Bagian 17: Bersepeda

92 20 4
                                    

Pagi yang cerah telah menyapa Negeri Gingseng hari ini. Kendati hawa dingin musim gugur menyelimuti daerahnya, tak menghentikan Seungwan dari kegiatan bangun paginya. Gadis Son itu berjalan menuruni tangga karena perutnya sedari tadi sudah keroncongan meminta untuk diisi.

Mata Seungwan yang semula masih sedikit tertutup, langsung terbuka lebar mendapati sosok familiar tengah menggunakan dapurnya.

Bukan. Sosok itu bukanlah salah satu dari asisten rumah tangganya. Melainkan Park Sooyoung, sahabat jangkungnya.

Mata Seungwan dan Sooyoung saling beradu membuat si tuan rumah merasa panik. Apalagi dirinya baru saja bangun dari tidurnya dan belum pergi mandi.

"Eii, jorok~ kau belum mandi," seru Sooyoung dari arah dapur.

"Akhh, Bibi Jung! Kenapa bibi tak memberitahukanku bahwa Sooyoung berkunjung kemari!?" protes Seungwan pada Bibi Jung yang sedang membereskan ruang keluarga.

"Nona, kan, sedang tidur. Bagaimana aku bisa memberitahukanmu jika Nona Park datang berkunjung?" balas Bibi Jung, masuk akal.

Seungwan pun hanya bisa mendesah kesal. Lalu dengan secepat kilat, dirinya berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

-🐥-

10 menit pun berlalu, Seungwan juga sudah selesai membersihkan tubuhnya. Ia kembali turun dan menghampiri Sooyoung yang sedang mengobrol dengan Bibi Lee, asisten rumah tangga lainnya.

"Hoo~ tumben sekali kau langsung mandi?" ujar Sooyoung kala Seungwan mendaratkan bokongnya di samping kursi yang didudukinya. Bukan tanpa alasan Sooyoung berujar seperti itu. Karena biasanya Seungwan bersikap tidak peduli dengan penampilannya di hadapan Sooyoung.

"Terserah...," gumam Seungwan membalas ujaran Sooyoung tadi.

"Ayo sarapan dulu. Tadi aku sudah memasakkan sarapan untukmu," kata si jangkung.

"Baiklah." Seungwan menyetujui perkataan sahabatnya dan mulai menyantap sarapan yang tersedia di hadapannya. Kebetulan ia sudah sangat lapar sekali sekarang.

"Kau tidak ikut sarapan?" Pertanyaan itu keluar setelah si gadis mungil sadar bahwa sahabatnya hanya diam menatapi dirinya tanpa menyentuh makanan apapun yang ada di meja.

Yang ditanyanya menggeleng. "Aku sudah sarapan tadi sebelum kemari."

Seungwan mengangguk pelan sebelum kembali melanjutkan kegiatan sarapannya.

Ini masih pagi, tapi Sooyoung sudah berhasil membuat jantungnya berdegup tak karuan dengan sekadar tatapan mata. Tatapan yang entah mengapa semakin lama semakin terasa intens.

"Oh?" Sooyoung sedikit terkejut ketika secara tiba-tiba Seungwan menyodorkan sebuah telur dadar gulung padanya.

"Kenapa?" Sooyoung bertanya. Tapi Seungwan tak menjawab dan tetap menyodorkan telur dadar gulung itu. Secara senang hati, Sooyoung pun menerima suapan dari Seungwan.

"Hm... tadinya aku ingin mengajakmu berjalan-jalan. Tapi hawanya dingin sekali di luar, aku jadi merasa malas," ujar Sooyoung mengambil perhatian Seungwan dari makanannya.

"Berjalan-jalan ke mana?" tanya Seungwan setelah menyuapkan makanannya.

"Ke mana saja sambil bersepeda. Ya, mungkin kita bisa bersepeda dari rumahmu menuju taman kota?"

"Ah, tapi aku sudah merasa malas sekarang."

Seungwan mendengus pelan melihat tingkah si jangkung. Setelah ia meletakkan sumpitnya di atas meja, ia lalu menarik Sooyoung untuk mengikutinya.

"Uwaa, Seungwan! Kenapa kau menarikku?" kesal Sooyoung kepada sahabatnya. Seungwan tak mengindahkan rasa kesal gadis jangkung itu dan tetap menariknya.

"Wah, kau mau mengusirku, ya?" tuduh Sooyoung setelah Seungwan melepaskan tarikannya tepat di pekarangan mansion besar itu.

𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang