akan sulit untuk hidup di luar. Karena ketika langkah kaki ini sudah memilih untuk meninggalkan rumah, maka pengalaman dunia luar yang liar akan sangat diperlukan.
Apa ada terbesit penyesalan dihati sang pemilik? Iya. Karena ia menganggap, makhluk Tuhan ini perlu untuk bersosialisasi dan mengenal dunia luar, si pemilik jadi hilang waktu berdua dengannya. Makhluk yang biasanya selalu berlari untuk dipeluk, kini memilih berlari tak ingin didekati lagi. Biasanya begitu nyaman didalam pelukan, kini meronta tak nyaman. Perubahan yang membuat siapapun merasa kehilangan meski dia ada di sekitarmu dan begitu mudah kau gapai.
Kini tidak ada lagi alarm pagi yang biasa diteriakan olehnya, tidak ada lagi balasan kecupan manja, tak ada lagi meminta untuk dipeluk, tak ada lagi yang meminta untuk ditimang.
Mungkin, seperti inilah rasa para ibunda yang selalu tak ingin malaikat kecilnya berlari terlalu cepat. Tak heran jika kamu masih sering diperlakukan layaknya anak kecil olehnya karena ia begitu kesepian disaat kamu sudah beranjak remaja. Ah, tangan ringkih itu, memilih untuk menyembunyikan peluk hangatnya ketika dirasa sang malaikat sudah tak lagi butuh pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Shop🦋 [ Tamat ]
Short StoryPatah hati, jatuh hati, kecewa, kehilangan arah, mimpi, bahkan ingin mati. Semuanya ada di sini. Sisi lain dari manusia-manusia bertopeng baja yang memiliki sertifikasi tawa paling membahana di dunia. Rasa sakit yang disembunyikan dengan apik, rasa...