Part 29: Acara Kantor

3.8K 154 0
                                    


Pria dengan jaket jubahnya berwarna hitam melangkah penuh arogan memasuki ruangan yang mungkin sudah menjadi tempat favoritnya untuk melampiaskan kemarahannya.

Semua para bodyguard yang berjaga dalam ruangan itu menunduk hormat kala atasan mereka berjalan dengan wajah datarnya tak lupa mata tajamnya yang menelisik setiap inci ruangan membuat semuanya tak sanggup menatap mata elang itu.

“Bagaimana wanita itu?” tanya pria itu menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya.

Salah satu bodyguard mendongak menatap bos nya itu dengan hormat “Beberapa hari ini Elena sering memberontak, dan tadi dia menolak untuk makan. Dan kami kewalahan mengurus nya” lapor nya

Pria dihadapan mereka terlihat geram lalu berdiri dari kursi nya “Biar saya yang mengurus nya” Ucapnya pergi menemui Elena di ruangan tertentu.

Tak

Tak

Tak

Suara sepatu yang beradu dengan lantai menggema dalam ruangan itu, Elena mendongak melihat pria dihadapannya yang begitu terlihat arogan.

“Mengapa kau sangat susah diatur? Huh!” Sinis nya berjongkok di hadapan Elena

Elena mendengus sebal “Aku mau keluar dari sini”

Terdengar kekehan yang begitu terdengar mengerikan bagi Elena “Tidak semudah itu” Ucapnya datar

“Makanlah! Jika tidak mau, biarkan saya memotong bibir mu agar kau tidak bisa makan lagi selamanya” lanjutnya menekan kalimat akhirnya

Elena sontak melotot kan matanya lalu menggeleng pelan “Jangan lakukan hal konyol itu”

Pria itu berdiri dan mengisyaratkan beberapa bodyguard nya untuk memberi makan Elena.

“Jika dirinya tidak bisa di atur, berbuat lah sesuka hati kalian dengan syarat jangan membunuh nya” jelas nya yang langsung di angguki para bawahannya.

pria tersebut pergi dari ruangan Elena dan keluar dari markasnya yang berada jauh di dalam hutan lebat.

****

Elena tak menyangka jika dirinya harus melayani 5 bodyguard secara bergilir. Sejak izin yang di beri pria tadi, para bodyguard langsung menyerangnya tanpa rasa lelah. Elena merasa selangkangan nya sangat sakit, walau sudah pernah melakukan nya tapi tidak pernah dengan sebanyak ini.

Elena hanya bisa mendesah dan pasrah dibawah sana, karena tubuhnya tidak bisa bergerak diakibatkan tangan dan kakinya yang di ikat dengan rantai.

“Ahhh~. Cukup!” mohon Elena yang tak di perdulikan oleh pria yang sedang menggagahi nya.

Setelah berjam-jam melayani semuanya, kini dirinya terbaring lemah di kasur tanpa selimut yang menutupi tubuh polos nya.

Sejak Elena ketahuan menjadi mata-mata sahabat nya, dirinya langsung di bawa di sebuah tempat yang sangat asing baginya. Elena di perlakukan seperti budak dan selalu mendapat penyiksaan dari penjaga ruangannya.

Elena tidak di perbolehkan memakai pakaian, jadi setelah disekap dalam ruangan rahasia dirinya telanjang bulat dan beberapa kali di lecehkan karena tubuhnya yang begitu menggoda iman.

****

Bi Siti memberikan sebuah paket yang baru saja datang kepada Nasyah. Nasyah mengerutkan keningnya karena tidak pernah belanja online.

“Saya tidak pesan paket bi” ucap nya kepada Bi Siti

Bi Siti juga terlihat bingung “Loh, kirain ini punya kamu”

Nasyah menggeleng “Bukan!. Oh atau mungkin punya Khanza”

“Iya kali” timpal bi Siti

Nasyah berjalan naik ke atas sambil membuka paket berwarna biru itu. Tak disangka, isinya adalah drees selutut dan bagian atas terbuka yang berwarna merah.

Nasyah membuka pintu dan langsung melayangkan pertanyaan kepada Khanza yang sibuk di meja kerjanya.

“Ini kamu yang pesen?” tanya Nasyah sambil memperlihatkan drees berwarna merah

Ada raut terkejut di wajah Khanza “Itu punya Zea” jawab nya

“Masa?”

“Emang kamu pikir punya siapa lagi”

“Bisa jadi wanita lain” ucap Nasyah asal

Khanza melotot kan matanya namun tak menggoyang kan Nasyah sama sekali “Saya tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu” sinis nya

Nasyah terlihat cemberut dan melempar drees merah di meja kerja Khanza.

Nasyah menangkap kertas hitam di atas meja nakas “Ini undangan apa?” tanya nya membolak-balikan undangan tersebut

Khanza sempat melirik sebentar dan kembali fokus pada kerja nya “Undangan dari kantor”

“Aku ikut”

Khanza menggeleng “Ada Zea”

Nasyah terlihat kesal “Istri nggak di ajak?!” cibir nya menyimpan kembali undangan itu di tempat nya semula.

“Trus yang jaga Aira siapa?”

Tidak ada Jawaban Nasyah. Dirinya Lebih memilih tidur siang di samping Aira dan mencoba tidak menggubris Khanza karena terlalu kesal pada pria itu.

Belum lama dirinya memejamkan matanya, suara notifikasi dari handphone nya kembali membuat matanya terbuka dan melihat siapa pengirim pesan

Suara notifikasi dan ketikkan keyboard membuat Khanza risih “Kamu chat dengan siapa?”

Nasyah menyimpan handphone nya tepat di atas undangan dan berbalik memeluk Aira tanpa menjawab pertanyaan Khanza karena kesal sedang menyelimuti dirinya.

-YustifaVa-

My Baby Aira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang