Angin sejuk musim gugur menerpa kulit Sooyoung yang sedang melamun sendirian di halaman rumahnya. Tuan Park mengangkat sebelah alisnya melihat tingkah sang putri. Tak biasanya putrinya bertingkah seperti itu.
Ia berjalan mendekati putrinya dan perlahan-lahan duduk di sampingnya. Sooyoung segera sadar dan menolehkan kepalanya ke samping.
"Tidak baik anak gadis melamun sendirian di malam begini," ujar Tuan Park dengan senyum lembutnya.
"Aku, kan, sudah tidak sendiri sekarang," balas Sooyoung. Kepalanya ia sandarkan pada bahu lebar sang ayah.
"Ada apa, hm?"
Tidak langsung membalas pertanyaan sang ayah, Sooyoung terdiam sambil masih menatap lurus ke depan. Sesungguhnya ia tengah bergelut dengan dirinya sendiri soal, 'haruskah ia menceritakannya?'.
"Kalian ini tidak kedinginan berdiam diri di luar?" tanya Nyonya Park kepada anak dan suaminya.
"Ah, ibu, bisa tolong buatkan aku cokelat panas?" pinta Sooyoung tanpa mengindahkan pertanyaan Nyonya Park.
"Buat saja sendiri. Jangan malas!" sahut Nyonya Park yang langsung melenggang pergi. Sooyoung cemberut mendapati tanggapan tersebut dari sang ibu.
Tuan Park berkata, "Kau ingin cokelat panas? Kalau begitu, akan ayah buatkan untukmu."
"Jangan. Ayah temani saja aku di sini." Sooyoung melarang Tuan Park untuk bangkit dengan memeluk erat tubuhnya. Dengan begitu, Tuan Park menuruti saja keinginan putri semata wayangnya.
Sunyinya keadaan menyelimuti gelapnya malam yang diiringi dengan suara jangkrik bersahutan. Beberapa kali terdengar suara anjing tetangga yang menggonggong sebelum suaranya hilang. Sepertinya sang empu telah menyuruh anjingnya untuk berhenti menggonggong.
"Ayah bisa menceritakan bagaimana pertemuan ayah dengan ibu lagi?" pinta Sooyoung tiba-tiba. Tuan Park cukup dibuat terkejut dengan permintaan tersebut. Kendati begitu, ia tetap menceritakannya kepada Sooyoung.
Dahulu, Nyonya Park itu gadis yang cukup populer di sekolahnya. Berita tentang kepopulerannya Nyonya Park rupanya sampai ke sekolah Tuan Park. Tuan Park yang penasaran mengapa gadis itu bisa populer akhirnya mengunjungi sekolah yang jadi tempat Nyonya Park menimba ilmu.
Dan setelah bertemu tatap dengan Nyonya Park, ia tidak dapat berkata apa-apa atas kencantikan Nyonya Park. Tepat setelah bertemu dengannya, Tuan Park telah jatuh cinta. Ia memutuskan untuk membuat Nyonya Park jatuh cinta padanya apa pun caranya.
Kebetulan, Tuan Park memiliki satu kenalan di sekolah itu. Dengan bujukan, kenalannya membuat sebuah kencan ganda yang melibatkannya dan Nyonya Park. Namun sayang, Nyonya Park sepertinya tidak terlalu menyukai kehadirannya.
Tuan Park belum menyerah sampai di situ. Di hari-hari selanjutnya, ia terus berkunjung ke sekolah Nyonya Park dan mencuri perhatian gadis itu. Segala cara dilakukannya, dan cara favoritnya ada mengerjai si gadis.
Dua bulan berlalu. Dibekali informasi kenalannya, Tuan Park memutuskan untuk menyatakan perasaannya kepada Nyonya Park tepat di hari ulang tahunnya.
"Kau bisa menebak apa jawaban ibumu?" tanya Tuan Park kepada sang putri.
"Menerima perasaan ayah...?" jawab Sooyoung terdengar ragu.
Tuan Park tersenyum. "Ibumu menolak perasaan ayah mentah-mentah dan langsung menampar wajah ayah sebelum berlari ke kelasnya. Yah, ayah bisa memakluminya... mau bagaimana pun, saat itu ayah memilih tempat yang salah untuk menyatakan perasaan ayah."
"Memangnya ayah menyatakan perasaan ayah di mana?"
"Kantin sekolah."
Kemudian Tuan Park melanjutkan ceritanya. Ia bilang, setelah kejadian tersebut dia tidak pernah bertemu sama sekali dengan Nyonya Park selama beberapa tahun. Ia sendiri bahkan menolak untuk mendengar kabar Nyonya Park dari kenalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢
Fanfic[ᴠᴇʀsɪ ʀᴇᴠɪsɪ] sᴏᴜʟᴍᴀᴛᴇ; ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴅᴜᴀ ʙᴇʟᴀʜ ᴊɪᴡᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ, ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ ᴀᴋᴀɴ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇʟᴇɴɢᴋᴀᴘɪ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴅɪᴘɪsᴀʜᴋᴀɴ. -------------------- ᴘᴀʀᴋ sᴏᴏʏᴏᴜɴɢ ᴅᴀɴ sᴏɴ sᴇᴜɴɢᴡᴀɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ sᴇᴘᴀsᴀɴɢ sᴀʜᴀʙᴀᴛ sᴇᴊᴀᴋ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ sᴀɴɢᴀᴛ ᴅᴇᴋᴀ...