pulang sekolah

690 105 6
                                    

Taeyong membanting pintu rumahnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menggendong younghoon yang bersandar pada tubuhnya.

Younghoon tau bapaknya sedang emosi tingkat dewa. Jadi dia hanya diam saja sambil mencoba menahan rasa sakit di tangannya.

"Younghoon, biar uncle periksa dulu, ya?" Mark dan yang lainnya tentu saja ikut ke rumah taeyong karena harus memastikan younghoon tidak ada masalah dengan luka-lukanya. Karena bagaimanapun younghoon masih anak berusia enam tahun.

"Mana yang sakit, bilang sama papa" pecah, younghoon akhirnya menangis saat papanya memeluknya. Bahkan sepupu-sepupu nya yang lain tertegun melihat kokoh mereka menangis kencang di pelukan sang papa yang mengeraskan rahangnya emosi.

Sebego begonya taeyong, ia bakal semarah ini. Ayah mana yang tidak akan marah melihat anaknya kesakitan seperti ini.

"File nya udah gue copy, cari semuanya sampai ke akar-akarnya" taeyong melemparkan ponsel nya kepada jaehyun. "Si kembar tidurin di kamar tamu aja, udah ngantuk banget itu. Eric sama jacob juga sekalian soalnya ada yang mau gue omongin sama kalian" mereka menganggukan kepalanya.

"Yuk kalian tidur siang dulu sama uncle" jeno menggiring anak anak untuk tidur siang di kamar tamu sementara jaehyun langsung mengambil laptopnya di mobil untuk mencari tahu siapa saja yang ada di rekaman cctv.

"Papa buka bajunya, ya?" Taeyong kemudian membuka satu persatu kancing kemeja milik putranya. "Ya tuhan" mark langsung berujar terkejut saat melihat masih ada luka di bagian dada. Mark yakin betul ini luka tendangan.

"papa sakit hiks hiks" taeyong menggendong putranya sambil meniup niup luka di tangannya. Tentu saja semua tubuhnya terasa sakit. "mark beli obat dulu bentar ya? Bang ini suhu ruangan nya mark turunin yaa biar younghoon agak dingin" taeyong menganggukan kepalanya, tangannya masih menopang younghoon dalam gendongan yang masih menangis.

Biasanya younghoon jika menangis tidak pernah sampai seperti saat ini. Younghoon bahkan sampai terisak dan merintih kesakitan karena rasa panas dan nyeri di tubuhnya yang tidak kunjung hilang.

"papa hiks hiks bobo hiks hiks" ujar younghoon sambil menunjuk kamar nya sendiri. "iya iya, kita bobo disana ya, nanti papa nyalain ac nya biar younghoon ngga kepanasan" ujar taeyong sambil menggendong younghoon yang menangis melingkarkan tangannya di leher taeyong.

"mama hiks marah hiks kalau younghoon nangis hiks ngga?" wajah taeyong langsung berubah menjadi sepet ketika bukannya merasa kesakitan, younghoon malah lebih khawatir kena omel mamanya.

"ngga bakal, biar nanti papa yang bilang mama. Sekarang younghoon tiduran dulu yaa sambil nunggu uncle mark" younghoon menganggukkan kepalanya kemudian dengan hati hati turun dari gendongan taeyong.

"jangan hiks pake" younghoon menolak selimut yang taeyong berikan. Ia menunjuk remote ac yang berada tidak jauh dari mereka, meminta agar taeyong menurunkan suhu di ruangan menjadi lebih dingin.

"udah segini?" Younghoon menggelengkan kepalanya. "lagi hiks hiks"

"Udah ya segini aja ini udah paling dingin, dek" younghoon mau tidak mau menganggukkan kepalanya. Ia kemudian meraih boneka lumba-lumba yang selalu menemani dirinya tidur dan memeluknya dengan tangan yang tidak luka.

Taeyong mengusap usap rambut anaknya yang makin lama makin tidak ada suaranya, pelukan tangannya pun mengendur dari boneka lumba lumba yang dipeluknya.

Taeyong tersenyum miris melihat kelakuan ajaib putranya. "Bisa bisanya lo tidur begini padahal semua badan lo udah merah merah kesakitan"

***

KINGDOM [The beginning] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang