Sesuai dengan janji Sooyoung kemarin, gadis itu benar-benar menunggunya hingga larut malam. Biasanya gadis itu sudah menggantuk setelah jam 10 malam. Tapi kali ini tidak. Itu dibuktikan dengan Sooyoung yang tengah duduk tegap seraya memeluk Manen. Menunggunya untuk bergabung setelah selesai dengan aktivitas membersihkan tubuhnya.
"Kau tidak mengantuk?" tanya Seungwan seiring ia mendaratkan bokongnya di kasur miliknya. Gelengan kepala diberikan oleh Sooyoung sebagai jawaban.
"Sebenarnya aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," kata Sooyoung dengan tampang serius.
"Kenapa tidak melalui telepon saja?"
Sooyou terdiam. Kemudian ia membalas, "Aku pikir akan lebih bagus jika membicarakannya secara langsung denganmu."
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Seungwan membawa dirinya untuk bersandar kepada kepala kasur dan menggunakan sebuah guling untuk menutupi pahanya.
"Pertama-tama aku ingin menanyakan sebuah pertanyaan kepadamu." Seungwan mengangkat sebelah alisnya menandakan ia penasaran.
"Bagaimana perasaanmu sekarang kepadaku?"
Keheningan menyerang suasana yang ada selama beberapa menit setelah Sooyoung melontarkan pertanyaan tersebut. Diamnya Seungwan membuat Sooyoung menjadi lebih gugup dari sebelumnya.
"Kau tahu, kan, aku sedang ber-"
"Aku benar-benar menanyakan perasaanmu, Seungwan." Sooyoung memotong kalimat Seungwan, membuat lawan bicaranya kembali terdiam untuk beberpa menit.
"Aku sudah bilang bahwa aku sudah terlalu mencintaimu, bukan? Dan perasaanku kepadamu masih sama seperti itu," ucap Seungwan.
"Jangan memberiku harapan." Sooyoung tertegun."... jika aku tak bisa memilikimu seutuhnya. Izinkan aku untuk tetap menjadi sahabatmu, Sooyoung. Itu cukup bagiku."
Sooyoung bisa merasakan dadanya sesak, tenggorokkannya juga tercekat. Ini kedua kalinya ia merasakan hal itu. Kali ini rasanya lebih memfrustasikan.
"Kenapa kau bisa jatuh cinta padaku?"
"Entahlah... semuanya terjadi begitu saja. Aku tidak bisa menolaknya, pun memprotesnya." Seungwan menjawab.
"Harus kau ketahui, kau adalah orang pertama yang bisa membuatku berdebar senang dan frustasi di saat yang bersamaan. Sebelumnya tidak ada yang bisa melakukan hal itu. Bahkan Bae Joohyun pun tak dapat melakukannya," sambung Seungwan.
"Mencintaimu berarti aku mencintai semua tentangmu, Sooyoung."
"Aku mencintai senyummu, tawamu, caramu berbicara, suara madumu, rambut panjangmu, wangimu yang khas, suara-suara aneh yang kau buat ketika bereaksi, wajahmu ketika tidur, dan...."
Seungwan terkekeh pelan. "Ah, akan membutuhkan banyak kertas jika aku harus menuliskan hal-hal yang kucintai darimu."
"Intinya, aku mencintai segalanya darimu bahkan hal kecil sekalipun."
Tanpa disadari, air mata telah memabasahi wajah cantik Seungwan. "Eh?" Cepat-cepat dirinya menyeka air mata tersebut.
Sooyoung mengejutkan Seungwan dengan tindakan tiba-tibanya. Ia memeluk tubuh Seungwan.
Ini tidak baik. Pelukan ini tidak baik bagi jantung Seungwan. Tapi sebagian besar dirinya tak ingin melepaskan pelukan itu. Jadilah Seungwan mengeratkan pelukan itu dan menyembunyikan wajahnya di bahu sahabatnya.
"Seungwan, aku boleh jujur?"
"Jujur soal apa?" Seungwan balik bertanya tanpa mengangkat wajahnya.
"Aku... uhm... cemburu. Iya, aku cemburu ketika kau berinteraksi dengan Lee Jieun," ucap Sooyoung mengakui. Seungwan cukup terkejut dengan pengakuan orang yang dipeluknya. Ia lantas mendongak untuk menatap wajah Sooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢
Fanfiction[ᴠᴇʀsɪ ʀᴇᴠɪsɪ] sᴏᴜʟᴍᴀᴛᴇ; ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴅᴜᴀ ʙᴇʟᴀʜ ᴊɪᴡᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ, ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ ᴀᴋᴀɴ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇʟᴇɴɢᴋᴀᴘɪ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴅɪᴘɪsᴀʜᴋᴀɴ. -------------------- ᴘᴀʀᴋ sᴏᴏʏᴏᴜɴɢ ᴅᴀɴ sᴏɴ sᴇᴜɴɢᴡᴀɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ sᴇᴘᴀsᴀɴɢ sᴀʜᴀʙᴀᴛ sᴇᴊᴀᴋ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ sᴀɴɢᴀᴛ ᴅᴇᴋᴀ...