Part 50: Away from home

4.9K 213 20
                                    



"Hiks.. bunda kenapa ayah tidak ikut" Sedari tadi Aira terisak sambil menggoyangkan lengan Nasyah yang sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan Aira.

Nasyah mengelus kepala Aira "Ayah sibuk"

Hanya itu jawabannya, selebihnya tidak ada. Saat ini pikiran nya berkecamuk karena kepergian nya membawa Aira akan menjadi permasalahan nantinya, tapi biarlah untuk sementara diri nya egois.

Perjalanan terasa sangat jauh, bahkan isakan putri kecilnya tidak lagi terdengar.

Nasyah pergi dari rumah secara diam-diam membawa Aira tanpa jejak saat Khanza menginap di kantor karena permasalahan kemarin.

Nasyah sudah memblokir no nya sendiri di handphone Khanza. Bahkan saat ini, handphone Khanza masih dalam genggaman nya sambil memeriksa beberapa notif yang masuk. Dan sejauh ini, tidak ada informasi dari keluarga maupun mertua nya.

Tidak pernah terpikirkan dalam hidup Nasyah jika posisi menyulitkan seperti sekarang harus di perankan olehnya.

"Maafin bunda nak" lirih Nasyah saat menoleh pada Aira yang tertidur dengan air mata yang membekas di pipi.

Nasyah kembali fokus menyetir, membawa pergi dirinya bersama Aira dengan tujuan yang sangat jauh dari Khanza maupun keluarga to

Butuh waktu 1 jam lebih hingga Nasyah dan Aira sampai pada sebuah desa yang akan akan menjadi tempat tinggal mereka sekarang.

Rumah minimalis bernuansa putih menjadi tempat berhenti mereka. Suasana yang sejuk dan asri membuat Aira kegirangan dan tak sabar ingin keluar dari mobil.

 Suasana yang sejuk dan asri membuat Aira kegirangan dan tak sabar ingin keluar dari mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow! Ini lumah balu kita bunda?" Tanya Aira dengan tatapan kagum

Nasyah mengangguk mengiyakan "Iya. Bagus nggak?"

"Sangat" riang nya.

Nasyah membawa masuk Aira serta barang-barang mereka ke dalam dan kembali menatanya bersama Aira.

Nasyah membawa masuk Aira serta barang-barang mereka ke dalam dan kembali menatanya bersama Aira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara di pedesaan memang berbeda dengan di kota, bahkan pemandangan nya pun lebih di desa.

Hamparan sawah yang menghijau sangat menghiasi pemandangan mata. Nasyah menghirup udara segar dengan tenang, sebuah ukiran senyum tercetak di bibirnya. Melupakan sejenak saja beban pikiran yang menguras tenaga bahkan batin yang sungguh menyayat hati.

Bukan nya lari dari permasalahan, namun Nasyah butuh ruang untuk menyisihkan sebagian masalah hidup nya. Semua orang memang butuh ketenangan saat masalah datang menimpa, terkadang pun banyak yang bilang jika lari dari masalah itu adalah sebuah kecurangan agar tidak terus di salahkan. Tapi semua itu salah, mereka hanya butuh ketenangan sejenak saja agar bisa kembali menyelesaikan masalah dengan baik.

****

Suara klakson mobil mengejutkan beberapa orang yang duduk di teras mansion dengan wajah yang amat kesal.

Sang ajudan mempersilahkan atasannya turun dari mobil dengan sopan.

Pria berwajah dingin itu berjalan dengan langkah lebar menuju beberapa orang yang sudah menunggunya.

"Maaf sudah membuat kalian menunggu" Ucapnya dengan suara khasnya

"Miif sidih membuat kilian menunggu" ulang Zea yang bersedekap dada sambil menatap nya

"Dari mana kamu?" Tanya pria paruh baya yang tak lain adalah papa nya

"Kantor" Jawab nya

"Kenapa menunggu di luar?" Balasnya

"Pintu istana mu ini terkunci, bagaimana kami bisa masuk" sahut Zea

Pria itu hanya menghela nafasnya "Ada Nasyah di dalam"

"Sedari tadi tenggorokan ku sakit berteriak namun Nasyah tak kunjung keluar"

"Gunanya bel apa sih? Lagian Nasyah tidak akan bisa mendengar lengkingan mu itu karena diri nya berada di lantai dua" terang nya

"Baiklah ayo masuk, mama mau ketemu sama Nasyah dan cucu mama" lerai Nisa

Khanza membuka pintu dan mendahului mereka semua naik ke lantai dua mencari sosok yang sudah dua hari ia tinggalkan dan lebih memilih menginap di kantor.

Nihil. Keberadaan Nasyah dan Aira jauh dari kata ada di rumah. Biasanya suara cempreng Aira yang selalu menghiasi rumah ini, namun sekarang suasana terasa sunyi yang mencekam.

Khanza turun ke lantai satu dengan keringat yang bercucuran di dahi.

Ya Allah, jangan jauhkan hamba dengan istri ku-lirih nya dalam hati

Sejujurnya Khanza takut jika kejadian kemarin akan terulang saat Nasyah pergi membawa Aira dari nya. Cukup kemarin saja itu terjadi dan sekarang dirinya tidak akan rela jika hidup tanpa Nasyah.

"Nasyah nggak ada" Ucapnya dengan datar walau saat ini kepanikan yang melandanya

"Mah pah! Tolong bantu Khanza, saya nggak mau kehilangan Nasyah lagi"

Khanza bersimpuh di hadapan Nisa dan Anton, lirihan nya di sertai air mata yang menetes. Tidak perduli dengan image yang terpenting Nasyah kembali.

Anton memeluk Khanza dan menepuk punggung nya pelan.

Khanza teringat saat Nasyah meminta izin padanya untuk pergi dari rumah. Khanza melepas pelukannya dan menatap Keluarga nya.

"Biar kan Nasyah pergi menenangkan hati nya dulu" ucap Elis

Khanza berdiri dan memandang Elis dengan satu alis terangkat "masalah nggak akan kelar jika seperti ini" sungut Khanza

"Biar saya yang cari" putus Khanza dan berlalu dari sana

Mereka semua hanya saling pandang dengan raut yang berbeda-beda.

Kali ini, Kau tidak akan pergi lagi dariku-batin Khanza

"Hallo! Cepat cari istri ku sampai dapat" ucap Khanza pada seseorang di sebrang sana.









Assalamualaikum Guys!!

Sebelum nya aku minta maaf yah jika cerita nya agak typo yah! Dan juga aku mau minta maaf karena lambat update, tidak seperti biasanya yang sering update.

Di karenakan aku sibuk dengan tugas kuliah jadi cerita agak sedikit di kesamping kan dulu! Maaf yah teman-teman ku🤍

Kalian wajib komen yah jika ada kesalahan dalam cerita ini.

My Baby Aira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang