Part 23: Di Rumitkan Oleh Dua Pilihan

5.4K 191 1
                                    


Hari ini seperti biasa, Nasyah bangun lebih awal dan menyiapkan segala kebutuhan Khanza dan Aira. Nasyah mulai mencuci baju-baju kotor Aira, setelah itu menyiapkan perlengkapan Khanza ke kantor lalu menyiapkan sarapan pagi

Terlihat jam dinding masih menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit dan Nasyah membangunkan Khanza untuk menunaikan ibadah sholat shubuh

Keduanya terlihat khusyuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Nasyah mencium tangan Khanza lalu membaca zikir setelah salam, dan mengangkat kedua tangannya seraya berdoa kepada Allah

“Hari ini kamu mau ke kampus?” tanya Khanza yang berbaring kembali di samping Aira dengan menoel-noel pipi Aira yang gembul

“Tidak”

“Kenapa?”

“sibuk ngurusin Aira” jawab Nasyah dengan enteng

Nasyah mendekat dan berdiri di samping Khanza yang sibuk mengganggu Aira “Hari ini aku boleh ikut nggak ke kantor?”

Khanza berbalik dan duduk di tepi ranjang dan menatap intens Nasyah

“Eh” kaget Nasyah saat Khanza menarik pinggang nya dan mendudukkan Nasyah di pangkuan nya

“Bawa Aira juga?” tanya Khanza mencium pipi kanan Nasyah

Astaga ko gue deg degan yah-batin Nasyah

“Nggak mungkin kan kalau di tinggal disini”

Khanza mendekatkan wajahnya berniat menginginkan morning Kiss namun tertunda karena Aira yang terbangun. Kali ini, bayi itu terbangun tanpa merengek dan memilih menjilati tangan mungil nya tanda ingin meminum ASI

Nasyah turun dari pangkuan Khanza membuat Khanza berdecak kesal dan berbalik mencubit pipi Aira hingga bayi itu memperlihatkan wajah ingin menangis dengan mulut yang melengkung kebawah tak lupa air mata yang sudah tergenang di pelupuk matanya

Nasyah menggendong Aira dan membawa nya ke balkon kamar agar matahari pagi menyinari nya, sebuah tangan kekar melingkar di pinggang Nasyah memeluknya posesif

“Yaudah, tapi berangkat nya dengan saya” ucap Khanza mengendus ceruk leher Nasyah

Nasyah berbalik berhadapan dengan Khanza “Memangnya dengan siapa lagi kalau bukan kamu. Sana siap-siap ntar di marahin loh kalau telat” ujar Nasyah membuka kancing bajunya dan menyusui Aira

“Memangnya siapa yang akan memarahi saya? Itukan perusahaan saya!” ucap Khanza menaikkan sebelah alisnya

Nasyah memutar bola matanya “Sombong amat” Ucapnya memberikan Aira yang sedang asik menyusui hingga bayi mungil itu menangis di gendongan Khanza

Nasyah pergi dan merampas handuk yang menggantung sedangkan Khanza panik setengah mati saat Aira menangis

“Aku mau mandi” katanya masuk kamar mandi

Khanza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menatap Aira yang sesegukan lalu membawanya keluar

Khanza membawa Aira ke taman namun bayi itu masih sesenggukan dan bingung cara mendiamkan nya

Terlihat Bi Siti dan Ika yang  berjalan dari arah belakang Khanza dan menawarkan diri untuk menenangkan Aira

“Maaf tuan! sejak tadi saya perhatikan, tuan seperti nya bingung menenangkan Aira. Saya ingin membantu agar Aira berhenti menangis” ucap Bi Siti dengan sopan

“Bolehkah saya menggendong nya tuan” tanya Ika dengan takut-takut

Khanza memerhatikan keduanya tanpa ekspresi apapun dan menidurkan Aira di pundaknya “Tidak perlu! Saya bisa menenangkan anak saya sendiri”

My Baby Aira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang