Welcome to the magic shop🦋🦋

11 2 1
                                    


Hai?
Apa kabar kalian?
Semoga selalu baik ya.

Ah, ya. Ini adalah kesekian kalinya aku datang kesini. Untuk bercerita. Menceritakan tentang sebuah kisah yang tak pernah aku ceritakan pada siapapun sebelumnya. Kalian tak salah, aku memang tidak punya teman cerita.

Kalian pasti tahu kan rasanya diasingkan? Atau menjadi asing di tempat yang seharusnya hangat untuk diri kalian? Aku sangat tahu bagaimana rasanya. Aku merasakan ini setiap hari.

Hidup di tengah 'Keluarga' yang terdiri dari orang tua dan satu-satunya saudaraku. Lalu apa? Mereka memperdulikanku? Tidak. Tidak sama sekali.

Segala keperluanku, entah itu yang primer atau yang sekunder, aku akan berusaha memenuhinya sendiri. Bahkan sebatas 'jajan'.. Aku juga akan melakukan itu untuk diri ku sendiri :)
Jika ingin makan sesuatu, minum sesuatu atau membeli sebuah barang, ya beli sendiri. Dalam sehari, aku sudah terbiasa makan hanya sekali saja. Waktunya juga tidak tentu. Bisa siang, pagi, sore, atau malam.

Jadwal kegiatanku dalam sehari sangat full. Begitu menyita waktu luang yang biasa ku habiskan dengan menonton atau menulis. Aku lelah? Tentu saja. Siapa yang tidak lelah jika kegiatannya dalam sehari full? Hanya luang saat kau tidur malam saja. Tapi jika aku ingat lagi dengan impianku, maka lelah itu hilang, rasa sakit dan sesak itu pergi.

Aku selalu bertanya setiap harinya. Pada hujan, pada Tuhan saat aku beribadah, pada laut yang ku tatap di akhir pekan, juga pada indahnya langit senja yang selaluku temui saat aku pulang bekerja. "Apa aku salah hidup di dunia ini? Kenapa semua seperti tidak menginginkan ku ada?"

Kenapa aku bertanya seperti itu? Wajar. Karena memang nyatanya seperti itu. Orang tuaku bahkan terkesan seperti tidak menganggapku ada, tak jarang juga mereka mengatakan bahwa aku lebih baik berada di panti asuhan karena mereka lelah denganku. Seandainya nanti aku benar-benar di antar ke panti asuhan, aku tak masalah. Hidup di panti asuhan tidak susah. Tekanannya hanya pada saat soal disiplin dan pekerjaan rumah di panti. Toh aku bisa mengerjakan berbagai macam pekerjaan.

Sejujurnya aku sangat sakit hati. Dadaku sesak setiap kali aku memikirkan ini. Pemikiran tentang masalah yang satu ini selalu dan selalu muncul di benakku. Membuatku pusing dan hilang kendali, hanya karena memikirkan ... yah begitu lah.

Aku ... adalah anak yang asing di rumahku sendiri. Tidak pernah dianggap kehadirannya, apapun yang aku lakukan tidak pernah dilihat, dan tidak pernah sekalipun dibanggakan. Malah kedua orang tuaku selalu mempertanyakan tentang apa yang aku bisa, ilmu apa yang sudah aku dapatkan. Kenapa? Kenapa aku diperlakukan berbeda?

Aku sudah muak dengan semua omong kosong mereka. Yang katanya ingin menguliahkanku, membayar semua keperluan pendidikanku sampai sarjana, tapi lagi-lagi aku lah yang harus menuntaskan semua biaya yang tak sedikit itu dengan tertatih. Aku jatuh di dalam lubang yang aku gali sendiri, untuk membuat mereka bahagia dan tersenyum padaku.

Ma, aku sudah lelah. Sangat lelah. Semua hal terlalu banyak membuatku tertekan, entah itu batin atau fisik. Apa tidak bisa sedikit saja mama bantu aku? Meringankan bebanku misalnya?
Ah rasanya tidak mungkin, kan ma? Mama saja selalu mengatakan bahwa aku sudah membuat mama rugi, dengan menghabiskan ratusan juta uang mama dari sejak aku lahir ke dunia ini, sampai sekarang. Karena mama bilang, aku terlalu percuma untuk dilahirkan. Aku bodoh, tolol, dan terlalu buruk untuk disebut manusia.

Lalu aku harus seperti apa? Agar mama papa melihatku? Seperti kalian melihat adik? Segala keperluannya kalian penuhi, dari yang penting sampai yang tidak penting. Aku memang sudah dewasa, sudah bisa mencari uang sendiri, tapi apa kalian tidak mau membantu apapun untukku?
Ah, aku berharap apa sih? Hal ini tidak mungkin aku dapatkan.

Setiap harinya aku selalu bekerja, juga kuliah. Ini terlalu berat untuk ku jalani sendiri, benar-benar sendiri. Aku harus rela menahan sakit kepala setiap harinya, atau sakit lain di bagian fisikku yang kadang datang tanpa diundang. Aku berusaha untuk tidak izin, agar gajiku tidak dipotong, agar nantinya aku bisa memenuhi kebutuhanku tanpa kekurangan sedikit pun.

Pa, aku lelah. Aku ingin menjadi anak kecilmu lagi saja. Yang selalu kau bawa saat jalan, yang selalu kau belikan mainan saat jalan berdua, yang selalu kau gendong saat aku lelah berlari.

Pa, aku ingin merasakan bangku kuliah, datang ke kampus, istirahat di kantin universitas. Seperti anak-anak lain. Aku memang kuliah, tapi ini semua berbeda. Aku hanya mengikuti tutorial layaknya anak kuliah. Tapi sebenarnya aku bukan kuliah. Sebutannya saja mahasiswa, nyatanya aku hanya mengerjakan tugas yang diberikan dosen via online.

Tuhan.  Aku harus bagaimana? Aku sudah lelah menghadapi semua ini. Semuanya terlalu tiba-tiba. Aku tidak cukup kuat menghadapi semuanya sendiri.

Semesta juga sepertinya tidak mengizinkanku memiliki siapapun disaat seperti ini. Dia juga merebut satu-satunya orang yang selalu ada di sisiku saat aku sedih dan senang.

Ah. Aku mungkin hanya akan bertahan sebentar lagi. Tidak lama. Karena aku sudah sangat-sangat lelah. Aku muak menangis setiap aku datang ke kantor. Aku muak menahan sesak setiap kali aku melihat teman-temanku dengan bangganya memamerkan insta story sedang berada di dalam kampus sementara aku tidak pernah merasakan itu. Aku muak bekerja jika itu hanya untuk mencicil utang pada mama yang aku pinjam untuk membayar kuliah hari itu. Aku muak!!!!

Apa tidak boleh mati sekarang ya?

Magic Shop🦋 [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang