31

1K 134 2
                                    


Macau mengerjap merasakan rasa pusing yang masih mendera kepalanya karena efek obat bius tadi. Dengan gerakan kecil, dia mencoba menggerakkan tangannya yang di ikat, rasa sakit dan kebas mulai Macau rasakan. Dia memperkirakan apa yang mengikat tangannya. Matanya menatap sekeliling yang remang–remang, dalam percahayaan yang minim. Macau mengeryitkan hidungnya kala bau tidak mengenakkan bisa dia cium, matanya memindai ruangan yang memang sangat asing baginya. Didalam ruangan itu, hanya ada sebuah jendela kecil dan itupun ada di atas pintu yang tertutup rapat serta jendela yang di batasi oleh besi memanjang.

Macau mendesis kecil dan merubah posisinya menjadi duduk. Dengan sekuat tenaga, Macau mencoba menekan tombol pada jam yang di berikan oleh Pete. Matanya menatap ke arah belakang dan masih mencoba menekan tanpa peduli jika tangannya akan terluka. Macau bahkan tidak tahu sekarang sudah jam berapa, yang pasti saat dia melihat ke jendela cahaya matahari menyinar dengan agak mendung.

Klik!

Getaran kecil dan singkat Macau rasakan usai menekan tombol jam. Ia mengulurkan jam tangan yang di berikan Pete. Jam itu bersinar sejenak sebelum berubah menjadi tampilan angka yang mengelilingi sekitarnya. Macau membeo melihat jam yang awalnya berbentuk kotak layar hitam menjadi tampilan jam biasa. Tidak heran juga sih. Tidak ada tanda mencurigakan dan Macau merasa senang jika alat itu akan memberi petunjuk bagi yang lain dia ada dimana.

Ckelek!

"Sudah bangun, Khun Macau?"pertanyaan yang terlontar sesaat pintu terbuka mengalihkan pandangan Macau dari jam yang melingkar di tangannya menjadi menatap orang yang baru masuk. Luka memanjang di dadanya, rambut hitam Mullet yang dia miliki, mata tajam dengan seringai yang menyapanya. Kun tersenyum dan menaik–turunkan alisnya menatap Macau yang membelalakkan matanya, raut terkejut yang dia nantikan.

"Kau!!"

─────────ೋღ 🌺 ღೋ─────────

Porsche tersenyum menikmati udara yang menerpa wajahnya, suasana pagi hari di depan sebuah hutan buatan milik keluarga Minor itu nyatanya sangat menyenangkan, rasanya segar dan menenangkan, sejuk dan dingin. Matanya menatap langit mendung itu dan kemudian memasukan tangannya pada saku celana training miliknya. Tidak ada matahari dan lebih banyak kabut yang menyelimutinya, Matanya beralih menatap hutan buatan yang gelap dengan kabut yang menyertainya.

"Kemarin hujan?"tanya Porsche entah pada siapa. dia hanya heran saja, mengapa bisa ada kabut sedangkan kemarin tidak ada hujan sama sekali.

"Tidak, kemarin tidak hujan hanya turun air yang deras. "Sahut Pete. Porsche menoleh dan mengerutu, dia menarik Pete untuk duduk di bawah rumput hijau yang setinggi mata kaki. Dia mendudukkan di sana ketimbang di kursi yang sudah di sediakan, Porsche mengambil kaki Pete untuk mengusap bagian tempat duduknya dan kemudian menyomot coklat hangat milik Pete. "Apaan! Hei, ini milikku, sialan. ".

"Berbagi itu indah. ".

"Indah untuk yang meminta dan buruk untukku. "Gerutu Pete dan meminum kembali coklat hangat yang dia bawa. Porsche lega karena rasa hangat dan nikmat yang di berikan coklat hangat sangat berpengaruh pada tangannya yang tadi membeku. Dia menatap kedepan dan Pete sendiri menaruh gelas pada depannya dan menatap ke hutan itu. "Sudah menonton Videonya?"

Porsche menoleh dan mengerutkan keningnya. "Video apa? ..... Ah, Video CCTV? sudah. "angguknya. Pete tersenyum dan mengangguk kecil. "Sudah menemukan titik terang Macau?"

"Sudah. Tapi ini terlalu pagi untuk memberitahukan pada yang lain. Mereka masih tidur dan aku bosan jadi aku kesini karena kau pasti sudah bangun. "Ucapnya. Porsche mengangguk paham dan menaruh tangannya menyangga badannya di belakang.

Triple P (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang