Bagian 20: Muak

101 22 4
                                    

Yook Sungjae, Yook Sungjae, Yook Sungjae. Rasanya Seungwan sudah sangat muak mendengar nama itu disebutkan oleh sang sahabat, Park Sooyoung.

Sebenarnya ia cukup senang karena Sooyoung sudah menemukan orang yang membuatnya tertarik. Tapi... di sisi lain ia juga sangat jengkel mendengar gadis jangkung itu terus-menerus berceloteh pasal Yook Sungjae.

Memang kalau dipikir-pikir lagi, ketika Seungwan tertarik pada seorang gadis ia pasti akan berceloteh banyak soal gadis itu pada Sooyoung. Contohnya saja seperti kejadian ia terpikat pada sosok Bae Joohyun.

Di saat Sooyoung merasa senang karena sedang menceritakan sosok pria tersebut, Seungwan akan merasa dalam suasana yang buruk atau kadang sampai merasa sesak.

Dan seperti saat ini, untuk pertama kalinya, ia merasa malas mendengarkan ocehan sahabatnya. Ia hanya diam saja menyimak ocehan Sooyoung tanpa berniat menanggapi sama sekali.

"Seungwaaan~ kau mendengarku tidak?" tanya Sooyoung kepada Seungwan yang diam saja.

"Hm? Oh, iya, iya aku mendengarmu," jawab Seungwan sedikit tak acuh.

"Ukh, tapi kau tidak tampak mendengarkanku," kata Sooyoung, cemberut.

"Tentu saja. Itu karena aku muak mendengar semua tentang pria itu, Park Sooyoung," gumam Seungwan dalam hati. Ia tidak mungkin mengatakannya secara terang-terangan.

"Semua buahnya sudah selesai dipotong. Jadi sekarang kita hanya perlu mencampurkannya dan menambahkan saus mayones, kan?" Seungwan berdehem, menanggapi kata-kata Sooyoung.

Hari ini di kediaman si gadis Son, keduanya tengah membuat salad buah. Pagi-pagi sekali Sooyoung datang ke mansion Seungwan dengan heboh hanya untuk meminta sahabatnya membuat salad buah bersama. Kebetulan sekali kemarin paman Sooyoung datang berkunjung dan membawakan banyak buah.

Setelah salad buah yang mereka buat sudah jadi, mereka pun menyantap salad tersebut bersama di dekat kolam renang mansion Seungwan.

"Lain kali jangan tiba-tiba datang kemari dengan heboh hanya karena kau menginginkan salad buah. Kau merusak Minggu pagiku, tahu," ucap Seungwan membuat Sooyoung tertawa geli. Sooyoung sendiri mengaku salah karena telah menggangu tidur nyenyak sahabatnya itu.

"Iya, iya maaf~ aku berjanji tak akan melakukannya lagi," kata Sooyoung.

"Memangnya semalam kau tidur jam berapa?"

"Jam dua pagi."

"Waah...."

"Kalau begitu kau ingin melanjutkan tidurmu? Aku bisa pergi dari sini kalau kau mau," tawar Sooyoung.

Seungwan menyandarkan kepalanya ke bahu Sooyoung dan berkata, "Hm. Sekarang diamlah."

"Jadi sekarang aku bantalmu, begitu?"

"Sst, bantal tidak bisa berbicara."

"Wah~ jadi aku benar-benar bantalmu sekarang."

Sementara Seungwan diam menikmati acara bersandarnya pada Sooyoung, sang gadis yang menjadi 'bantal'-nya memilih untuk menatapi kolam renang yang airnya jernih sambil masih menyantap salad buahnya.

Kriiingg!

Terdengar bunyi panggilan telepon dari ponsel Sooyoung, membuat Seungwan yang mencoba untuk terlelap, terganggu. Sang empu dengan segera bangkit dan menjauh dari Seungwan untuk mengangkat teleponnya.

Beberapa menit berlalu, Sooyoung selesai dengan kegiatan teleponnya dan kembali menghampiri sang sahabat. Ia langsung melontarkan cengiran ketika mendapati muka kusut Seungwan.

"Maaf, ya. Tadi Sungjae menelepon." Sooyoung berucap sambil meraih tangan Seungwan untuk digenggam. Seungwan menaikkan sebelah alisnya untuk menanyakan perihal ada apa Sungjae menelepon gadis yang tengah menggenggam tangannya itu.

𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang