"Joohyun."
Gadis yang merasa namanya terpanggil, memberikan atensinya pada sumber suara.
"Iya?" sahutnya pada panggilan yang rupanya berasal dari Seungwan.
"Ada yang ingin aku bicarakan," kata Seungwan. Joohyun menaikkan alisnya guna mempertanyakan apa yang ingin dibicarakan si gadis Son.
"Itu... setelah kupikir lagi aku mau menerima tawaran kencan dengan temanmu itu," jelas Seungwan.
"Serius?" Air wajah Joohyun seketika menjadi berseri-seri. Seungwan menganggukan kepalanya pasti atas pertanyaan yang diberikan Joohyun.
"Kau ingin kapan kalau begitu? Biar aku atur jadwal kalian berkencan. Oh, bagaimana hari Minggu ini? Kau bisa?" Joohyun secara bertubi-tubi melontarkan pertanyaan pada si gadis Son.
"Hari Minggu ini aku ada acara keluarga. Kalau hari Sabtu aku bisa." Seungwan menjawab seluruh pertanyaan Joohyun.
"Hm... tapi gadis itu memiliki kelas pagi hari Sabtu nanti...," gumam Joohyun pelan.
"Ah, tapi tak apa! Aku yakin kelas paginya juga hanya sebentar."
"Kalau begitu hari Minggu saja. Aku tidak jadi pergi ke acara keluargaku," usul Seungwan yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Joohyun.
"Jangan begitu. Acara keluargamu, kan, penting," kata Joohyun.
"Tidak juga...," sahut Seungwan.
"Pokoknya tidak boleh, Seungwan."
"Sudah diputuskan, kalian akan berkencan di hari Sabtu," pungkas Joohyun. Seungwan sendiri memilih untuk diam dibandingkan melontarkan protes. Sebab ia yakin, Joohyun tak akan mendengarkan protesannya.
"Omong-omong, boleh aku melihat foto temanmu itu?" pinta Seungwan.
"Tidak boleh. Ini kencan buta," balas Joohyun. "Tapi tenang saja, ia cantik, kok!" lanjutnya seraya memberikan kedipan kepada Seungwan.
Seungwan hanya mengangkat bahunya tak acuh sebagai tanggapan.
Sebentar lagi kelas yang diikuti Seungwan akan segera dimulai. Jadi, ia memilih untuk duduk di samping Joohyun seiring dosen jurusannya datang menyapa.
Tuk, tuk, tuk.
Terdengar bunyi ketukan yang dihasilkan oleh benturan jari telunjuk seorang gadis dengan meja yang ditempatinya. Sudah sejak 10 menit yang lalu ia hanya mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Sesekali ia juga menyesap minuman pesanannya.
Untuk ketiga kalinya ia memeriksa arloji yang tertempel cantik di pergelangan tangannya. Pukul 12.15, seharusnya orang yang ditunggunya telah tiba 15 menit yang lalu.
Ia mulai khawatir. Apa terjadi sesuatu pada orang itu?
Sayangnya ia tak memiliki nomor ponsel orang yang ditunggunya. Jadi ia hanya bisa berharap orang itu segera menampakkan batang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢
Фанфик[ᴠᴇʀsɪ ʀᴇᴠɪsɪ] sᴏᴜʟᴍᴀᴛᴇ; ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴅᴜᴀ ʙᴇʟᴀʜ ᴊɪᴡᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ, ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ ᴀᴋᴀɴ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇʟᴇɴɢᴋᴀᴘɪ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴅɪᴘɪsᴀʜᴋᴀɴ. -------------------- ᴘᴀʀᴋ sᴏᴏʏᴏᴜɴɢ ᴅᴀɴ sᴏɴ sᴇᴜɴɢᴡᴀɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ sᴇᴘᴀsᴀɴɢ sᴀʜᴀʙᴀᴛ sᴇᴊᴀᴋ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ sᴀɴɢᴀᴛ ᴅᴇᴋᴀ...