Jatuh Cinta Di Udara ✔

22. Kesayangan Ardiaz

✈ Ardiaz

"Tapi Papa tetap sangat setuju. Dan nggak akan mungkin bisa melarang syarat yang Alya ajukan."

"Iya. Mama juga. Karena Alya memang sangat berhak jika ingin mengajukan syarat seperti itu sama kamu. Dan justru, setelah dengar cerita kamu tentang bagaimana jawaban rinci yang telah Alya berikan, Mama makin mau punya menantu seperti Alya."

"Ya, Diaz. Mama benar. Karena Papa juga seperti itu. Mendengar syarat yang telah Alya ajukan sama kamu, sungguhan buat Papa jadi merasa sangat bangga. Dan semakin percaya, bahwa Alya memang telah dibesarkan dan dididik di tengah keluarga yang sangat luar bisa. Karena buktinya, di usianya yang masih terbilang sangat muda, Alya bisa mempunyai pemikiran yang dewasa dan bijaksana sekali seperti itu."

"Betul sekali. Mama makin setuju sama Papa. Juga sama pilihan kamu. Dan Mama beneran makin bahagia karena jatuh cintanya kamu ada sama Alya. Karena kamu tahu, Diaz? Di zaman seperti ini, sangat jarang kita bisa menemukan seorang gadis teramat baik seperti Alya. Yang ketika didekati oleh seorang duda, dia langsung mengesampingkan perasaannya sendiri, dan justru lebih mementingkan dan memikirkan persetujuan serta penerimaan dari putri kamu. Dan itu sungguhan luar biasa sekali. Sangat istimewa. Serta jawaban teramat bijaksana, yang memperlihatkan kualitas tinggi yang Alya punya."

"Iya, Diaz. Dan walau kamu memang putra Papa dan Mama. Tapi untuk urusan yang satu ini, Papa dan Mama akan mendukung keputusan Alya. Termasuk syarat utama dari Alya. Papa dan Mama setuju, kalau kalian memang harus bisa mendapatkan kata setuju dari Arshilla."

Duduk tenang di tempatku. Sejak tadi aku sungguhan mendengarkan dengan sangat seksama segala kalimat serta petuah yang sedang Papa dan Mama sampaikan padaku.

Dan ini semua, berkaitan dengan Alya. Dan syarat utama yang telah diajukan oleh Alya. Yaitu bahwa Alya mau menerima pinanganku dengan syarat bahwa kami harus mendapatkan tanda setuju juga dari Arshilla.

Yang ternyata, Papa dan Mama sangat menyetujuinya.

Sebab ketika aku menceritakan dan menjelaskan dengan sangat rinci tentang segala jawaban yang telah diberikan oleh Alya, Papa dan Mama justru malah langsung mengembangkan senyum bahagia mereka. Dan berkata, bahwa bukan hanya aku yang jadi sangat jatuh cinta dengan Alya, tapi Papa dan Mama juga.

"Diaz."

"Iya, Pa."

"Saat tahu bahwa kamu jatuh cinta dengan Alya, buat Papa jadi merasa bersyukur sekali karena kamu berhasil meraih cita-cita kamu."

"Memang kenapa, Pa?"

"Ya iya dong. Meski jodoh memang tak akan pernah bisa ditebak akan bertemu kapan dan di mana. Tapi karena kamu yang bisa jadi seorang Pilot, kamu jadi bisa bertemu dengan Alya di luar pulau sana. Di tempat cukup jauh dari tanah kelahiran kalian berdua. Yang kalau kamu bukan seorang Pilot, kecil kemungkinan kalau kamu bisa bertemu dengan Alya di Padang."

Aku jadi langsung memberikan anggukan kepalaku. "Ya. Papa benar."

"Jadi, karena sekarang kamu sudah mendapatkan kesempatan yang sangat istimewa seperti ini, jangan sampai kamu sia-siakan ya. Kalau kamu memang sangat mencintai Alya, maka perjuangkan. Usahakan dengan benar. Karena Alya, sungguhan seorang putri yang sangat dijaga. Jadi kalau kamu ingin jadi suaminya Alya, maka kamu harus benar-benar bisa membuktikan kalau kamu memang sanggup dan bisa untuk menjaga Alya serta membahagiakannya."

"Iya, Diaz. Papa benar. Karena kamu tahu? Saat pertama kali kamu cerita sama Papa dan Mama bahwa kamu kembali jatuh cinta, Papa dan Mama sungguhan sangat bahagia. Tapi saat diceritakan lagi bahwa seseorang yang kamu cintai adalah seorang gadis, Papa dan Mama sempat merasakan khawatir yang sangat besar. Apalagi setelah kamu menjelaskan bagaimana latar belakang keluarganya Alya. Bapaknya Alya yang seorang Jenderal. Kedua kakak laki-lakinya Alya yang sudah sangat berhasil dengan karirnya. Itu sungguhan buat Papa dan Mama jadi sempat merasakan cemas. Bahagia. Tapi juga takut kalau jatuh cintanya kamu sekarang akan mendapatkan penolakan."