Bagian 29: Sesak

124 22 12
                                    

Sesak. Sebuah kata yang bisa mewakilkan perasaan Sooyoung saat ini. Perasaan yang segera menyeruak di dadanya kala indra penglihatannya mendapati pemandangan di hadapannya.

Seharusnya setelah Sooyoung turun dari halte, ia berjalan menuju rumahnya. Namun, tanpa sadar langkahnya membawa ke daerah rumah sahabatnya.

Cukup jauh dari tempat Sooyoung berdiri–walaupun ia sendiri agak ragu–tampak Seungwan sedang berciuman dengan seorang gadis. Ah, jadi dia sudah mendapat kekasih baru, ya?

Rasa sesak yang menyeruak itu semakin menyebar, membuat Sooyoung tak mampu memandangi pemandangan itu lama-lama. Ia segera berlari dari sana seraya berharap rasa sesaknya segera menghilang.

 Ia segera berlari dari sana seraya berharap rasa sesaknya segera menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blam!

Brukk!

Sooyoung segera merubuhkan tubuhnya di kasur. Rasa sesak masih saja hinggap di dadanya. Perlahan-lahan Sooyoung mulai merasa matanya memanas.

"Hiks...." Pada akhirnya, dia menangis.

Sooyoung menyeka kasar air matanya. Ini konyol. Dia tidak ingin menangis.

"Berhenti menangis, Park!" monolog Sooyoung. Tapi air matanya masih tetap mengalir membasahi wajahnya.

Sooyoung bangkit dari posisi berbaringnya dan berlari menuju kamar mandi. Gadis itu mencuci wajahnya guna menghentikan air matanya.

Dia memandang lurus ke arah cermin. Wajahnya kusut dan air matanya belum belum berhenti mengalir. Ia pasrah.

Berjalan kembali ke kasurnya, Sooyoung bersandar pada kepala kasur dan memeluk lututnya. Menyembunyikan wajahnya, Sooyoung menangis di sana. Semoga saja dengan begini rasa sesaknya akan menghilang.

Beberapa menit berlalu. Menangis bukanlah hal yang buruk ternyata. Perasaan Sooyoung sedikit lega sekarang. Walaupun masih ada sedikit yang mengganjal di hatinya.

Sooyoung menoleh ke arah samping. Sebuah pigura yang terletak di atas nakas menarik perhatiannya. Tangannya kemudian terulur untuk meraih pigura tersebut.

Ditatapnya lekat-lekat pigura yang berisi fotonya dengan Seungwan tersebut. Senyuman lebar Seungwan membuatnya kembali sesak. Sooyoung rindu dengan senyuman itu....

"Aku harusnya senang, kan, karena kau telah mendapatkan kekasih baru? Akhirnya perasaanmu benar-benar terbalas sekarang," ujar Sooyoung kepada pigura tersebut.

"Tapi kenapa sekarang aku merasa... tak rela?"

"Apa aku cemburu...?"

Sooyoung menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa juga? Memangnya aku siapa?"

Tangis Sooyoung lagi-lagi pecah. Seraya memeluk pigura tersebut, dia menangis. Satu-satunya harapan Sooyoung sekarang adalah suara tangisannya tidak didengar oleh orang tuanya. Ia tak ingin membuat mereka khawatir.

 Ia tak ingin membuat mereka khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya....

Saat ini, Sooyoung sedang berbincang ria dengan teman-teman sekelasnya seraya menunggu bel jam pelajaran pertama berbunyi.

"Oh ya, Sooyoung. Kemarin aku melihat Kak Seungwan di pusat perbelanjaan kota. Aku ingin menyapanya, tapi ia terlanjur berjalan meninggalkanku. Omong-omong, dia tampak seperti bersama seorang gadis. Apa itu pacarnya?" celetuk Lisa kepada Sooyoung.

Untuk sesaat, otak Sooyoung memutar memori pemandangan yang dilihatnya kemarin. Pemandangan di mana sang sahabat sedang berciuman dengan seorang gadis. Padahal rasa sesaknya sudah hilang tadi pagi. Tapi karena Lisa, rasa itu kembali hinggap di diri Sooyoung.

"Entahlah, mungkin?" sahut Sooyoung sekadarnya.

"Hee~ kenapa kau terdengar ragu?" heran Lisa.

"Lupakan saja. Aku malas membahasnya," balas Sooyoung dengan wajah masamnya. Gadis itu menyembunyikan wajahnya di tumpuan kedua lengannya meninggalkan tanda tanya besar di kepala teman-temannya.

Lisa memandangi Chaeyoung dan Yerin. Eh? Apa aku salah bicara? Walau tak dapat mendengar suara apa pun dari Lisa, Chaeyoung juga Yerin mengerti arti tatapan tersebut.

Chaeyoung menggeleng pelan sebelum pergi menuju bangkunya. Yerin juga mengikuti apa yang dilakukan si gadis dengan marga Park. Mau bagaimanapun, sebentar lagi bel akan berbunyi.

Masih dengan kebingungan, Lisa pelan-pelan meninggalkan Sooyoung menuju bangkunya.

Bersambung...

Kalian tuh kok malah pesimis sih di chapter kemaren? Ayo dong semangat, aku, kan, nggak nulis 'angst' di tagar cerita ini. Ya tapi nggak tahu bakalan ada happy ending dengan cara yang lain sih....

Vote dan komen kalau kalian suka bab ini:>

Share atau tambahin cerita ini ke reading list kalian. Kasih tahu orang-orang kalau masih ada FF WenJoy di dunia oren ini:D

Terimakasih!!

𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang