3

3.6K 376 0
                                    


Kim menarik selimutnya untuk menutup tubuhnya hingga perut. Setelah kabur dari Tankhun, Kim memilih kembali ke kamarnya yang kosong. Hari sudah sore dan itu membuatnya lelah karena berkeliling tidak jelas di sekitar tempat tinggalnya. Meski ia sudah tahu semuanya bahkan sudut tersembunyi pun, ia tetap memutuskan berkeliling menghilangkan bosan yang melanda dirinya. Meski ia sudah menyakinkan diri sendiri jika besok Porchay akan pulang.

Ia merogoh saku celananya dan mengambil telepon genggamnya. Ia menatap sejenak memastikan tidak ada notifikasi terlebih dahulu. Mendengus kesal kala Kim tidak mendapat satu pun notifikasi dari Porchay. Apa dia begitu menikmati masa bebasnya? Tidak mengabari dirinya yang sudah bosan? Apa Porchay tega membiarkan Kim mati kebosanan?

"Oh, aku sakit kepala sekarang. "Gunamnya. Ia membanting teleponnya dan memilih bersandar pada headboard kasur. Menata bantal untuk menjaga agar punggungnya tidak akan sakit nanti. Sangat bosan dan sialnya Kim tidak ada mood untuk menciptakan lagu atau menyanyikannya.

Ia mengambil headphone miliknya dan menekan ikon game. Sudah Kim putuskan untuk bermain dari pada mati kebosanan di ruang kosong itu. Beruntung kali ini ia sedang lucky di game yang di mainkan, atau Kim akan melempar headphone miliknya karena tidak membuat dia senang malah membuatnya kesal. Ia berkosentrasi dan membiarkan bunyi game memenuhi seisi kamar yang hening, hanya suara di Headphone dan sesakali decakan kesal dari mulutnya.

Kim tidak tahu, sudah lama ia tidak bermain tapi jemarinya sangat lihai dalam menekan semua yang ada di permainan di Headphone miliknya.

Tok!

Tok!

Tok!!

"Oh, masuk!"

Cklek!

Kim berharap, yang mengetuk itu adalah Porchay yang pulang dari liburannya. Kim berharap kebosanannya akan hilang dan lenyap, dan Kim akan merasa senang jika dia mendapat pelukan dari sang kekasih. Tapi, harapannya lenyap begitu saja tergantikan raut datar kala yang dia nanti malah yang muncul adalah Arm, pengawal setia kakaknya, Tankhun. Entah apa yang dia rencanakan dan membuat bodyguard kesayangan satu itu keluar dari kawasannya.

"Ada apa?"

Arm nampak agak ragu mengatakannya. Dia menatap anak bungsu keluarga Theerapanyakun yang kini fokus pada permainan di Headphone miliknya.

"Khun Kim...GPS Khun Porsche menuju keluar Bangkok. Kemungkinan itu menuju kesebuah pelabuhan jauh dari sini. Saya sudah menghubungi Khun Kinn dan Khun Vegas. Mereka sudah berangkat, Khun Kim. "Ujarnya. Kim langsung menoleh padanya. Kim rasa ini cukup menghilangkan bosan juga. Menyelamatkan kakak iparnya dan kemudian setelah itu akan mempunyai waktu banyak dengan Porchay jika Porsche baik-baik saja.

"Siapkan mobil dan arm ikut aku. "Ujarnya. Dia beranjak pergi menyusul Kinn dan Vegas yang sudah menuju ke arah dimana Porsche berada. Ia menatap jam dinding dengan memakai jaket kulitnya. Pantas Porsche di culik. Kalau Kim tidak salah menafsirkan jadwal lelaki yang akan menjadi Nyonya mayor itu memiliki jadwal sore tiap hari kamis dan lalu dua anak ayam akan mempunyai jadwal kelas pagi sampai siang. Begitulah, berarti tidak ada kemustahilan dalam penculikan itu. Berarti ada orang dalam yang mengetahui jadwalnya dan merencanakan penculikan itu.

Motif? Antara mengincar Kinn atau sekedar untuk menyiksa Porsche sendiri. Kim tidak begitu yakin akan hal itu. Tapi, Porsche sendiri berada pada kalangan atas walau bukan dari klan mafia. Kemungkinan adalah pesaing bisnis keluarganya sendiri. Dan, Kim berasumsi jika Porsche bisa saja dijadikan umpan untuk sesuatu yang tidak ia ketahui atau masih menjadi abu sekarang.

Kini, dia sudah ada dalam perjalanan dengan 3 mobil melaju untuk pergi ke lokasi. Kebetulan Kim harus menyusul Kinn dan Vegas karena Arm yang mengetahui titik dimana Porsche dalam perjalanan. Walau memakan cukup banyak waktu hingga tanpa sadar sudah malam hari.

Triple P (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang