46

807 102 0
                                    


Pagi ini, cuaca masihlah cerah. Dalam posisi di sebuah pulau. Dekat pantai yang biru. Kesejukan yang di ciptakan oleh lantai, mengusir rasa kesal akibat hawa panas. Sebenarnya, bukan itu masalahnya. Bukan tentang cuaca yang kian hari, kian panas. Namun, seorang anak sulung Theerapanyakul yang sedari awal, sedari pagi, dia sudah ada di dapur. Mengacak–acaknya hingga beberapa berantakan. Arm serta Pol masih tengkurap di sofa, efek mabuk.

"... Hah~~ mana es batu ini!! Aku mau es!!"jeritnya heboh. Tangannya berhenti dan mendorong kasar pintu kulkas. Mencembik kesal. Tanpa perasaan, Tankhun menendang lemari es. Jangan salahkan dia. Pagi ini, kepalanya sangat pusing. Biasanya, Tankhun akan meredakannya dengan cara, membuat minuman dingin. Minuman yang mengandung banyak es batu. Rasa ngilu pada gigi selalu Tankhun gunakan untuk pengalihan pusing di kepala. Lelaki berpakaian baju lengan panjang itu mendengus.

"Mau kopi?"tawar Porsche. Lelaki itu datang. Menaikkan alisnya dan tersenyum menyebalkan pada Tankhun. Tankhun menoleh. Si sulung itu, merebut kopi Porsche dan menjilatnya kecil. Tenang saja, Tankhun tidak mengcelupkan lidahnya. Lelaki itu memiringkan gelas. Setelah di rasa kopi itu ada di pinggir, dia menjulurkan lidahnya. Matanya mengeryit dan mengembalikan pada Porsche yang mengeryit kesal. "Apa–apaan itu? Kalau begitu caranya, kopiku tercampur air liurmu, Phi!"

"Hei, sopan pada yang lebih tua! Lagipula, aku rusuh juga karena kau! Jika saja aku tidak kau recoki Alkohol, aku tidak akan pusing!!"Porsche memejamkan matanya. Telinganya berdengung kecil. Porsche rasa, lebih baik Porsche mendengarkan suara ribut akibat ban sepeda motor yang bergesekan dengan aspal. Mendengar teriakan Tankhun, telinganya sangat sakit. Porsche mengibaskan tangannya.

"Iya, iya. Perasaan kemarin Phi sendiri yang meminumnya. Menambah terus malah. "cibirnya. Tankhun mengerutu dan melengos. Lelaki itu berbalik dan mulai merusuh pada yang lain. Porsche menggeleng dan berjalan ke dapur. Lelaki itu membuang kopinya. Porsche takut, liur Tankhun akan bercampur di kopinya. Yang ada, Porsche malah melakukan pertukaran air liur. Eww, jangan membayangkannya.

Porsche berjalan keluar dari Villa. Lelaki itu berhenti pada area depan. Duduk di sana dan menyadarkan punggungnya di kursi. Matanya menatap ke lautan itu. Dalam hal liburan ini, Porsche tahu. Rasanya menjadi Kinn dulu. Menjadi pemimpin klan Theerapanyakul yang harus siap. Porsche juga merasa, jika menjadi ketua mafia, tidaklah mudah. Masalah akan terus datang. Para mafia yang hanya mencari perlindungan. Apalagi, para ketua mafia yang sudah berumur. Mereka akan gencar mencari masalah. Mudah di hasut. Dan, Porsche pusing.

Setelah kemarin hampir bersyukur. Bersyukur karena liburan ini, tidak ada pekerjaan–Memang paling benar kalau tidak harus seperti itu–. Tiba–tiba, Kinn datang. Tunangannya itu, dengan entengnya membawa berkas. Membawa iPad. Membawa laptop. Membawa .. apapun!! Porsche membencinya!!

"P'Porsche?"panggil Kim. Porsche mendongkak dan mengangguk. Dia membiarkan Kim duduk di kursi sampingnya. Adik iparnya itu, membawa buah kepala. Tanpa menawarkan padanya, dia meminumnya. Sialan. "kenapa diluar?"

"Merilekskan diri?"tanya balik Porsche. Kim menoleh lalu mengangguk.

"Sulit ya jadi ketua mafia? Aku tau. Pa ku dulu juga begitu. Tidak ada waktu liburan. Waktunya dengan kami pun, terasa mustahil. Menjadi bagian dari dunia bawah, sekali lengah, kita mati. Aku pernah berharap, dalam kehidupan selanjutnya, aku tidak mau menjadi seperti ini. Sangat sulit. Hia juga begitu. Dia merasa tertekan di umur mudanya. Mempelajari perusahaan, klan Theerapanyakul, bela diri, senjata, bahkan, mempelajari semua bisnis Theerapanyakul. "

"Kau benar. Jika aku di posisi Anakinn, aku sudah merontokkan rambut ayah. Membakar rumah, merusuh. Mungkin, hampir sama seperti P'Khun. "Balas Porsche. Kim tersenyum kecil. Dia juga berpikir demikian. Porsche itu, tidak mau terlalu berpikir. Dia mengandalkan tubuh, otot dan fleksibel yang ada pada tubuhnya. Urusan otak, mungkin Porchay. Lalu Pete? Hei, dia hanya di gunakan untuk membobol kunci jawaban di masa sekolah dulu. Sttt, jangan di sebarkan.

Triple P (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang