"Apa benel itu bunda?"
Nasyah sama sekali tidak menjawab, hanya isakan yang terdengar dari mulut wanita itu.
Aira turun dari pangkuan Khanza berlari ke arah Steven "Ayaahh" teriak nya merentangkan tangan ingin di gendong
Steven dengan sigap menangkap Aira membawa balita itu dalam dekapannya "Uncle itu bohong kan ayah"
Steven menatap Aira penuh kasih sayang lalu menggeleng kuat.
Malam ini adalah malam yang banjir dengan air mata, Aira yang belum percaya sepenuhnya dari ucapan Khanza malah merengek di pangkuan Steven.
"Dengerin ayah baik-baik sayang"
Steven menjeda kalimat nya untuk menghapus air matanya "Om bukan ayah nya Aira"
Tangis semua nya pecah termaksud Nasyah, dirinya tidak akan menyangka jika Steven akan mengatakan hal tersebut kepada balita berusia tiga tahun yang belum tahu menahu soal permasalahan ini.
Aira menatap mereka semua dengan heran dan bertanya-tanya ada apa sebenarnya?
"Itu ayah nya Aira" tunjuk Steven
Khanza merentangkan tangannya yang di sambut Aira dengan penuh penasaran "Jadi mulai sekarang panggil ayah yah bukan uncle. Oke?"
"Ok ayah"
Khanza menciumi pipi tembem Aira dan memeluk nya erat.
Khanza melirik Nasyah yang sibuk ngelap ingus nya dengan tisu "Saya ingin bicara dengan kamu"
Khanza berjalan sambil menggendong Aira yang diikuti Nasyah dari belakang dan berhenti pada pintu bercat putih.
Ceklek...
Khanza membuka pintu tersebut dan mereka di sambut kegelapan dari dalam "ko gelap?" Tanya Nasyah
Khanza menyalakan lampu dan terpampang lah kamar yang begitu berantakan layaknya gudang "Astaghfirullah" gumam Nasyah menutup mulutnya dengan tangan nya
"Ayah kenapa kotol yah?"
Khanza tersenyum tipis "Karena ayah frustasi di tinggal Aira"
Nasyah memutar bola matanya malas "Heleh, apa hubungannya?" Cibir Nasyah
Khanza kembali menutup pintu kamar tersebut dan tak lupa mengunci nya lalu menarik tangan Nasyah menuju kamarnya.
Mereka masuk kedalam kamar lalu menurunkan Aira di kasur dan membiarkan anak itu bermain
"Setahu aku, dirumah ini banyak kamar jadi lebih baik aku sama Aira tidur di kamar lain aja"
Nasyah hendak pergi namun Khanza mencekal tangan nya "Sampai kapan harus seperti ini Nasyah? Saya capek di hindari terus sama kamu"
"Aku lebih capek berhadapan sama kamu kayak gini" kesal Nasyah.
Jika saja Aira tidak ada dalam kamar, mungkin saja suara teriakan Nasyah akan menggema dalam kamar, namun sebisa mungkin ia tahan agar anak nya tidak melihat kejadian di mana orang tua nya berkelahi karena itu adalah hal yang sangat tidak baik untuk di pertontonkan anak.
Nasyah berjalan menghampiri Aira dan menggendong nya walau suara Khanza tidak di pedulikan nya. Anggap saja angin lewat
"Masalah tidak akan selesai jika seperti ini Nasyah"
Nasyah kembali menurunkan Aira di atas ranjang lalu bercak pinggang "Yang mau selesaikan masalah ini siapa? Aku? Bukannya urusan kita sudah selesai sejak tiga tahun yang lalu?"
Nasyah duduk di samping Aira dan membelakangi Khanza "Kamu mau ngajak aku balikan? Ogah banget"
Khanza menaikkan sebelah alisnya "Saya tidak bilang seperti itu"
"Oh" singkat Nasyah
"Kita selesaikan masalah ini baik-baik" tegas Khanza
"Nggak nanya"
"Saya serius Nasyah"
"Masa?"
"Hm"
"Oh"
Khanza di buat geram oleh Nasyah dan menatap wanita itu dengan tajam "Istri durhaka"
Nasyah berbalik menatap Khanza dengan heran setelah memberi Aira video anak-anak untuk di tonton nya.
"Hello!! Apa tadi? Istri? Kita udah cerai jangan mimpi kamu" delik Nasyah
Khanza berjalan ke arah dan mengambil sesuatu di laci "Ini kamu baca sendiri"
Nasyah mengambil surat di tangan Khanza dan mata nya hampir keluar setelah membaca isi surat nya "aku nggak rabun kan?" Tanya Nasyah yang di balas tampang datar oleh Khanza.
Nasyah kembali melipat surat itu dan menyimpan nya di sisi ranjang "Kenapa bisa begitu?"
"Karena saya cinta sama kamu Nasyah"
"Dan kamu sudah buat saya menderita selama 3 tahun ini"
"Cinta? Sampai buat anak sama kakak ku sendiri itu masih di bilang cinta? Bulshyitt" desis Nasyah
"Rafael itu bukan anak saya dan kakak kamu itu hanya masa lalu. Dan disini kamu salah paham" tegas Khanza
"Bodo amat, nggak peduli gue"
Ingin rasanya Khanza menjedotkan kepala Nasyah Kedinding biar wanita itu punya sedikit otak yang cemerlang.
Khanza mendekat dan memeluk erat tubuh kecil Nasyah "Saya selama 3 tahun ini menunggu kamu untuk pulang, dan jangan pernah berfikir bahwa saya menduakan kamu"
Nasyah melepaskan pelukannya dan menatap kesal Khanza "Terserah mau ngomong apapun juga aku nggak bakalan luluh. Aku mau balik ke Inggris"
Khanza menggeleng dan mata elang nya kembali menyiratkan amarah "Kamu mau saya tanam benih di rahim kamu dulu sebelum pergi?" Ancam Khanza dengan nada yang tidak biasanya
Bulu kuduk Nasyah meremang dan Sebenarnya nyali Nasyah ciut melihat Khanza jika sudah marah "Jangan macam-macam yah" peringat Nasyah
"Kamar ini sudah di rancang sebaik mungkin dan kamu berteriak sekuat tenaga pun tidak akan terdengar di luar karena kamar ini kedap suara" jelas Khanza mengerti dengan jalan pikiran Nasyah
"Papa! Anak mu mau di perkosa" teriak nya yang langsung di bekap oleh Khanza
Khanza menindih tubuh mungil Nasyah "jangan teriak, Aira sudah tidur"
Nasyah menoleh kesamping dan mendapati Aira yang tertidur lelap "Ihh minggir" ketus Nasyah
"Jangan macam-macam, Aira masih kecil"
"Jadi?"
Nasyah tampak berpikir sejenak "ehmm, y-ya nggak boleh punya adik dulu dong" gugup Nasyah
"Kalau saya kelepasan?"
"Ya jangan dulu" rengek nya
Khanza berbaring di samping Nasyah sambil memeluk wanita yang selama ini membuat nya ingin gila.
Setelah memasang guling di samping kiri dan kanan Aira, Khanza kembali memeluk Nasyah "Saya merindukan mu"
Aku juga-batin Nasyah membalas pelukan Khanza
Habis nangis langsung baper!!!
Hahaha 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Aira [END]
RomanceUPDATE SETIAP MINGGU Sebelum baca follow dulu yah akun Wattpad aku.... (Bagi yang ikhlas aja) Menjadi seorang single parents sangat lah tidak mudah apalagi di usia yang terbilang sangat mudah dan belum waktunya untuk menjadi orang tua. Nasyah berum...