"Aku!! Karena aku jatuh cinta padamu, Park Sooyoung!!!"
Deg!
"Kau... bercanda, kan? Kau sedang bercanda, kan, Seungwan!? Iya, kan!?" Sooyoung mencengkeram bahu Seungwan meminta sang sahabat untuk tidak membenarkan jawabannya tadi.
"Aku tidak bercanda, Park Sooyoung! Aku serius!"
"Jantungku secara nyata berdetak untukmu, Park! Kau membuatku nyaman, tapi kau juga membuatku frustasi di saat yang bersamaan!!" seru Seungwan mengungkapkan perasaannya.
"Jangan gila! Kau tidak bisa jatuh cinta padaku, Seungwan! Kau ingat, kan? Aku seorang hetero, Seungwan!!" balas Sooyoung.
"Justru itu!! Aku menghindarimu karena aku tahu aku tidak boleh jatuh cinta padamu!!" seru Seungwan lagi.
Perasaan sesak tiba-tiba menyeruak di rongga dada Seungwan. Membuat gadis mungil itu menangis, sadar bahwa perasaannya telah ditolak mentah-mentah.
Napas Sooyoung tercekat menemukan sahabatnya menangis. Namun, rasa egoisnya sudah mengambil alih dirinya.
"Buang perasaan itu, Seungwan!! Aku tidak bisa membalasnya!!" ujar Sooyoung.
"Aku sedang mencobanya, Sooyoung! Maka dari itu aku menjaga jarak darimu!!" balas Seungwan.
"Jadi kumohon... jangan menemuiku untuk sementara waktu hingga aku berhasil membuang perasaanku padamu, Sooyoung...," pinta si gadis Son pelan.
"Tapi bukan berarti perasaan konyolmu bisa merenggangkan hubungan persahabatan kita, kan, Seungwan!?"
Deg!
Hati Seungwan menecelos mendengar kalimat tersebut. Ia masih sanggup jika Sooyoung menolaknya. Tapi saat mendengar Sooyoung meremehkan perasaannya....
"Ha! Benar... perasaan konyolku...." Tepat setelah mengatakan kalimat tersebut, Seungwan mendorong Sooyoung agak kencang dan segera berlari memasuki mansion-nya.
"Son Seung–"
Blam!
Gerbang yang tinggi menjulang itu tertutup rapat, tak memberikan sedikit celah pun untuk Sooyoung mengejar sang tuan rumah.
Lantaran kesal, Sooyoung menendang gerbang di hadapannya itu. Namun ia segera menyesalinya karena kakinya terasa sakit setelah menendang besi-besi menjulang tinggi tersebut.
Sooyoung tak bisa tidur. Padahal besok ia masih harus bangun pagi-pagi untuk berangkat sekolah. Pertengkarannya dengan Seungwan yang menjadi penyebab matanya tak kunjung menutup.
"Apa aku berlebihan tadi?" tanya Sooyoung pada dirinya sendiri. Perasaan bersalah sekaligus menyesal tumbuh saat ia kembali mengingat pertengkaran tadi.
"Iya. Sepertinya aku berlebihan...," jawabnya sendiri.
Sooyoung mengambil sebuah bantal dan menutupi wajahnya menggunakan benda persegi yang empuk tersebut. Berharap ia bisa segera menjemput mimpinya, namun yang ia dapatkan hanyalah rasa sesak karena bantal tersebut menghalangi indra pernapasannya.
"Argh!" Sooyoung melempar bantalnya ke sembarang arah atas pelampiasan rasa jengkelnya.
"Aku harus minta maaf!" kata Sooyoung sebelum meraih ponselnya yang berada di atas nakas dan mencari nomor milik sang sahabat. Setelah menemukan nomornya, Sooyoung segera meneleponnya.
Bukannya mendapatkan sapaan dari sahabatnya, Sooyoung justru menerima pemberitahuan bahwa nomor yang ditujunya sedang tidak aktif.
Sooyoung menyerah. Ini benar-benar hampir tengah malam. Persetan pikirannya tak ingin berhenti memikirkan pertengkaran tadi! Sekarang ia harus tidur agar tidak mengacaukan kegiatannya besok.
Bersambung...
Kalian tuh harus kugantungin dulu baru mau aktif, ya? Wkwkwk
Vote dan komen kalau kalian suka bab ini:>
Share atau tambahin cerita ini ke reading list kalian. Kasih tahu orang-orang kalau masih ada FF WenJoy di dunia oren ini:D
Terimakasih!!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝚂𝚘𝚞𝚕𝚖𝚊𝚝𝚎 || 𝚆𝚎𝚗𝙹𝚘𝚢
Fanfiction[ᴠᴇʀsɪ ʀᴇᴠɪsɪ] sᴏᴜʟᴍᴀᴛᴇ; ᴋᴇᴛɪᴋᴀ ᴅᴜᴀ ʙᴇʟᴀʜ ᴊɪᴡᴀ ᴛᴇʟᴀʜ ᴅɪᴘᴇʀᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ, ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ ᴀᴋᴀɴ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇʟᴇɴɢᴋᴀᴘɪ ᴅᴀɴ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅᴀᴘᴀᴛ ᴅɪᴘɪsᴀʜᴋᴀɴ. -------------------- ᴘᴀʀᴋ sᴏᴏʏᴏᴜɴɢ ᴅᴀɴ sᴏɴ sᴇᴜɴɢᴡᴀɴ ᴀᴅᴀʟᴀʜ sᴇᴘᴀsᴀɴɢ sᴀʜᴀʙᴀᴛ sᴇᴊᴀᴋ ᴋᴇᴄɪʟ ʏᴀɴɢ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛ ᴋᴇᴅᴜᴀɴʏᴀ sᴀɴɢᴀᴛ ᴅᴇᴋᴀ...