seulgi menghela napas nya saat ia mendengar berita tertangkap nya frederico, dia langsung mendapat mandat untuk mengawal kasus suaminya atau mungkin sekarang bisa dia sebut sebagai mantan suaminya.
ditangannya ada satu map berisi pertanyaan interogasi yang harus ia tanyakan kepada taeyong dengan berberat hati karena dia belum sempat menolak perintah langsung dari atasannya yang memerintahkan seulginya sendiri untuk mengawal kasus ini mengingat seulgi adalah salah satu orang yang dipercaya oleh atasannya.
"malam" seulgi menyapa salah satu pihak kepolisian yang sedang mengawal frederico di kantor kepolisian.
Tidak tanggung tanggung, dua puluh polisi sudah berjaga di depan ruang interogasi yang ada taeyong di dalamnya.
oh tentu saja, taeyong adalah buronan paling dicari abad ini.
mereka tengah berebut memenggal kepala taeyong dengan balasan uang hingga trilyunan rupiah.
"dia di dalam?" seulgi berekspresi datar tanpa menunjukan ekspresi ketakutan padahal yang dia hadapi adalah mantan suaminya di dalam ruang interogasi. Dia tidak tahu apa yang sedang taeyong lakukan dan dengan dia bersikap pura pura tidak tahu dapat membuat apapun rencana taeyong berjalan lancar.
salah satu anggota kepolisian menganggukan kepalanya. "iya, bu. Ibu mau kami temani masuk ke dalam?" ujarnya menawarkan.
seulgi menggelengkan kepalanya. "ngga usah. memang nya kenapa?" tanya seulgi penasaran karena memang belum waktunya dia masuk. masih ada pihak kepolisian yang sedang menginterogasi taeyong.
"bu, ini kali pertama saya ngeliat pembunuh yang bahkan membunuh tiga ribu orang dalam hidupnya. Dia emang ngga kelihatan wajahnya tapi auranya bu, gelap banget. Kita ngga ada yang berani mendekat dan paling jauh berada di radius sepuluh meter itupun udah gemetar" seulgi hanya tersenyum tipis. masa iya?
"saya masuk dulu, kalian ngga usah khawatir. Saya bukan pertama kalinya menangani orang seperti ini. Dia dibius?" mereka menggelengkan kepalanya. "dirantai, bu. Antisipasi menyerang"
seulgi menganggukan kepalanya. "buka rantai nya. biar saya yang berbicara" ujarnya berjalan mendekati pintu.
"tapi, bu" tentu saja mereka protes karena apa yang ada di dalam sana bahkan lebih berbahaya daripada buaya ataupun ikan piranha dan seulgi hendak menangani nya sendiri.
seulgi hanya mengangguk. "mereka tidak akan melawan kalau ada polisi, percaya dengan saya" ujar seulgi sambil melangkah masuk dengan petugas yang membawa kunci rantai milik taeyong.
Ia menghela napas lagi begitu melihat siapa yang ada di kursi interogasi.
Ini sosok asing yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Benar. Taeyong yang ini benar benar menyeramkan.
Auranya begitu gelap padahal dia hanya duduk bersandar di kursi dengan tubuh terlilit rantai besi. Ia masih memakai hoodie hitam yang seulgi berikan ketika mereka masih berkencan dan masker hitam ya g bahkan tidak bisa menutupi tatapan nya yang begitu tajam kepada siapa saja yang berhasil masuk ke dalam ruangan.
"kalau terjadi sesuatu, panggil kami bu" seulgi hanya tersenyum tipis. Ia melihat taeyong meregangkan tubuhnya sambil sesekali menguap di depan meja interogasi.
Dia tidak ada takut takut nya.
seulgi memberi kode kepada seseorang yang berada di luar ruangan untuk mematikan cctv yang ada di ruang interogasi. Dia juga diam diam mengambil perekam suara yang ada di bawah meja introgasi.
"bagaimana bis--"
kruyuukkk
seulgi spontan menatap pria dihadapannya datar saat tiba tiba perutnya berbunyi. Frederico mengusap perutnya. "ini ngga dikasih makan dulu, nih? Gue ditangkep waktu mau sarapan loh dan ini udah malem ngga dikasih makan" ujarnya santai.
TAHANAN MACAM MANA YANG MALAH MINTA MAKAN SAAT INTEROGASI???
seulgi menghela napas kemudian mengangkat tangan kirinya memberi kode. "Ada apa bu? butuh sesuatu?" tanya seorang kepolisian. "ada makanan sisa ngga di luar? dia kelaperan soalnya"
polisi tersebut melihat taeyong yang hanya menganggukan kepalanya dibalik masker wajahnya.
