Bagian 27: Perasaan

104 21 10
                                    

Tadi, saat Sooyoung memeriksa ponselnya sebelum memasukannya dalam tas, terdapat sebuah pesan dari sang ibu. Ibunya meminta dirinya untuk pergi membelikan sekotak susu karena persedian di rumah telah habis.

Walau sempat menggerutu sebal karena tubuhnya sudah meminta untuk segera berbaring di kasur, kaki jenjang Sooyoung tetap melangkah menuju minimarket terdekat untuk membeli pesanan ibunya.

Di minimarket, kala ia hendak meraih kotak susu pilihannya, seseorang juga hendak meraih kotak susu yang sama. Hal itu menyebabkan tangan mereka secara tak sengaja saling bersentuhan.

"Eh, maaf," kata Sooyoung yang segera menarik tangannya.

Betapa terkejutnya Sooyoung saat menemukan orang yang hendak mengambil kotak susu tadi adalah sahabatnya. Mereka sempat membuat kontak mata sebelum Seungwan secara buru-buru memalingkan pandangannya dan berjalan menjauhi Sooyoung.

"Seungwan, tunggu!" pinta Sooyoung yang segera mengejar Seungwan dan melupakan kotak susu pesanan sang ibu.

Sooyoung agak dibuat heran karena langkah kaki Seungwan secara tiba-tiba lebih cepat dibandingkan langkah lebarnya. Dan entah ini hanya perasaannya saja, tapi lorong minimarket ini kini terasa lebih panjang.

Sooyoung mengubah langkah berjalannya menjadi berlari ketika mendapati sang sahabat sudah berjalan ke luar minimarket.

Greb!

Sooyoung berhasil menyusul Seungwan. Tubuh mungilnya itu ia rengkuh ke arah tubuh jangkungnya. Ada detak jantung yang terdengar jelas menyapa gendang telinganya. Tapi ia yakin itu bukan miliknya.

Untuk beberapa saat keduanya terdiam dengan posisi si jangkung mendekap si mungil. Tak mempedulikan beberapa pasang mata yang memandang aneh mereka.

"Hei, aku... merindukanmu, Seungwan," ujar Sooyoung lirih.

"Aku juga."

Ingin sekali Seungwan mengatakan kalimat tersebut, memberitahu Sooyoung bahwa ia juga merindukannya. Namun apa daya ia hanya mampu mengatakannya dalam hati.

"Kau tidak merindukanku?" tanyanya dengan nada sedih.

Tak ada respon sama sekali dari Seungwan. Membuatnya melepaskan dekapan itu.

Sooyoung menarik-narik ujung lengan sweater yang dikenakan Seungwan. Memintanya supaya ia berbalik dan menatap wajah Sooyoung.

Seungwan luluh. Tingkah Sooyoung yang terasa menggemaskan baginya berhasil membuang jauh egonya yang menginginkan Seungwan tetap memunggungi Sooyoung.

Dia berbalik, menatap lurus ke arah Sooyoung yang memasang wajah cemberut. Bibir yang mengerucut maju itu membuat Seungwan merasa ingin memberikannya sebuah kecupan.

"Aku ingin minta maaf, Seungwan," ucap Sooyoung.

"Aku tidak sadar kalau aku sudah berlebihan. Saat itu, egoku terlalu menguasaiku," sambungnya.

"Ayo berhenti saling menghindari." Sooyoung menutup kalimatnya dengan tangannya yang menggengam tangan Seungwan.

Namun Seungwan justru melepaskan genggaman tersebut. Memiringkan sedikit kepalanya, lantas berkata, "Aku takut aku harus mengatakan bahwa aku tak bisa melakukannya."

"Kenapa?" tanya Sooyoung kebingungan.

"Aku masih mencintaimu, Sooyoung. Usaha untuk menyingkirkan perasaanku hanya akan berakhir sia-sia jika aku tak melakukan ini," jawabnya.

"Memang kau tidak bisa menghentikannya, ya?"

"Kau pikir aku ini robot dengan fitur perasaan?"

"Sebegitu cintanya-kah, kau, denganku?"

"Iya."

Seungwan melemparkan senyum sendu ke arah sahabatnya. Sedang sang sahabat hanya terdiam tanpa menampakkan ekspresi apa pun.

"... kenapa tidak coba berkencan dengan gadis lain?" usul Sooyoung yang langsung dibalas dengusan geli oleh si lawan bicara.

"Hei, aku tidak hanya berdiam diri di kamarku sambil berharap perasaan ini akan hilang, Park Sooyoung. Aku juga tentu sudah melakukannya," ucap Seungwan. Sedikit tersirat nada jengkel dalam ucapannya.

"Tapi lucunya, hanya kau-lah yang terus-terusan mengisi pikiranku," ucap Seungwan lagi.

"Kau tahu, kan, aku tak bisa membalas perasaanmu itu?" kata Sooyoung.

"Iya, aku tahu itu."

"Lagipula, bukan aku yang meminta semua perasaan ini. Mereka datang begitu saja. Kalau aku boleh memintanya, tentu aku tak akan meminta perasaanku berlabuh padamu, Sooyoung...."

"Aku harus pergi. Permisi," pamit Seungwan yang langsung melenggang meninggalkan Sooyoung.

Sooyoung hanya dapat berdiri seraya memperhatikan sosok mungil yang semakin hilang ditelan kejauhan. Ada helaan napas lelah yang keluar dari mulutnya sebelum kembali ke dalam minimarket.

Bersambung...

Pendek banget buset chapter iniㅠㅠ Btw, 1 chapter lagi, ya:D

Vote dan komen kalau kalian suka bab ini:>

Share atau tambahin cerita ini ke reading list kalian. Kasih tahu orang-orang kalau masih ada FF WenJoy di dunia oren ini:D

Terimakasih!!

𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang