sendiri

403 68 7
                                    

"eh itu dokter mark, kan?" seorang mahasiswa semester lima dari salah satu universitas ternama bertanya kepada salah satu rekannya yang juga salah satu mahasiswa kedokteran.

temannya menganggukan kepalanya. "iya. sumringah banget mukanya. biasanya dia keluar dari ruang operasi mukanya cape banget" sahut temannya, wanita cantik tersebut menganggukan kepalanya. Kedatangannya memang baru disini, mereka berdua baru tiga minggu di rumah sakit ini dan dokter yang sering ia lihat adalah mark yang bolak balik igd.

"lo masih suka sama dokter mark?" wanita berambut panjang tersebut menganggukan kepalanya.

"he's so attractive, sis. mau gimana ya? Dia satu-satunya cowo yang bikin gue naksir" temannya menggelengkan kepalanya. "gimana kalau dia udah punya pacar? ngga mungkin kan cowo kaya dokter mark masih sendiri? sia sia dong gantengnya kalau kaya gitu" ujarnya menolak percaya. temannya mengangkat bahu.

"kalian ngapain disini?" mereka menoleh ke arah sebuah suara berat yang mengejutkan mereka.

seorang pria bermata besar nampak tersenyum lebar di belakang mereka. "ah, dokter lucas" mereka menyapa lucas dengan sapa. lucas tersenyum kemudian melambaikan  tangannya.

"kalian lagi nganggur atau engga?" kedua nya menganggukan kepalanya. "iya dok, tadi baru selesai lihat dokter yuqi visit pasien" lucas mengangguk anggukan kepalanya.

"ikut saya ke pediatri yuk sekalian kenalan sama anak anak" ajaknya ramah yang membuat mereka mau tidak mau menuruti kemana lucas mengajak mereka.

"kenapa?" wanita berambut panjang tadi nampak terpaku dengan pemandangan dihadapannya. Sebuah pemandangan yang tidak seharusnya dilihat.

dokter mark tengah berlutut dan berhadapan dengan seorang perempuan cantik yang tengah duduk di kursi taman di dekat pediatri, ia bisa melihat dokter mark menciumi perut wanita dihadapannya

lucas yang melihat pemandangan itu tersenyum lebar. "itu istrinya mark, dokter mina. Cantik ya? lagi hamil anak ketiga tuh aura keibuannya udah mulai muncul makannya mark lagi bucin bucinnya" suara lucas lagi lagi membuat mereka menoleh.

lucas tersenyum tipis. "dia udah punya anak ketiga dan dia sesayang itu sama istrinya. Jangan berharap apapun dari mark karena kalian tahu itu akan membuat kalian sakit hati sendiri"

***

"oh udah pulang?" taeyong yang sedang bermain game di ponsel nya menoleh ke arah pintu dimana seulgi dan younghoon baru saja kembali dari belanja bulanan.

younghoon tersenyum lebar kemudian menunjukkan satu es krim rasa strawbery yang masih tersisa setengah kepada taeyong. "papa mau?" 

taeyong menggelengkan kepalanya. "engga. papa udah beli tadi. Ngapain aja tadi?" taeyong bertanya kepada younghoon yang sekarang duduk di sampingnya sementara seulgi membawa belanjaan mereka ke dapur membiarkan dua orang beda usia tersebut duduk di sofa.

"beli es krim terus jalan jalan main sama mama di atas" taeyong mengangguk. "udah makan?" younghoon mengangguk. "beli ayam tadi. Papa udah?"

taeyong menggelengkan kepalanya. "bikin mie aja ntar lah" balasnya.

"habis dua porsi dia, pantes tinggi. susu nya kuat makannya banyak ya nak" seulgi menambahi sambil membawa coklat panas dari dapur untuk suaminya. ia kemudian duduk di samping taeyong, tersenyum melihat sang anak yang antusias menjawab semua pertanyaan dari sang ayah.

"tinggi banget dia bakalannya. sekarang aja mamanya udah mulai kebalap" younghoon menyengir.

"dah sana tidur. katanya besok mau nginep di rumah eric. barang barang nya udah disiapin?" younghoon menganggukan kepalanya. ia kemudian bangkit dari tempat duduknya kemudian berjalan kembali ke kamar meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah berdua.

setelah memastikan younghoon masuk ke dalam kamar nya dan menutup pintu, taeyong menghela napas kemudian memberikan map berwarna coklat kepada istrinya yang menyandarkan kepalanya di bahunya.

"apa ini?" seulgi bertanya kepada taeyong yang sedang meminum coklat panas nya. "buka aja" ujar nya enggan menatap sang istri, membiarkan sang istri membuka sebuah map yang memang sedari tadi sudah ia siapkan di meja.

seulgi membuka map yang suaminya beri. Tangannya langsung membatu saat ia melihat beberapa lembar kertas yang tentu saja ia paham betul apa isinya walau dia hanya membaca judul di bagian atas lembar paling depan.

surat permohonan izin cerai.

"kamu bercanda kan?" seulgi melempar kertas yang dia pegang ke lantai, detak jantungnya berdegup begitu kencang, air matanya mengalir begitu deras saat ia melihat gelengan kepala dari suaminya. "aku serius, tanda tangani saja semua dokumen itu. Biar aku yang urus sisanya" taeyong menjawab acuh.

ia mematikan ponsel nya, memasukkan ke dalam saku celana nya dan hampir saja bangkit meninggalkan rumah jika saja seulgi tidak menarik tubuhnya, memeluk tubuhnya dari belakang sembari menangis.

"aku ngga mau pisah, taeyong" taeyong hanya diam membiarkan istrinya memeluknya dengan erat. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh sang istri, menahan diri agar tidak melingkarkan tangannya di tubuh sang istri.

"tidak ada yang bisa dipertahankan dari kita, seulgi" taeyong berujar datar, mengabaikan wanita yang selama ini menemani dirinya. Entahlah, lebih dari sepuluh tahun keduanya saling mengenal dan sekarang taeyong sendiri yang menggugat cerai istrinya.

Meninggalkan semua kenangan indah yang kedua nya bangun bersama sama. Memutuskan untuk pergi sendiri meninggalkan wanita yang pernah masuk ke dalam hatinya bahkan kalau dia boleh jujur, masih ada nama seulgi di dalam hatinya.

"aku minta maaf taeyong. aku tahu kamu ngga bisa maafin aku. Aku akan berubah semuanya tapi jangan pisah, aku mau kamu. Aku ngga sanggup membesarkan younghoon sendiri" taeyong memejamkan matanya saat seulgi menangis di pelukannya.

tangannya yang tadi terkepal perlahan terbuka, menepuk nepuk punggung sang istri. "hak asuh younghoon terserah dia mau tinggal dimana. Dia boleh tinggal bersama aku atau dia ingin denganmu aku tidak masalah. Kamu tetap ibunya. yang berubah hanya kita. Younghoon tetap anak kita. Jadi, lepas. Biar aku pergi" seulgi menggeleng ribut, mencengkeram hoodie suaminya agar taeyong tidak pergi. sebisa mungkin dia tidak ingin melepaskan taeyong dari pelukannya.

karena dia tahu, taeyong akan benar benar meninggalkan dia setelah ini. Taeyong tidak akan pernah kembali setelah dia lepas. Seulgi tahu benar.

"seulgi, kita dari awal tidak pernah baik baik saja. Seharusnya kita tidak pernah jatuh cinta sejak awal sampai membuat kita saling menyakiti seperti ini" taeyong berujar kepada seulgi yang menggelengkan kepalanya. Dia tidak pernah menyesal mencintai suaminya hingga sebesar ini.

"Jangan pergi, taeyong. Aku mohon. Kamu tidak aman diluar sana dan aku ngga mau kita, aku, kamu, younghoon pisah. Aku bakal bantu kamu kabur dari sini tapi jangan seperti ini, younghoon masih terlalu kecil. Kumohon" taeyong menggelengkan kepalanya, tangannya beranjak melepaskan kedua tangan seulgi yang memegangi dirinya. Melepaskan kedua tangan yang selama ini menemaninya.

taeyong menatap mata seulgi yang berair sambil terus menggelengkan kepalanya. Dengan mata besar miliknya yang dulu selalu menatap sang istri penuh cinta. "ayo berhenti saling mencintai, seulgi. Ayo berhenti menyakiti masing masing"

seulgi menggelengkan kepalanya. Tapi dengan dingin, taeyong menghela napas kemudian berujar.

"ayo membesarkan younghoon dengan cara masing masing, seulgi. Ayo berpisah"


dahhhhhh

KINGDOM [The beginning] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang