Welcome to the Magic Shop 💫💫

13 5 1
                                    

Hai? Ini kali ke 4 aku datang ke Magic shop setelah kemarin aku menceritakan mengenai ingatanku tentang 'dia'

Ini masih sama. Masih mengenai 'dia' dengan cerita yang berbeda.

Nampaknya, senja tempatku mengadu memberitau semesta mengenai rindu yang menggebu di hatiku. Hingga semesta, menghadirkan 'dia' kedalam mimpiku semalam.

Aku ingat, di mimpi itu aku mengenakan baju favoritku, mini dress berwarna biru dan sedang berada di taman bunga matahari. Tanah yang begitu subur nan luas itu di tumbuhi beribu bunga matahari. Langit yang biru membuatku teringat dengan pakaian yang aku kenakan, awan putih yang menjadi sedikit hiasan dengan matahari yang menyembul malu-malu menjadi pemandangan yang begitu indah.

Di mimpi itu, aku membawa kakiku yang tidak dialasi apapun menyusuri tiap barisan bunga matahari. Mulutku tak ada hentinya mengucap kata-kata yang memuji bunga itu. Aku suka. Begitu indah. Cantik. Memukau. Dan yang lain lagi.

Entah berapa lama aku berjalan, hingga pada akhirnya langkahku terhenti saat mataku tidak sengaja menangkap seseorang tengah berdiri membelakangiku. Sosok itu berdiri cukup jauh dari tempat aku terhenti. Dengan rasa penasaran, aku melangkah pelan menuju arahnya. Semakin aku melangkah, degup jantungku semakin berdebar ribut. Surainya hitam miliknya menari mengikuti irama angin yang bertiup. Ada aroma yang menenangkan yang juga ikut tertiup oleh angin.

Beberapa langkah lagi aku sampai padanya. Tapi sebelum itu terjadi, sebuah suara yang aku yakini berasal darinya terdengar di telingaku.

"Sudah sampai, sayang?"
Suara itu, nada dengan sedikit cengkok di akhir itu mengalun merdu bersama dengan angin. Aku memejamkan mata hingga tanpa sadar ada cairan bening yang ikut turun membasahi pipi.

Aku lihat sosok itu berbalik, menampilkan wajah yang begitu aku rindukan selama ini. Ada senyuman di sana, matanya masih seteduh dulu, pandangannya masih sedalam dulu. Dia masih seperti terakhir kali kami bertemu. Masih sama. Tidak ada yang berubah dari dirinya.

Aku terisak, menangis tanpa suara. Air mata serta tubuh yang bergetar seakan memberitahu betapa aku begitu rindu. Saat dia berjalan mendekat aku bisa mendengar sebuah tawa kecil yang lolos dari mulutnya.

"Hei? Kau menangis?" sialan sekali lelaki satu ini. Ingin rasanya aku mengumpat karena merasa takdir tidak adil. Untuk pertama kalinya setelah kepergiannya, aku bisa merasakan usapan ibu jarinya di wajahku. Menghapus anak sungai yang tercipta di pipi karna air mata.

Lidahku kelu, tapi mataku tetap terpaku. Air mata seolah enggan untuk berhenti.

Tangannya yang bebas digunakan untuk menggenggam tanganku yang ikut gemetar. Mengusapnya pelan untuk menenangkan. "Berhenti menangis." itu yang dia ucapkan dan ternyata itu cukup manjur untukku. Perlahan, air mata mulai berhenti meskipun badanku masih bergetar pelan. Dia maju lebih dekat, mengecup dahiku yang terbebas dari helaian rambut. Ah, meskipun di mimpi, kecupan itu terasa sampai sekarang.

Dia kembali menggenggam tanganku yang jauh lebih kecil dari miliknya. Menarikku pelan entah kemana. Aku mengikuti langkahnya hingga entah bagaimana kisahnya kami sudah ada di sebuah lapangan yang begitu luas, nampaknya ini lebih luas dari taman bunga tadi. Setelah sampai, dia melepaskan genggamannya lalu memberikanku sebuah bunga mawar merah yang aku sendiri tidak tau dari mana dia memetik bunga itu. Dia memasangkan bunga itu di antara rambut dan telingaku. Aku tidak berbicara apapun, hanya menikmati apa saja yang dia lakukan. Dia memberikan usapan sayang di kepalaku.

Aku menatap masih dengan sorot rindu dan dia tersenyum akan hal itu.

"Dengarkan aku, oke? Kau harus bahagia. Jangan bersedih terus menerus, jangan menangis, jangan rapuh. Aku ingin kau bangkit seutuhnya. Dengar sayang. Yang berpisah hanya raga kita, tapi aku masih hidup di sini," katamu sembari menunjuk ke arah dimana hatiku bersemayam. "Aku masih hidup dalam dirimu. Kamu gak sendiri. Lihat? Kau masih mengenakan ini bukan? Ini adalah aku, yang selalu menggenggam tanganmu erat." lanjutmu dan kali ini kau mengarah ke arah cincin putih yang tersemat di jari manisku.

"Berbahagialah sayang. Berbahagialah demi aku. Tetap hidup demi aku. Aku juga begitu mencintaimu sama seperti kamu yang selalu mengucapkan kata itu." kau mengecup dahiku yang kedua kalinya dan kali ini kau membiarkan air mata keluar lagi dari tempatnya. "Sampai jumpa lagi, Kasih. I love you." Itu kalimat terakhirmu hingga pada akhirnya kau pergi meninggalkan aku yang terbangun sembari menangis.

Dia benar-benar tau cara membuatku sedih dan tersenyum dalam satu waktu. Aku tau, aku tau aku harus hidup. Aku akan coba.

Senja serta semesta, terima kasih karena kalian bekerja sama untuk membuatku bersedih juga bahagia semalam. Tolong sampaikan padanya bahwa aku juga mencintainya seperti dia mencintaiku.

Magic Shop🦋 [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang