"Hei, Sooyoung," sapa Sungjae sambil menepuk pelan bahu gadis yang dipanggilnya.
"Ah, Sungjae," balas Sooyoung. Ia segera memasukkan ponsel yang sedari tadi menemaninya di halte ke tasnya.
Sudah lama sejak kejadian di taman sekolah itu Sooyoung tak bertemu dengan Sungjae. Bukannya Sungjae menghindar, tugas-tugas OSIS-nya lah yang membuat Sungjae terpaksa berkutat di ruangan OSIS.
"Tak biasanya kau pulang larut," ucap Sungjae seiring ia mendaratkan bokongnya di samping Sooyoung.
"Iya, tadi wali kelasku meminta untuk menemuinya di kantor."
"Ah, begitu rupanya...."
"Bagaimana kegiatan OSIS?"
"Benar-benar sibuk. Kau tahu, kan, sebentar lagi akan diadakan ujian dan acara Festival Budaya."
Suara jangkrik mulai menyapa indra pendengaran keduanya. Angin dingin musim gugur yang berembus menerpa kulit membuat mereka sedikit menggigil.
"Dingin, ya?" celetuk Sungjae.
"Iya." Sooyoung mengangguk setuju.
"Hm... sebntar lagi musim dingin akan tiba–"
"Sungjae?" panggil Sooyoung.
"Ya?" sahut orang yang dipanggil Sooyoung.
"Eng... aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tanyakan saja." Sungjae tersenyum simpul ke arah Sooyoung.
"Uhm... apa-apa saja yang kau rasakan ketika jatuh cinta padaku?" tanyanya. Sedetik kemudian Sooyoung langsung menyesali pertanyaan konyol yang membuatnya merasa malu tersebut. Sekarang Sooyoung hanya berharap Sungjae tidak menertawakan pertanyaannya.
"Hm, perasaanku, ya...?" Sungjae bergumam dengan kepalanya yang sedikit dimiringkan.
"Ini kedengarannya klise. Tapi jantung berdegup kencang dan rasa gugup ketika kau berada di dekat orang yang kau sukai itu benar-benar nyata, Sooyoung."
"Rasa gugup itu lebih memfrustasikan dibandingkan rasa gugup ketika kau harus berpidato di depan puluhan siswa-siswi."
"Dengan hanya melihat wajahmu, aku sudah merasa senang."
"Temanku bilang, bahwa ia menyukai apa pun dari kekasihnya. Bahkan hal terkecil sekalipun."
"Apa kau sedang menyukai seseorang, Sooyoung?" tanya Sungjae tiba-tiba.
"Oh, tidak. Aku hanya penasaran saja," jawab Sooyoung.
"Uhm, apa cemburu termasuk ke dalam rasa suka itu, Sungjae?"
"Kau tahu, cemburu tidak hanya termasuk ke dalam hal-hal romantis. Dalam pertemanan pun, aku rasa itu hal yang wajar."
"Jadi, kalau aku cemburu karena temanku berinteraksi dengan orang lain itu hal yang wajar, kan?"
Sungjae terdiam. Memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Iya. Tapi kau harus memikirkannya lagi untuk memastikan hal tersebut," kata Sungjae. Ia lalu bangkit dari posisi duduknya. "Karena cemburu berarti rasa takut yang membuatmu ingin memeprtahankan sesuatu yang berharga."
"Busnya sudah datang. Ayo?" ajak Sungjae seiring bus berhenti di halte.
"Ah, iya." Sooyoung menuruti ajakan Sungjae dan mengekorinya masuk ke bus tersebut.
"Oi, Park Sooyoung! Melamun saja?" seru Yerin yang langsung merangkul akrab bahu Sooyoung.
"Eh?" Yerin terkejut dengan tingkah mendadak Sooyoung. Pasalnya, Sooyoung tiba-tiba memeluk tubuhnya.
"Wah, ada apa ini?" bingung Chaeyoung yang baru saja tiba.
Hm, jantungku berdetak biasa saja....
"Yerin, apa kau merasakan sesuatu?" tanya Sooyoung.
"Tubuhmu?"
"Bukan!" Sooyoung berseru kesal dengan tanggapan Yerin.
"Lantas apa? Yang kurasakan hanya tubuhmu," kata Yerin, masuk akal.
"Itu... eng... jantungmu."
"Tentu saja aku masih merasakan jantungku, bodoh."
Sooyoung merengut kesal. Ia kesal dengan Yerin, pun dirinya sendiri.
"Kau tidak gugup saat aku memelukmu?" tanya Sooyoung lagi pada gadis yang masih ia peluk itu.
"Heh, aku masih punya Eunbi, tahu!" jawab Yerin.
Jadi memang tidak terjadi apa pun, ya....
"Chaeyoung." Sooyoung melepaskan pelukannya dari Yerin. Kini ia tengah menoleh ke arah gadis yang memiliki marga sepertinya.
Chaeyoung mengangkat sebelah alisnya, menanyakan maksud Sooyoung memanggilnya tadi.
Sooyoung pun meminta Chaeyoung untuk mendekat. Lalu, ia memeluk tubuh Chaeyoung.
"Kau ingin jadi teletubbies, ya?" celetuk Yerin atas tingkah laku Sooyoung.
"Kau juga tak merasakan sesuatu, ya?" ucap Sooyoung tanpa mengindahkan celetukkan Yerin tadi.
"Tidak. Aku tak merasakan apa pun," balas Chaeyoung.
Sooyoung mengangguk mengerti seraya melepaskan pelukannya. Setelahnya, gadis itu terdiam memikirkan sesuatu di kepalanya.
Yerin dan Chaeyoung saling berpandangan. Sama-sama memberikan sinyal yang menanyakan, 'Ada apa dengan gadis ini?'.
"Kau ini kenapa, sih?" kata Yerin, mengungkapkan pikirannya.
"Oh, bukan apa-apa." Sooyoung menjawab seraya tersenyum.
"Sebentar lagi bel. Ayo kembali ke kelas," ajak Sooyoung. Ia mengaitkan dua tangannya kepada lengan Yerin dan Chaeyoung. Lantas, ia menarik mereka berdua menuju kelas.
Bersambung...
Vote dan komen kalau kalian suka bab ini:>
Share atau tambahin cerita ini ke reading list kalian. Kasih tahu orang-orang kalau masih ada FF WenJoy di dunia oren ini:D
Terimakasih!!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢
Fanfiction[ᴠᴇʀsɪ ʀᴇᴠɪsɪ] sᴏᴜʟᴍᴀᴛᴇ; ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴅᴜᴀ ʙᴇʟᴀʜ ᴊɪᴡᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ, ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ ᴀᴋᴀɴ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇʟᴇɴɢᴋᴀᴘɪ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴅɪᴘɪsᴀʜᴋᴀɴ. -------------------- ᴘᴀʀᴋ sᴏᴏʏᴏᴜɴɢ ᴅᴀɴ sᴏɴ sᴇᴜɴɢᴡᴀɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ sᴇᴘᴀsᴀɴɢ sᴀʜᴀʙᴀᴛ sᴇᴊᴀᴋ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ sᴀɴɢᴀᴛ ᴅᴇᴋᴀ...