✈ Ardiaz
Baru selesai memastikan semua barang bawaanku, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahuku.
"Ardi."
"Ya?"
Ternyata, Tia.
Temanku dari semenjak SMA. Juga pramugari di maskapai yang sama dengan tempatku bekerja.
"Kita mau makan dulu sebelum pulang. Karena setelah ini, jadwal penerbangan kita hanya jarak pendek dalam negeri saja. Jadi, kamu mau gabung?"
"Oh, maaf, Ti. Aku nggak bisa ikut."
"Kenapa?"
"Soalnya Shilla udah nunggu aku."
Meninggalkan Tia yang sudah menunjukan tatapan menuntut penjelasannya padaku, aku langsung melenggang pergi dengan menarik koper dan meraih semua barang bawaanku.
Karena ini memang lebih penting dari sekedar makan dan bersenang-senang bersama rekan setelah bekerja.
Dan ya, maaf karena aku berbohong pada Tia. Sebab ini bukan Arshilla.
Tapi tentang Alya.
Astaga.
Ini pertemuan pertamaku dengan Alya.
Tapi kenapa langkah kakiku sudah riang sekali untuk mendatanginya?
*****
Berjalan cepat menuju area terminal kedatangan penerbangan domestik, pandangan mataku langsung mengitar untuk mencari keberadaan Alya. Dan saat kini aku sudah berhasil menemukannya, senyum bahagiaku langsung terkembang dengan begitu sempurna.
"Ketemu." Ucapku menggebu. Sebelum akhirnya langkah kakiku semakin mantap melanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Alya yang pasti sudah menunggu.
"Alya."
Dan aku tak menyangka, bahwa ketika kini aku melihat Alya telah mengalihkan pandangannya, jantungku langsung berdetak kencang sekali karenanya.
Ya ampun.
Perasaan berdebar ini sungguhan sudah lama sekali tak kurasakan.
Jadi kenapa bisa datang lagi karena seorang gadis bernama Alya yang bahkan baru kali ini kuketahui keberadaannya?
"Alhamdulillah. Ternyata, Anda memang tak kabur ya."
Oh tidak.
Gemas sekali.
Ingin sekali aku langsung tersenyum.
Tapi kutahan sekuat tenaga. Karena aku ingin memberikan kesan pertama terbaik di hadapan Alya.
"Ya. Tenang saja. Karena saya jelas sangat bisa untuk dipercaya."
"Baiklah. Kalau begitu, mana buku saya?"
"Apa tidak sebaiknya kita berkenalan terlebih dahulu?"
"Tadi, di Padang, sudah. Jika Anda lupa."
Akhirnya, aku tak bisa lagi menahan senyumku. Apalagi saat melihat raut tak sabar yang sudah Alya tunjukan padaku.
"Kalau begitu, bagaimana jika diulang lagi perkenalannya?"
"Untuk apa?"
"Supaya lebih nyaman lagi."
Melihat Alya yang masih saja menunjukan tatapan tanda waspada. Akhirnya aku yang terlebih dahulu mengulurkan tangan kananku padanya.
"Ardiaz."
Yang ketika aku melihat sendiri bagaimana cara Alya menangkupkan kedua tangannya, maka rasanya, semesta memang benar-benar sedang mempertemukan aku dengan seorang gadis yang tak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Di Udara ✔
RomansaJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Memang benar ya, jatuh cinta itu bi...