23

1.2K 141 7
                                    


Porchay tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi. Dia yang kala itu tengah pulang dari rumah amannya terkejut usai membaca kertas laporan yang entah kenapa Kim taruh di meja secara terbuka. Kim mendapat panggilan masuk mengenai informasi yang sedang dia gali, kematian ayahnya yang masih menjadi kecurigaan besar di benaknya. Porchay selama ini hanya tahu jika ibunya di bunuh tapi dia tidak tahu siapa pembunuhnya, kini dia sudah tahu berkat Kim.

Kim yang baru kembali menatap Porchay yang membelakanginya. Kim tidak tahu apa yang kekasihnya baca, dari belakang punggung kokoh itu berdiri tegap tanpa getaran tangisnya. Kim tidak tahu jika laporan itu membuat kekasihnya terpukul lebih dalam, dengan gerakan pelan dia berjalan menuju Porchay dan memeluknya dari belakang.

"Sudah pulang, Sweetie? Bagiamana harimu?"tanyanya. Porchay meliriknya dan mengusap kasar air matanya. Dengan perlahan Porchay berbalik dan melepaskan pelukan Kim. Matanya menatap wajah Kim yang mendadak tegang saat dia mengangkat laporan itu, Kim bisa melihat kilatan kecewa, marah, atau bahkan keputusasaan.

"Phi...apa ini benar?"tanya Porchay. Pertama kali Kim mendengar nada bicara Porchay yang bergetar, dengan lembut Kim menggenggam tangan Porchay yang memegang laporan itu. Tangan itu bergetar dengan bibir kesayangannya yang turut bergetar menahan isak tagis, belum lagi mata yang sudah di liputi oleh air mata.

"Sweetie, listen okey. "Ujarnya dan menarik tangan Porchay untuk dia peluk. Porchay tidak ada kekuatan untuk melawan pun hanya menaruh tangannya pada sisi badan tanpa membalas pelukan Kim. Kim menumpukan kepalanya pada samping kepala kesayangannya dan tangan yang tidak berhenti mengelus punggung Porchay. "Itu benar. Laporan ini aku dapat dari data di komputer Arm, kau tahu jika Arm adalah hacker yang otomatis.... Dia bisa menggali informasi ini. "Jelasnya.

Bisa Kim rasakan tangan Porchay yang meremat ujung kaosnya dengan bahu yang perlahan bergetar. Kim tahu rasanya, bagiamana seorang ayah yang tega membunuh ibunya yang sangat di cintai. Walau kenyataannya jika Chaloem bukanlah ibu kandung, jelas Porchay masih menyayanginya. Porchay yang hidup sejak kecil dengan Chaloem jelas memiliki rasa berat saat Wanita itu meninggalkannya. Chaloem adalah sosok yang baik dan sangat Porsche serta Porchay sayangi. Sosoknya yang penyayang, lembut, bahkan rela melakukan apapun demi kedua putranya tentu membuat hati anak kecil itu tersentuh. Porchay bahkan mengidamkan jika suatu hari dia bisa mengajak ibunya untuk melihat dia menikah dengan Kim tanpa peduli Norma dan peraturan dunia.

Sayangnya, takdir berkata lain. Rematan kuat pada lembar itu membuat Kim sadar, Porchay tidak sekuat apa yang dia lihat jika menyangkut orang tersayangnya. Porchay melepaskan pelukannya dan menatap Kim. "P'Kim tahu dimana P'Pete berada? P'Porsche?"

Kim tidak ada alasan untuk tidak mengangguk. Dia mengangguk dan mengatakan akan mengantar Porchay pada kedua orang yang dia punya sekarang. Porchay butuh keduanya. Karena, selain Chaloem, Porsche serta Pete adalah orang tersayangnya dan orang yang di jadikan Porchay sebagai keluarga kedua. Porchay butuh keluarganya.

─────────ೋღ 🌺 ღೋ─────────

Hari ini sangat sial

Porsche kecewa atas dua hal sekarang dari pagi juga sih. Porsche berharap saat melihat Pete dia akan melihat lelaki itu berjalan pincang dengan bekas hukuman yang ketara jelas. Tapi, yang dia lihat malah Pete yang berjalan dengan raut perampoknya dan menenteng kalung hasil lelang kemarin. Lalu, saat mengintrogasi Boonsri, mereka hanya mendapat informasi jika Cuang sering berpindah tempat bersama tuannya, Kun.

"Sekarang, dia ada dimana? Selalu ikut Khun Kun katanya. Cih, dasar ekor. "Cibir Porsche. Porsche berkeyakinan jika Cuang adalah ekor yang selalu ikut di pemiliknya, Pete sendiri sedang menatap perhiasannya dan menimang berapa harga kalung itu.

Triple P (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang