"Gak bisa gitu dong Mas! Aku juga berhak ikut andil dalam hal ini…."
"Yaa bukan gitu, saya juga langsung memilih karena saya dapat rekomendasi langsung dari kolega saya. Mereka bilang sekolah itu bagus."
"Aku tau Mas, sekolahnya memang bagus. Fasilitas lengkap, tapi semua itu perlu dipertimbangkan. Kondisi Reyna dan kemampuan dia juga harus kita pikirin."
"Ada masalah apa emang dengan kemampuan Reyna? Dia gak ada apa-apa kan… dia anak yang pintar, cerdas, baik-baik aja. Minggu lalu kita juga check kesehatan dia.. semua baik kan hasilnya."
Andin hanya menghela nafas. Ia merasa leelah akan debat sore ini dengan suaminya, aLdebaran Alfahri.
"Aku gak suka kayak gini, aku mau keluar."
Andin bergegas keluar kamar, namun ia ditahan oleh aLdebaran.
"Mau kemana? saya ikut."
"Gak usah, aku mau menyendiri. Jangan coba-coba diem-diem ikutin aku ya!"
Andin memasang muka galak dan kesal.
"Yaudah, jangan jauh-jauh."
"Terserah aku!"
Andin segara membuka pintu. Ia keluar kamar dengan hati yang kesal.
aLdebaran hanya menatap punggung istri tercintanya keluar dari kamar. Ia pun menghela nafas sambil mengusap-usap dagunya. Ia tampak berpikir.
"Salah saya apa Ndin, sampe kamu ngambek begitu sama saya. Hmmmffffffff."
Sepeninggal Andin, aLdebaran memutuskan untuk mandi sambil tetap berpikir. Ia akan tetap berusaha menjelaskan ke Andin maksud dari sikapnya yang ia rasa adalah hal yang wajar.
Disisi lain, Andin sedang berada di taman belakang rumah. Ia sedang duduk termenung dan masih berusaha berpikir bahwa yang ia inginkan kali ini adalah sesuatu yang bisa terwujud mengenai sekolah Reyna yang sesuai pilihannya dengan berbagai pertimbangan juga.
Andin masih dengan wajah kesal tiba-tiba dihampiri oleh Kiki yang kebetulan ingin menyiram tanaman di taman belakang.
"Eh, ada Mbak Andin. Kiki permisi yaa Mbak mau siram-siram taneman."
"Iyaa Ki, klo bisa aku juga mau Ki kamu siram."
"Heeeehhh? Piyee mbak maksudte? Eehh gimana-gimana maksudnya mbak? Siram Mbak Andin?"
"Hmmmfffff iyaa Ki, lagi pusing kepalaku."
"Owalaaahh Mbaakk mbaaakk yo ojo disiram thoo Mbaakk.. mending yo mandi atau berendam ae mbaaakk!"
"Hmmmmmff nanti aja Ki, masih mau disini aku…"
"Ada apa thoo Mbak? Ada masalah po sama Mas aL?"
Kiki mendekat ke arah Andin. Ia melihat raut wajah Andin yang masih kesal dan terlihat lelah.
"Mbak Andin.. Kiki ijin pijitin Mbak Andin boleh? Mungkin bisa ngeredain pusingnya Mbak Andin…"
Kiki menawarkan diri dengan tersenyum lebar.
"Hmmmm boleh deh Ki, mana tau enakan. Makasih yaaa…!"
"Siaaapp Mbak, kata Mbak Mirna sih yang udah sering Kiki pijitin, pijitan Kiki mantep Mbak… hihihihi."
"Bisa aja kamu, yaudah minta tolong ya Ki. Tapi pelan-pelan aja."
"Siaaapp Mbak Andin."
Kiki pun mulai memijit pelan pundak Andin. Andin memejamkan matanya. Ia berusaha menikmati pijitan Kiki di tubuhnya.
"Ki, kamu bawa hp gak?"
"Bawa Mbak, kenapa Mbak?"
"Aku lupa bawa hp, minta tolong teleponin Mirna.. aku kayaknya mau teh manis hangat deh."
"Oohh iyaa Mbak, sebentar yaa. Kiki teleponin Mbak Mirna."
Kiki segera menelepon Mirna dan Mirna pun bergegas membuat teh manis hangat untuk Andin.
"Beres Mbak, udah Kiki bilang ke Mbak Mirna."
"Makasih yaa Ki, aku lagi capek banget nih pikirannya."
"Yaa Mbak sama-sama. Santai aja Mbak… relax aja… biar plong mending pejamin mata.. terus bayangin yang indah-indah Mbak…"
"Iyaa yaa Ki, aku coba deh yaaa.."
"Hehehe iyaa Mbak…"
Andin pun kembali memejamkan matanya. Ia lumayan menikmati pijatan Kiki yang ia rasa bisa mengurangi rasa lelahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mirna sudah selesai membuat teh manis hangat untuk Andin. Ia pun bergegas menuju taman belakang untuk mengantarkan teh tersebut. Namun ketika akan keluar dapur ia pun bertemu dengan aLdebaran.
"Eehh Pak Bos, cari apa Pak Bos? Mau cemilan?"
"Gak, saya gak laper. Lihat Andin gak Mir?"
"Oh, Andin di taman belakang Pak Bos. Ini saya mau anterin tehnya."
"Oh, ini buat Andin. Biar saya aja yang anterin."
"Gak usah Pak Bos, kan saya yang disuruh. Masa iya Pak Bos yang anterin."
"Udah… saya juga mau temuin Andin. Sekalian aja saya bawa."
"Yaudah Pak, ini tehnya yaa."
Mirna pun memberikan teh tersebut untuk Andin ke aLdebaran.
aLdebaran bergegas ke taman belakang. Ia sudah tidak sabar bertemu Andin dan menjelaskan permasalahan yang tadi siang mereka debatkan.
aLdebaran sudah mendekati taman belakang. Ia melihat Andin yang sedang dipijiti oleh Kiki. Dengan perlahan aLdebaran melangkah mendekat dan mendengar sedikit pembicaraan Andin dengan Kiki.
Andin masih memejamkan matanya. Namun Kiki sudah melihat aLdebaran yang akan menghampirinya dengan Andin. aLdebaran memberi kode ke Kiki agar ia tetap berbicara dengan Andin supaya Andin tidak curiga jika dirinya sudah datang.
"Yang sabar aja Mbak Andin.. tapi menurut Kiki baiknya ya segera dibicarain. Biar gak salah paham…"
"Iyaa Ki, aku jg bakal ngomong kok. Cuma nanti dulu deh.. akunya pengen sendiri dulu tenangin diri."
"Iyaa Mbak…"
Kiki masih terus memijit sampai akhirnya aLdebaran meminta Kiki untuk bertukar tempat dan meninggalkan mereka berdua. Dengan perlahan Kiki melepas pijatan di pundak Andin dan digantikan oleh aLdebaran……..
HAIIII GUYSSSS!
MASIH SUKA BACA² CERITA INI GAK SIIHHHHH?
ADA YG NGAMBEK N DEBAT NIH GUYSSS!
🤣🤣🤣🤣PASUTRI FENOMENAL SEJAGAD RAYAAA 😆😆😆😆
CEK OMBAK DULU LAAHH YAAAAA BRAPA ORG YG Masih pngen tau kelanjutan ceritanyaaaaa! 🥰🥰🥰
THANKS GUYSSSS YG MASIH SUKA MAMPIR BACA CERITA AKU😘😘😘😘🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDIN DAN ALDEBARAN
RomanceSelamat membaca semuanyaaaaa! Cerita ini hanya fiktif yaaa! Dibuat oleh author yang suka dengan sinetron #IKATANCINTA.