"kalau ada sate, mau dong" taeyong malah dengan santainya merequest makanan hingga membuat delikan dari orang orang dihadapannya.
"turutin aja" seulgi mengibaskan tangannya memerintahkan agar mereka menuruti apa yang dimau oleh frederico tanpa membantah.
"jadi, biar saya mul---"
"iyain aja semuanya" seulgi spontan mendongak saat taeyong berujar tanpa beban padahal dia belum mengemukakan pertanyaan apapun.
"iyain aja semua pertanyaan yang ada di situ. Gue males ditanya tanya. Lagi ngga bisa mikir alibi. Bilang aja iya, kelar" jawabnya enteng membuat seulgi lagi lagi tertegun.
"kenapa?" taeyong mengangkat bahu.
"bukannya ngga ada gunanya gue jawab semua ini. Mereka bakal nganggep gue salah tanpa tahu alasannya apa?" taeyong yang duduk dengan kedua tangan di saku hoodie nya bertanya enteng.
seulgi menghela napas. Ia kembali menutup rangkaian pertanyaan yang seharusnya dia tanyakan kepada taeyong.
"gimana? surat nya udah dateng?" seulgi merubah ekspresi wajahnya saat ia mengerti surat apa yang taeyong maksudkan.
"oh udah dateng ya? lebih cepat dari yang gue duga" taeyong tertawa pelan bahkan lebih terdengar sebagai tawa miris di telinga sang mantan istri.
"itu kenapa masih dipakai? balikin ke kotaknya aja terus jual. Lumayan buat jajan younghoon setelah ini. Harga berlian lagi naik kok" taeyong kembali berujar sambil menunjuk cincin di jari manis seulgi yang masih terlingkar begitu indah seperti dahulu kala. Sama seperti dia yang memasangkan cincin itu kala pertama mereka mengucapkan janji suci.
"stop taeyong, kumohon. Stop" taeyong tersenyum pelan.
"apa rencanamu?" taeyong mengangkat bahu. "gue tidak tahu. Apa yang lo harepin dari orang yang ketembak waktu cari sarapan?" ujarnya acuh.
"tinggal kasih tahu kapan gue sidang dan dengan cara apa gue bisa mati. apa gue bakal disetrum? Ditembak di jantung? minum obat? atau gantung? Gue ngga sabar nunggu kapan akhirnya gue berhenti dari semua ini" ujar taeyong sambil menyandarkan tubuhnya menghadap seulgi yang sudah memerah. Dia tahu, sedikit sentuhan dari tangannya saja dapat membuat seulgi menangis begitu kencang.
"lo cukup jaga younghoon aja. biar gue yang urus disini. Dan tolong bilang kalau semua yang lo tanya benar adanya. Silakan keluar, bu jaksa. Gue laper" taeyong berujar. seulgi mencoba mengatur napas nya sebisa mungkin agar tidak ada yang curiga dengan sikapnya saat ini.
"kalau begitu saya pamit" ujar nya menghela napas kemudian bangkit. Ia ingin buru buru keluar dari sini. Rasa sedih, penyesalan,tidak terima, dan rasa cinta yang menggebu benar benar membuat dia tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini apalagi mengingat ucapan taeyong yang semakin menggores hatinya.
namun langkah seulgi berhenti saat lagi lagi pria bermasker yang sedang duduk menunggu makan malam nya berujar.
"lo ngga pernah pulang ke rumah kan? Gue samperin saat ini disini jadi kita bisa sering ketemu. Lagipula setelah ini lo bakal naik jabatan jadi jaksa agung. Gue titip younghoon" ujarnya santai tanpa peduli wanita dihadapannya langsung keluar dari tempat ini untuk meluapkan emosinya, menangis di toilet atau pergi ke taman di rooftop untuk menangisi hal terberat yang harus ia hadapi.
Seulgi dengan cepat beranjak pergi tanpa tahu pria berhoodie hitam yang sedang menatap kepergiannya memiliki setitik air mata samar yang lantas diusapnya dengam gerakan yang tidak terduga.
———
dah dibilang mau tutup buku, nie kalau rame aku khatamin besok tp kalau engga nunggu aku nulis lagi yaak wkwkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGDOM [The beginning]
Fanfictionapakah ketika mereka mendapatkan kata 'normal' adalah sebuah akhir atau merupakan sebuah awal dari semuanya? Sequel of REGNO, read REGNO first before you read this story NCT ft TBZ, ATEEZ