Bagian 33: Debaran Jantung

102 22 2
                                    

Seungwan yang sedang memainkan ponselnya dibuat bingung dengan tingkah sahabatnya. Secara tiba-tiba sahabatnya itu menyodrokannya sebuah handuk kering dan sisir. Ditambah rambutnya yang masih basah itu.

"Kau ingin mengajakku bermain salon rambut?" canda Seungwan yang langsung dihadiahi tatapan malas si jangkung.

"Bantu aku mengeringkan rambut," kata Sooyoung.

"Kau pikir aku asistenmu?" balas Seungwan.

"Kita, kan, sahabat."

Apa hubungannya? pikir Seungwan. Kendati begitu, ia tetap mengambil alih handuk dan sisir tersebut dan mulai membantu Sooyoung mengeringkan rambutnya. Atau lebih tepatnya, ia yang mengeringkan rambut Sooyoung.

Memori lama terputar di kepala Seungwan tanpa diminta. Hari-hari yang sudah dilaluinya bersama Sooyoung terputar di benaknya. Ternyata sedari dulu Sooyoung-lah yang lebih banyak menghabiskan waktu dengannya dibanding orang lain. Bahkan orang tua Seungwan sendiri pun jarang berinteraksi dengannya.

Rambutnya yang panjang dan juga halus seolah menghipnotis. Seungwan ingin menciumnya....

Satu kali Sooyoung pernah memotong rambutnya menjadi pendek. Jujur saja, Seungwan lebih menyukai rambut Sooyoung yang panjang. Itu membuatnya lebih cantik.

"Tiba-tiba sekali kau ingin menginap di rumahku?" ujar Seungwan. Kini dirinya sedang menyisir rambut lurus tersebut.

"Kita, kan, sahabat," balas Sooyoung singkat. Seungwan hanya mendengus dan memilih untuk melanjutkan kembali kegiatan menyisirnya.

Tuk.

Sooyoung merasakan kepala Seungwan bersandar pada punggungnya. "Sebentar saja...," katanya lirih. Sooyoung diam tak merespon, membiarkan gadis mungil itu menyandarkan kepalanya pada punggung Sooyoung.

"Sudah berapa lama kau berkencan dengan Lee Jieun?" tanya Sooyoung memecah kesunyian.

"Entahlah... satu bulan mungkin?"

"Kau menyukainya?"

"Belum."

"Ia sering ya berkunjung kemari?"

"Hm, begitulah."

"Ada masalah?" Seungwan mengangkat kepalanya. Memiringkan kepalanya dan memilih untuk menatap Sooyoung dari samping.

"Apa itu aneh jika aku kesal karena kau berinteraksi dengan Lee Jieun?" tanya Sooyoung tanpa membalas tatapan Seungwan.

Apa itu? Apa Sooyoung cemburu?

"Kau... cemburu?" tanya Seungwan pelan.

"Tidak tahu...."

"... mungkin?"

Aneh. Benar-benar aneh. Bukan Sooyoung yang aneh, melainkan dirinya sendiri. Son Seungwan.

Sungguh aneh karena entah mengapa ia justru merasa senang Sooyoung cemburu pada Jieun.

"Kau cemburu?" Seungwan kembali bertanya. Kali ini ia benar-benar berada di samping Sooyoung.

Sooyoung menjauhkan wajahnya lantaran si gadis Son benar-benar berada di dekatnya. Suasana di sekitarnya tiba-tiba terasa panas. Rasanya darahnya berdesir dan ada perasaan malu hingga ia tak ingin menatap sahabatnya.

Grep.

Seungwan menggenggam lengan atas Sooyoung. Ia juga mencondongkan sedikit tubuhnya guna melihat wajah Sooyoung.

"Seungwan...," panggil Sooyoung. Jantungnya berdebar. Ia ingin meledak sekarang.

Seungwan sadar ia berada terlalu dekat dengan Sooyoung. Tapi tubuhnya seolah bergerak sendiri. Terpaku dalam posisi aneh tersebut.

Sungguh. Seungwan hanya ingin menjadi roket dan meledak di angkasa sekarang.

Hidungnya dan juga hidung Sooyoung saling bersentuhan. Jarak mereka yang terlampau dekat itu membuat Seungwan bisa merasakan napas teratur Sooyoung menyapa wajahnya. Seungwan pusing.

Kedua tangan Sooyoung yang semula digunakannya untuk menumpu tubuhnya, kini berpindah untuk memeluk pinggang ramping Seungwan. Dikarenakan hal itu juga membuat Sooyoung berbaring di kasur, sedang Seungwan berada di atasnya.

Kriiingg!

Dering ponsel merusak suasana aneh mendebarakan tersebut. Seungwan cepat-cepat bangkit dan mengambil ponselnya yang tadi sempat ia letakan di atas nakas.

Sooyoung pun duduk seraya memegang dada bagian kirinya. Ini gila. Jantungnya berdetak sangat cepat. Suasana panas di sekitarnya pun masih enggan pergi.

Gila...! Ini benar-benar gila!

! Ini benar-benar gila!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg. Deg. Deg.

Jantung Sooyoung masih tak kunjung berhenti untuk berdetak kencang. Malam semakin larut, tapi matanya enggan tertutup dikarenakan sang detak jantung.

Sooyoung menoleh ke samping. Terlihat dengan pandangannya tubuh Seungwan yang membelakanginya. Pasti gadis itu sudah terlelap nyenyak.

Sooyoung bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Mungkin dengan mencuci mukanya ia bisa merasa lebih tenang.

Dirinya hampir saja berteriak kala menemukan seorang gadis berkulit pucat tengah memandanginya. Tapi rupanya itu Seungwan.

"Kau mengejutkanku," ujar Sooyoung setelah kembali ke kasur.

"Kau belum tidur?" Seungwan bertanya tanpa menghiraukan ujarannya tadi.

"Belum. Aku tidak bisa tidur," jawabnya.

Keduanya terdiam. Sibuk berkutat dengan pikirannya masing-masing seraya memandang lurus ke depan.

"Ayo tidur, besok– ah...."

Seungwan dikejutkan dengan tindakan tak terduga dari Sooyoung. Gadis itu memegang tangannya.

Bisa Seungwan rasakan tangan miliknya sedikit bergetar. Gadis itu pun tampak tak ingin memandangnya.

"Sudah jam 23.00. Ayo tidur, Sooyoung. Besok bukanlah hari libur, ingat?" pungkas Seungwan. Genggaman tangan Sooyoung ia lepas sebelum menyelimuti dirinya dan bergegas menuju alam mimpi.

Helaan napas keluar dari mulutnya. Ia tak bisa melakukan banyak hal selain menuruti permintaan Seungwan.

Bersambung...

Shh, aku mau ingkar janji, soalnya bab yang ini pendek banget sumpah ㅠㅠ

Vote dan komen kalau kalian suka bab ini:>

Share atau tambahin cerita ini ke reading list kalian. Kasih tahu orang-orang kalau masih ada FF WenJoy di dunia oren ini:D

Terimakasih!!

𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang