Part 20: Anggota Baru

6.2K 222 1
                                    

Operasi di jalankan sejak 15 menit berlalu namun belum ada suara bayi membuat semuanya selalu memanjatkan doa kepada Tuhan yang maha esa agar operasi nya berjalan dengan lancar

“Tenang Nis, Nasyah akan baik-baik saja” ucap Elis mencoba menenangkan Nisa

Hingga.....

Owek owek owek....

Suara tangisan bayi mengejutkan mereka, semuanya mengucap syukur atas operasi yang berjalan lancar

Suster keluar dengan senyum manisnya “Operasinya sudah selesai dan bayi nya normal tanpa ada cacat sedikitpun”

Khanza tersenyum simpul dan menitikkan air mata bahagia nya dirinya berjalan memasuki ruangan bayi

Disana banyak bayi yang tertidur,menangis bahkan mengoceh tak jelas dalam box nya masing-masing. Khanza menghampiri box yang di dalamnya ada bayi yang tidur dengan tenang

Tangannya bergerak mengelus pipinya bayi yang gembul dengan kulit yang masih kemerahan “Welcome my baby girl” lirihnya mencium bayi perempuan tersebut

Walau belum cukup bulan untuk melahirkan, namun Bayi Nasyah tetap sehat tanpa adanya cacat sedikitpun

Nisa berjalan ke arah brankar, matanya memanas melihat anak perempuan nya yang terbaring lemas

Tes

Bulir-bulir bening mulai berjatuhan saat tangannya menyentuh jemari Nasyah yang lemas

“Nasyah, hiks.. bangun nak” sedih Nisa mencium jemari Nasyah

Semua yang menatap ikut bersedih. Anton mengusap punggung Nisa yang gemetar dengan lembut

“Tenang aja, Nasyah pasti sadar ko” ucap Anton

“Jadi bagaimana menejer yang sudah mencelakai Nasyah itu?” tanya Adit kepada Khanza

Khanza memasang wajah datar saat mendengar pertanyaan Adit pasal menejer nya

“Sudah di usir” jawab Khanza

“Jika esok hari Nasyah belum juga sadar, pokok nya papa minta pertanggung jawaban sama dia” tegas Adit

“Saya sudah mengurus nya” sahut Rio yang baru masuk kedalam ruangan Nasyah

Rio berjalan ke arah brankar dan membelai pipi Nasyah yang pucat. Rio tersenyum simpul menatap adiknya yang kritis akibat terjatuh dengan kuat ke lantai dan butuh waktu lama untuk pemulihan nya

“Urusan menejer itu  biar saya yang urus” ucap Rio masih dengan membelai pipi Nasyah

“Papa harap kamu tidak melakukan tindakan yang lebih” ujar Anton menasehati Rio

“Hm” singkat Rio

Suara ketukan dan pintu yang terbuka menampilkan wanita berjas putih dengan stetoskop yang bergantung di lehernya

“Permisi, saya akan memeriksa keadaan Nasyah” ucap Dokter tersebut

“Tidak usah formal La” ucap Elis pada saudarinya yang berprofesi sebagai dokter tersebut

“Ini sudah tugas ku, jadi kau diamlah” cibir Ella memeriksa Nasyah

Elis berdecak kesal “Ck! Kita ini keluarga”

Ella tidak menggubris ucapan kakak sulungnya tersebut, melainkan fokus pada pemeriksaan Nasyah

Ella berbalik menatap semuanya “kita hanya berdoa kepada Allah agar Nasyah cepat sembuh” Hanya berkata seperti itu, Ella langsung keluar karena tak sanggup melihat air mata dari Nisa

“Sabar yah” ucap Anton mengelus punggung Nisa

Khanza berjalan menghampiri brankar Nasyah dan duduk di sampingnya

“Saya minta maaf karena lalai menjaga kamu” gumam Khanza mencium punggung tangan Nasyah

Mereka yang melihatnya hanya tersenyum, apalagi Rio yang tanpa sadar menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman karena tidak sia-sia menyerahkan adiknya kepada orang yang tepat

****

Hari sudah malam namun belum ada tanda-tanda sadar nya Nasyah, namun doa selalu di panjatkan untuk keselamatan nya

Suster masuk ke dalam ruangan Nasyah tanpa mengetuk dengan bayi yang menangis dalam gendongan nya

“Maaf ibu bapak, Bayi nya menangis terus padahal saya sudah beri susu namun tetap saja menangis” cemas suster

“Sini biar saya yang gendong” ucap Nisa mengambil bayi itu dengan hati-hati

Bayi mungil itu terdiam sejenak namun beberapa detik kemudian bayi itu melanjutkan tangisnya dengan kencang. Nisa menimang-nimang namun tetap saja menangis

Elis membantu menenangkan namun semua usaha mereka gagal, bayi mungil itu seperti mencari sesuatu

Khanza mengambil bayi itu dengan hati-hati lalu mengelus pipinya, seperti tersihir sesuatu bayi tersebut terdiam menatap Khanza walau belum melihat, namun bayi tersebut mengetahui bahwa itu ayahnya

Ini keduanya kalinya Khanza menggendong bayi itu setelah tadi pagi meng-iqamah kan.
Bayi mungil itu mengeluarkan lidahnya seperti meminta air susu

“dia lapar” gumam Khanza

Suster memberikan dot bayi pada Khanza lalu memberikan ny pada bayi mungil itu dan dengan lahapnya, menyedot air susu itu dengan kuat

Suster permisi dan keluar, sementara bayi itu tertidur di gendongan Khanza

“Apa kau sudah memberikan nama untuk nya?” tanya Elis

Khanza menggeleng “Belum, tunggu Nasyah sadar baru memikirkan nama untuk nya”

Khanza kembali menidurkan bayi itu dalam box dan duduk bersandar di sofa

****

Tak....

Suara cambukan itu menggema di ruangan tertutup apalagi di tambah rintihan yang selalu meminta ampun namun pelaku nya seakan tuli dan selalu menyiksa nya tanpa belas kasihan

“ARGHH” teriak wanita yang bertelanjang dada itu dengan keras

Punggung nya merah bekas cambukan, dirinya pasrah atas penyiksaan yang sudah berbulan-bulan dirinya dapatkan.

Tubuh yang kurus dan tidak terawat selalu mendapat penyiksaan walaupun meminta belas kasihan namun orang-orang yang mendekap nya tidak mempunyai hati nurani

“Ini belum seberapa. Jika kamu sempat menyentuh nona kami, kami tidak akan segan-segan membunuh mu” ancaman itu berhasil membuat wanita itu takut, dan menyesal atas perbuatan nya yang ingin mencelakai wanita yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya

Suara cambukan kembali menggema, Hanya jerit yang bisa ia lakukan karena meminta belas kasihan pun sama saja dengan bohong

Follow akun aku dulu yah 🙏🏻

Bantu dukung cerita ini💜

Rabu, 27 Juli 2022

My Baby Aira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang