3. Kehilangan

5.8K 458 58
                                    

📚 Alya

Keluar dari kamarku, bentuk panggilanku sudah seperti orang yang sedang tertimpa batu.

Ribut sekali.

Sampai Ibu yang berada di lantai satu, langsung melayangkan tatapan menyelidiknya padaku.

"Adek kenapa? Keluar dari kamar kok langsung grusa-grusu kaya gitu?" Ibu yang terlebih dahulu bertanya padaku.

"Ibu lihat buku diary punya Adek nggak?"

"Buku catatan yang biasa Adek bawa?"

"Iya, Bu. Yang ada tali simpul pitanya. Warna coklat. Buku dari Bapak."

"Biasanya, Adek yang selalu bawa. Coba dicek di kamar dulu, Dek."

"Udah, Bu. Adek udah cek di kamar. Udah lihat di tas sama di koper juga, tapi nggak ada."

"Mungkin Adek lupa naruhnya di mana. Atau mungkin, nggak Adek bawa ke Solo karena ketinggalan di Padang."

"Apa iya ya?"

"Iya," Ibu menenangkan kecemasanku dengan usapan lembutnya. "Jadi ayo, ngemil lagi sama Ibu. Baru aja, Ibu beli banyak kue basah buat Adek."

"Tapi buku Adek di mana ya, Bu?"

"Nanti dicari lagi. Kalau Adek emang bawa, nanti pasti ketemu."

"Soalnya di sana ada banyak catatannya Adek, Bu."

"Iya. Ibu tahu. Bismillah. Nanti pasti bisa ketemu. Sekarang, ayo, makan dan minum enak dulu. Biar pikirannya tenang dan nggak semrawut lagi."

Walau gugup dan cemas belum kunjung hilang dari dalam perasaanku, tapi genggaman dan tuntunan lembut dari Ibu jelas tak bisa menahan langkah kakiku.

Jadi baiklah.

Mari nikmati waktu pagi terlebih dahulu. Sebelum nanti aku bertempur kembali untuk menemukan di mana buku catatan kesayanganku.

*****

Sedang menikmati berbagai macam kue basah yang telah Ibu beli, aku jadi penasaran di mana keberadaan Kakakku saat ini.

"Bu."

"Iya, Dek?"

"Mas Agam ke mana? Kok pagi-pagi udah nggak kelihatan? Perasaan tadi, waktu subuh, masih berangkat buat sholat berjamaah ke masjid sama Bapak. Kok sekarang nggak ada? Mas Agam udah berangkat dinas?"

Ibu tertawa setelah menyesap teh hangatnya.

"Kebiasaan banget. Kalau lagi penasaran, pertanyaannya pasti langsung diborong kaya gitu."

Aku langsung memasang senyum lebarku. "Maaf, Bu. Kelepasan."

"Mas Agam lagi lari pagi."

"Aduh. Rajin banget emang ya."

"Kebiasaan Mamas kalau di asrama selalu tertib, Dek. Jadi walau pulang, ya tetap selalu dilaksanakan semua kegiatan rutinnya."

"Kalau gitu, tadi, berarti, Mas Agam nyapu halaman juga nggak, Bu? Biasanya, kalau di asrama, kan begitu, pagi-pagi, pasti harus bersih-bersih."

Ibu ikut tertawa bersamaku. "Kalau itu, katanya, mau libur dulu. Soalnya Mas Agam tahu, kalau nanti, Pak Risman mau datang."

Tawa bahagiaku dan Ibu lekas mengudara. "Pinter banget emang ya Pak Komandan cari alibinya."

"Mas Andri sama Adek juga selalu kaya gitu. Tiap Pak Risman datang, pasti semuanya langsung kompak banget bilang mau libur nggak ada yang mau nyapu halaman."

Jatuh Cinta Di Udara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang